tag:blogger.com,1999:blog-69760372216152389262024-03-05T14:13:02.442-08:00ReligionMuh Fadhil Haritsahhttp://www.blogger.com/profile/12420133668400469671noreply@blogger.comBlogger21125tag:blogger.com,1999:blog-6976037221615238926.post-58840391918013138772012-02-29T04:01:00.003-08:002012-02-29T04:01:46.855-08:00Tafsir Surat Al-Qari'ahSurat yang mulia ini adalah makkiyah, dan ayat-ayatnya berjumlah sebelas ayat.<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#1"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[1]</abbr></span></a><br />
Pada ayat yang pertama sampai ketiga, Allâh Ta'ala mengulang-ulang kata al-Qâri’ah (<span style="font-family: Traditional Arabic; font-size: 17px; line-height: 20px;">القَارِعَةُ</span>). Diawali dengan kalimat pernyataan atau berita, kemudian dilanjutkan dengan dua kali kalimat pertanyaan. Sebagaimana telah diterangkan oleh para ulama, hal ini merupakan pengagungan Allâh Ta'ala terhadap betapa besar dan dahsyatnya hari Kiamat.<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#2"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[2]</abbr></span></a><br />
<div align="justify">Banyak penjelasan para ulama terhadap penafsiran makna al-Qâri’ah (<span style="font-family: Traditional Arabic; font-size: 17px; line-height: 20px;">القَارِعَةُ</span>), yang seluruhnya kembali kepada satu makna, yaitu as-Sa’ah (hari Kiamat).<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#3"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[3]</abbr></span></a></div><div align="justify">Secara lebih luas, Syaikh ‘Athiyyah Muhammad Salim rahimahullâh mengatakan:</div><div align="justify" style="padding-left: 30px;">"Telah dijelaskan oleh Syaikh<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#4"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[4]</abbr></span></a> -semoga Allah merahmati kami dan beliau-pada awal surat al-Wâqi’ah<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#5"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[5]</abbr></span></a> (<span style="font-family: Traditional Arabic; font-size: 17px; line-height: 20px;">الوَاقِعَةُ</span>), bahwa (al-Wâqi’ah) bermakna seperti ath-Thâmmah<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#6"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[6]</abbr></span></a> (<span style="font-family: Traditional Arabic; font-size: 17px; line-height: 20px;">الطَّامَّةُ</span>), ash-Shâkh-khah<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#7"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[7]</abbr></span></a> (<span style="font-family: Traditional Arabic; font-size: 17px; line-height: 20px;">الصَّاخَّةُ</span>), al-Âzifah<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#8"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[8]</abbr></span></a> (<span style="font-family: Traditional Arabic; font-size: 17px; line-height: 20px;">الآزِفَةُ</span>), dan al-Qâri’ah<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#9"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[9]</abbr></span></a> (<span style="font-family: Traditional Arabic; font-size: 17px; line-height: 20px;">القَارِعَةُ</span>)… dan telah diketahui (dalam bahasa Arab) bahwa sesuatu apabila besar (dahsyat) keadaannya, ia memiliki banyak nama.</div><div align="justify" style="padding-left: 30px;">Atau sebagaimana yang telah diriwayatkan dari Ali radhiyallâhu'anhu (ia berkata), banyaknya nama (pada sesuatu) menunjukkan agungnya perkara tersebut. Juga telah diketahui, bahwa nama-nama tersebut bukanlah sinonim, karena sesungguhnya setiap nama memiliki makna tersendiri. Hari Kiamat dinamakan al-Wâqi’ah (<span style="font-family: Traditional Arabic; font-size: 17px; line-height: 20px;">الوَاقِعَةُ</span>), karena hari itu pasti kejadiannya. Juga dinamakan al-Hâqqah<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#10"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[10]</abbr></span></a> (<span style="font-family: Traditional Arabic; font-size: 17px; line-height: 20px;">الحَاقَّةُ</span>) karena hari itu nyata dan benar adanya. Juga dinamakan ath-Thâmmah (<span style="font-family: Traditional Arabic; font-size: 17px; line-height: 20px;">الطَّامَّةُ</span>), karena bencana, malapetaka dan kehancuran pada hari itu sangat umum dan menyeluruh. Juga dinamakan al-Âzifah (<span style="font-family: Traditional Arabic; font-size: 17px; line-height: 20px;">الآزِفَةُ</span>), karena kejadian hari itu sudah dekat, (hal ini) seperti iqtarabatis sa’ah<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#11"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[11]</abbr></span></a> (<span style="font-family: Traditional Arabic; font-size: 17px; line-height: 20px;">اِقْتَرَبَتِ السَّعَةُ</span>). Demikian pula surat ini (al-Qâri’ah, Pen).</div><div align="justify" style="padding-left: 30px;">Lafazh al-Qâri’ah (<span style="font-family: Traditional Arabic; font-size: 17px; line-height: 20px;">القَارِعَةُ</span>), berasal dari al-Qar’u (<span style="font-family: Traditional Arabic; font-size: 17px; line-height: 20px;">القَرْعُ</span>) yang bermakna adh-Dharb (<span style="font-family: Traditional Arabic; font-size: 17px; line-height: 20px;">الضَّرْبُ</span>), yakni pukulan. (Sehingga, penamaan hari Kiamat dengan nama ini) sesuai dengan penjelasan pada ayat berikutnya yang menerangkan, bahwa hari itu melemahkan seluruh kekuatan manusia, hingga manusia bagaikan kupu-kupu yang bertebaran, juga melumpuhkan kekuatan gunung-gunung, hingga gunung-gunung itu bagaikan bulu yang berhamburan.<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#12"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[12]</abbr></span></a></div><div align="justify">Dari penjelasan di atas, menjadi jelaslah bahwa makna al-Qâri’ah (<span style="font-family: Traditional Arabic; font-size: 17px; line-height: 20px;">القَارِعَةُ</span>) adalah hari Kiamat, yang pada saat itu terjadi kehancuran, bencana, dan malapetaka yang amat besar. Makna ini, seperti ditunjukkan firman Allâh Ta'ala :</div><div align="center"><img alt="QS ar-Ra’d/13:31" border="0" height="104" src="http://majalah-assunnah.com/images/naskah/Qs013-31.gif" width="399" /></div><div align="center">… dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana <br />
disebabkan perbuatan mereka sendiri…<br />
<strong>(Qs. ar-Ra’d/13:31)</strong></div><div align="justify"><br />
Pada ayat keempat surat al-Qâri’ah ini, Allâh Ta'ala berfirman:</div><div align="center"><img alt="Qs. al-Qari'ah/101 : 4" border="0" height="47" src="http://majalah-assunnah.com/images/naskah/Qs101-4.gif" width="369" /></div><div align="center">Pada hari itu manusia adalah seperti kupu-kupu yang bertebaran</div><div align="justify"><br />
Terdapat tiga pendapat di kalangan ulama dalam menafsirkan makna al-Farasy (<span style="font-family: Traditional Arabic; font-size: 17px; line-height: 20px;">الفَرَاشُ</span>) pada ayat ini.</div><div align="justify"><strong>Pertama</strong>, maknanya ialah belalang-belalang kecil yang beterbangan dan saling bercampur-baur antara satu dengan lainnya.<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#13"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[13]</abbr></span></a> Makna ini ditunjukkan oleh firman Allâh Ta'ala :</div><div align="center"><img alt="(QS al Qamar/54:7)" border="0" height="45" src="http://majalah-assunnah.com/images/naskah/Qs054-007.gif" width="215" /></div><div align="center">…seakan-akan mereka belalang yang beterbangan.<br />
<strong>(QS al-Qamar/54:7)</strong></div><div align="justify"><br />
<strong>Kedua</strong>, maknanya ialah sejenis burung kecil atau serangga kecil, bukan nyamuk dan bukan pula lalat.<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#14"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[14]</abbr></span></a></div><div align="justify"><strong>Ketiga</strong>, maknanya ialah sesuatu yang berjatuhan dan bertebaran di sekitar api,<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#15"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[15]</abbr></span></a> baik berupa nyamuk ataupun serangga-serangga kecil lainnya.<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#16"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[16]</abbr></span></a></div><div align="justify">Terdapat sebuah hadits shahih yang menunjukkan makna yang ketiga ini. Yaitu hadits Jabir bin Abdillah <em>radhiyallâhu'anhu</em>, beliau berkata:</div><div align="center"><img alt="hadits" border="0" height="167" src="http://majalah-assunnah.com/images/naskah/hadits-xi-01-06.gif" width="395" /></div><div align="center">Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda:<br />
“Perumpamaan diriku dengan kalian bagaikan seseorang yang menyalakan api, <br />
lalu mulailah laron-laron dan kupu-kupu berjatuhan pada api itu, <br />
sedangkan ia selalu mengusirnya (serangga-serangga tersebut) dari api tersebut. <br />
Dan aku (selalu berusaha) memegang (menarik) ujung-ujung pakaian kalian <br />
agar kalian tidak terjerumus ke dalam neraka, <br />
namun kalian (selalu) terlepas dari tanganku”.<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#17"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[17]</abbr></span></a></div><div align="justify"><br />
Pada ayat kelima, Allâh Ta'ala berfirman:</div><div align="center"><img alt="Qs. al-Qari'ah/101:05" border="0" height="49" src="http://majalah-assunnah.com/images/naskah/Qs101-5.gif" width="372" /></div><div align="center">Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan</div><div align="justify"><br />
Sebagian besar ulama menafsirkan lafazh al-‘Ihn (<span style="font-family: Traditional Arabic; font-size: 17px; line-height: 20px;">العِحْنُ</span>) dengan makna ash-Shuf (<span style="font-family: Traditional Arabic; font-size: 17px; line-height: 20px;">الصُّوؤُ</span>). Yaitu bulu atau kapas.<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#18"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[18]</abbr></span></a></div><div align="justify">Berdasarkan penjelasan ayat keempat dan kelima di atas, dapat kita pahami, salah satu kejadian yang dahsyat pada hari Kiamat adalah berubahnya keadaan manusia, sehingga ia bagaikan kupu-kupu atau belalang yang beterbangan, bertebaran dengan bercampur-baur dan tidak tentu arahnya. Demikian pula dengan gunung-gunung yang sebelumnya berdiri tegak dan kokoh, maka pada hari itu, gunung-gunung bagaikan bulu berhamburan. Seluruh makhluk Allâh Ta'ala yang kuat dan kokoh, pada saat itu kehilangan seluruh kekuatannya, karena demikian dahsyatnya hari Kiamat.<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#19"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[19]</abbr></span></a></div><div align="justify">Bentuk lain dahsyatnya hari Kiamat, disebutkan pula dalam firman Allâh Ta'ala :</div><div align="center"><img alt="Qs. al-Hajj/22 : 1-2" border="0" height="252" src="http://majalah-assunnah.com/images/naskah/Qs022--1-2.gif" width="398" /></div><div align="center"><strong>(Qs. al-Hajj/22 : 1-2)</strong></div><div align="center"><br />
1. Hai manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu! <br />
Sesungguhnya kegoncangan hari Kiamat itu<br />
adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).<br />
2. (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, <br />
lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya<br />
dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, <br />
dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, <br />
padahal sebenarnya mereka tidak mabuk,<br />
akan tetapi adzab Allâh itu sangat keras.</div><div align="justify"><br />
Hari Kiamat itu, juga merendahkan satu golongan dan meninggikan yang lainnya. Firman Allâh Ta'ala :</div><div align="center"><img alt="QS al Waqi’ah/56 : 3" border="0" height="47" src="http://majalah-assunnah.com/images/naskah/Qs056-03.gif" width="158" /></div><div align="center">(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain).<br />
<strong>(QS al Waqi’ah/56:3)</strong></div><div align="justify"><br />
Pada hari itu, membuat seluruh manusia teringat segala yang pernah dilakukannya selama hidupnya di dunia. Allâh Ta'ala berfirman :</div><div align="center"><img alt="QS an-Nazi’at/79:35" border="0" height="46" src="http://majalah-assunnah.com/images/naskah/Qs079-35.gif" width="281" /></div><div align="center">Pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya. <br />
<strong>(QS an-Nazi’at/79:35)</strong></div><div align="justify"><br />
Pada hari itu, seluruh manusia sibuk dengan urusannya, sampai-sampai ada yang lupa terhadap sanak familinya. Di antara manusia ada yang senang dan berseri-seri dengan sebab amal shalih yang mereka lakukan saat di dunia, yang akhirnya mengantarkannya ke surga. Tetapi sebagian lagi berwajah muram dan bersedih, disebabkan oleh amal-amal buruk yang telah mereka lakukan. Manusia pun mengetahui tempat mereka tinggal nantinya.<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#20"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[20]</abbr></span></a></div><div align="justify">Ditunjukkan dalam firman Allâh Ta'ala dalam surat ‘Abasa/80 ayat 34-42:</div><div align="center">34. Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya,<br />
35. dari ibu dan bapaknya,<br />
36. dari isteri dan anak-anaknya.<br />
37. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.<br />
38. Banyak muka pada hari itu berseri-seri,<br />
39. tertawa dan bergembira ria.<br />
40. Dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu,<br />
41. dan ditutup lagi oleh kegelapan.<br />
42. Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka.</div><div align="justify"><br />
Demikianlah keadaan manusia pada hari Kiamat.</div><div align="justify">Adapun keadaan gunung-gunung secara khusus pada hari itu, sebagaimana dijelaskan para ulama,<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#21"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[21]</abbr></span></a> mula-mulanya gunung-gunung digerakkan dan dipindahkan dari tempatnya, kemudian benar-benar diluluh-lantakkan bagaikan bulu-bulu yang dihambur-hamburkan, sebagaimana diterangkan pada ayat kelima surat al-Qari'ah ini, hingga akhirnya gunung-gunung itu menjadi debu yang bertebaran dan bahkan menjadi fatamorgana.</div><div align="center">Pada hari bumi dan gunung-gunung bergoncangan, <br />
dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan-tumpukan pasir yang beterbangan.<br />
<strong>(QS al Muzzammil/73:14)</strong></div><div align="center"><br />
Dan dijalankanlah gunung-gunung, <br />
maka menjadi fatamorganalah ia. <br />
<strong>(QS an Naba‘/78:20)</strong></div><div align="justify"><br />
Maka, sudah seharusnya kita senantiasa bertakwa dan takut kepada Allâh Ta'ala, Yang Maha Perkasa dan Berkuasa atas segala sesuatu.</div><div align="justify">Pada ayat keenam, Allâh Ta'ala berfirman:</div><div align="center"><img alt="Qs. al-Qari'ah/101 : 6" border="0" height="39" src="http://majalah-assunnah.com/images/naskah/Qs101-6.gif" width="231" /></div><div align="center">Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya</div><div align="justify"><br />
Ayat ini menunjukkan akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang berkaitan dengan rukun iman kelima. Bahwa salah satu perwujudan beriman kepada hari akhir adalah meyakini adanya mizan (timbangan) pada hari Kiamat kelak. Barangsiapa yang berat amalan kebaikannya, maka akan mendapatkan kehidupan yang baik, dan demikian sebaliknya.<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#22"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[22]</abbr></span></a></div><div align="justify">Di antara dalil lainnya dari al Qur‘an yang menunjukkan adanya mizan (timbangan) pada hari Akhir, yaitu firman Allâh Ta'ala , yang artinya:</div><div align="center">Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, <br />
maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun,<br />
dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya, <br />
dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan. <br />
<strong>(QS al-Anbiya‘/21:47)</strong></div><div align="justify"><br />
Begitu pula banyak hadits shahih yang menunjukkan adanya mizan (timbangan) pada Hari Akhir, sebagaimana hadits-hadits berikut ini.</div><div align="justify">Hadits Abu Hurairah radhiyallâhu'anhu, beliau berkata:</div><div align="center"><img alt="hadits" border="0" height="132" src="http://majalah-assunnah.com/images/naskah/hadits-xi-01-07.gif" width="398" /></div><div align="center">Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda: <br />
“(Ada) dua perkataan yang ringan, (namun) berat dalam mizan (timbangan)<br />
dan dicintai oleh ar-Rahman (Allâh Ta'ala ), <br />
(yaitu) Subhanallahi wa bihamdihi (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya), <br />
Subhanallahil ‘Azhim (Maha Suci Allah Yang Maha Agung)”.<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#23"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[23]</abbr></span></a></div><div align="justify"><br />
Hadits Abu ad-Darda’ radhiyallâhu'anhu, dari Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda:</div><div align="center"><img alt="hadits" border="0" height="49" src="http://majalah-assunnah.com/images/naskah/hadits-xi-01-08.gif" width="369" /></div><div align="center">Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam mizan (timbangan) dari akhlak yang baik.<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#24"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[24]</abbr></span></a></div><div align="justify"><br />
Pada ayat ketujuh, Allâh Ta'ala berfirman:</div><div align="center"><img alt="Qs. al-Qari'ah/101 : 7" border="0" height="39" src="http://majalah-assunnah.com/images/naskah/Qs101-7.gif" width="213" /></div><div align="center">Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan</div><div align="justify"><br />
Para ulama menjelaskan, yang dimaksud dengan kehidupan yang memuaskan adalah kehidupan di surga.<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#25"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[25]</abbr></span></a></div><div align="justify">Banyak ayat yang menerangkan kehidupan yang penuh kenikmatan bagi para penghuni surga, di antaranya firman Allâh Ta'ala dalam surat al-Insan/76 ayat 10-22, yang artinya:</div><div align="center">10. Sesungguhnya kami takut akan (adzab) Rabb kami pada suatu hari <br />
yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan.<br />
11. Maka Rabb memelihara mereka dari kesusahan hari itu, <br />
dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati.<br />
12. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka <br />
(berupa) surga dan (pakaian) sutera.<br />
13. Di dalamnya mereka duduk bertelekan di atas dipan, <br />
mereka tidak merasakan di dalamnya (terik) matahari <br />
dan tidak pula dingin yang bersangatan.<br />
14. Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka <br />
dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya.<br />
15. Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak <br />
dan piala-piala yang bening laksana kaca,<br />
16. (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak <br />
yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya.<br />
17. Di dalam surga itu, mereka diberi minum segelas (minuman) <br />
yang campurannya adalah jahe,<br />
18. (yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil.<br />
19. Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda, <br />
apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka mutiara yang bertaburan <br />
20. Dan apabila kamu melihat di sana (surga), <br />
niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar.<br />
21. Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal <br />
dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, <br />
dan Rabb memberikan kepada mereka minuman yang bersih. <br />
22. Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan).</div><div align="justify"><br />
Dan masih banyak ayat lain yang menerangkan beragam kenikmatan yang diperoleh para penghuni surga. Mudah-mudahan Allâh Ta'ala menjadikan kita termasuk para penghuni surga-Nya. Amin.</div><div align="justify"><br />
Kemudian, pada ayat kedelapan sampai ayat terakhir, Allâh Ta'ala berfirman:</div><div align="center"><img alt="Qs. al-Qari'ah/101 : 8-11" border="0" height="100" src="http://majalah-assunnah.com/images/naskah/Qs101--8-11.gif" width="401" /></div><div align="center">8. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya,<br />
9. maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.<br />
10. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?<br />
11. (Yaitu) api yang sangat panas.</div><div align="justify"><br />
Terdapat tiga penafsiran di kalangan para ulama terhadap makna ayat kesembilan.</div><div align="justify"><strong>Pertama</strong>, maknanya adalah, ia jatuh dan masuk ke dalam neraka dengan ujung kepalanya lebih dahulu.<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#26"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[26]</abbr></span></a><br />
<strong>Kedua</strong>, ayat tersebut merupakan ungkapan dalam bahasa Arab, dilontarkan bagi orang yang terjatuh ke dalam permasalahan yang berat dan menyulitkan.<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#27"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[27]</abbr></span></a><br />
<strong>Ketiga</strong>, maknanya, tempat tinggal dan kembalinya adalah neraka.<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#28"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[28]</abbr></span></a> Sehingga, menurut penafsiran yang ketiga ini, hawiyah (<span style="font-family: Traditional Arabic; font-size: 17px; line-height: 20px;">هَاوِيَة</span>) merupakan salah satu dari nama-nama neraka.<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#29"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[29]</abbr></span></a></div><div align="justify">Adapun sebab penamaan neraka ini dengan ummuhu (<span style="font-family: Traditional Arabic; font-size: 17px; line-height: 20px;">أُمُّهُ</span>), yakni ibunya, karena neraka tersebut sebagai satu-satunya tempat kembalinya. Seolah-olah neraka tersebut adalah ibunya yang merupakan tempat kembalinya seorang anak.<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#30"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[30]</abbr></span></a></div><div align="justify">Tiga penafsiran para ulama di atas tidaklah saling bertentangan, bahkan saling mendukung dan menjelaskan makna lainnya.<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#31"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[31]</abbr></span></a></div><div align="justify">Terdapat sebuah hadits mauquf<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#32"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[32]</abbr></span></a> yang menunjukkan tentang tiga penafsiran di atas, yaitu hadits Abu Ayyub al-Anshari radhiyallâhu'anhu, beliau berkata :</div><div align="center"><img alt="hadits" border="0" height="171" src="http://majalah-assunnah.com/images/naskah/hadits-xi-01-09.gif" width="394" /><br />
<img alt="hadits" border="0" height="298" src="http://majalah-assunnah.com/images/naskah/hadits-xi-01-09b.gif" width="400" /></div><div align="center">Apabila seorang hamba telah mati,<br />
ahlurrahmah (hamba-hamba Allah yang penuh kasih sayang)<br />
menemuinya seperti orang-orang di dunia menemui pembawa berita gembira. <br />
Mereka menghampirinya untuk menanyainya. <br />
Lalu sebagian mereka berkata, <br />
“Tunggulah saudara kalian ini, biarkan ia beristirahat, karena ia masih lelah”. <br />
Lalu mereka pun menghampirinya dan bertanya kepadanya, <br />
“Apa yang dilakukan si Fulan? Apa yang dilakukan si Fulanah? Apakah ia sudah menikah?”. <br />
Lalu tiba-tiba mereka bertanya tentang seseorang yang telah mati sebelumnya, <br />
ia menjawab, “Ia telah binasa”.<br />
Mereka berkata, “Inna lillahi wa Inna ilaihi raji’un<br />
(sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kami kembali kepada-Nya), <br />
ia telah kembali kepada ibunya (neraka),<br />
sungguh itu seburuk-buruk ibu dan seburuk-buruk pendidik”. <br />
Lalu ditunjukkanlah seluruh perbuatan mereka. <br />
Jika mereka melihat amal mereka baik, <br />
mereka gembira dan senang, lantas berkata, <br />
“Inilah kenikmatan-Mu atas hamba-Mu, maka sempurnakanlah”. <br />
Dan jika mereka melihat amal mereka buruk, mereka berkata, <br />
“Ya Allah, lihatlah (periksalah) kembali hamba-Mu”.<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#33"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[33]</abbr></span></a></div><div align="justify"><br />
Ayat terakhir (kesebelas) surat yang agung ini, diterangkan oleh para ulama, juga merupakan penafsiran dari lafazh hawiyah ( ) pada ayat sebelumnya.<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#34"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[34]</abbr></span></a></div><div align="justify">Ada beberapa hadits shahih yang maknanya berkaitan erat dengan ayat terakhir ini, di antaranya sebagai berikut :</div><div align="justify">Hadits Abu Hurairah radhiyallâhu'anhu, beliau berkata:</div><div align="center"><img alt="hadits" border="0" height="175" src="http://majalah-assunnah.com/images/naskah/hadits-xi-01-10.gif" width="401" /></div><div align="center">Sesungguhnya Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda: <br />
“Api kalian ini, yang dinyalakan manusia <br />
hanyalah sebagian dari tujuh puluh bagian panasnya neraka Jahannam”. <br />
Mereka berkata: “Demi Allah, api ini sudah cukup (panas), wahai <em>Rasûlullâh</em>!”. <br />
Beliau bersabda,”Sesungguhnya api neraka Jahannam lebih (panas) sebanyak enam puluh sembilan kali (dari api di dunia). <br />
Tiap-tiap bagiannya sama panasnya”.<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#35"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[35]</abbr></span></a></div><div align="justify"><br />
Hadits an-Nu’man bin Basyir <em>radhiyallâhu'anhu</em>, beliau berkata:</div><div align="center"><img alt="hadits" border="0" height="129" src="http://majalah-assunnah.com/images/naskah/hadits-xi-01-11.gif" width="397" /></div><div align="center">Aku mendengar Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda:<br />
“Sesungguhnya adzab penghuni neraka yang paling ringan pada hari Kiamat adalah, <br />
seseorang diletakkan dua buah bara di tengah-tengah kedua telapak kakinya, <br />
(lalu) mendidihlah otaknya disebabkan dua bara itu.”<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#36"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[36]</abbr></span></a></div><div align="justify"><br />
Hadits Abu Hurairah radhiyallâhu'anhu, beliau berkata:</div><div align="center"><img alt="hadits" border="0" height="89" src="http://majalah-assunnah.com/images/naskah/hadits-xi-01-12.gif" width="400" /></div><div align="center">Sesungguhnya Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda:<br />
“Apabila panas menyengat, maka undurkan shalat sampai waktu sejuk, <br />
karena sesungguhnya panas yang menyengat berasal dari hawa Jahannam”.<a href="http://majalah-assunnah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=232&Itemid=94#37"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;"><abbr>[37]</abbr></span></a></div><div align="justify"><br />
Mudah-mudahan Allâh Ta'ala senantiasa melindungi dan menjauhkan kita dari segala hal yang dapat mengantarkan kepada panasnya api neraka Jahannam.</div><div align="justify">Demikianlah tafsir surat al-Qâri’ah, mudah-mudahan bermanfaat dan dapat menambah iman, ilmu dan amal shalih kita. Wallahu A’lam bish- Shawab.</div><div align="justify"><img border="0" height="2" src="http://majalah-assunnah.com/images/naskah/garis.gif" width="160" /></div><div align="justify"><br />
</div><table border="0" style="width: 580px;"><tbody>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="1"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[1]</span></a></td> <td> <div align="justify">Lihat Jami’ul-Bayan ‘an Ta’wil Ayil-Qur`an (30/340), al-Jami’ li Ahkamil-Qur`an (20/152), Zadul Masir (9/213), Tafsir Ibnu Katsir (8/468),</div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="2"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[2]</span></a></td> <td valign="top"> <div>Lihat Jami’ul-Bayan ‘an Ta’wil Ayil-Qur`an (30/340), al-Jami’ li Ahkamil-Qur`an (20/152-153), Zadul Masir (8/345-346), Tafsir Ibnu Katsir (8/468).</div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="3"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[3]</span></a></td> <td valign="top"> <div>Di antaranya adalah al Imam ath-Thabari di dalam tafsirnya (30/340), beliau membawakan beberapa riwayat dengan sanad-sanadnya dari Ibnu Abbas <em>radhiyallâhu'anhu</em>, Qatadah, dan Waki’. Mereka semua mengatakan bahwa makna al-Qâri’ah ( ) adalah as-Sa’ah ( ), yakni hari Kiamat.</div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="4"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[4]</span></a></td> <td style="text-align: justify;" valign="top"> <div>Maksudnya adalah Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqithi <em>rahimahullâh</em> (1320-1393 H).</div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="5"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[5]</span></a></td> <td valign="top"> <div><span style="text-align: justify;">Surat al Waqi’ah/56 ayat 1.<br />
</span></div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="6"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[6]</span></a></td> <td style="text-align: justify;" valign="top" width="1013"> <div>Surat an Nazi’at /79 ayat 34.</div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="7"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[7]</span></a></td> <td valign="top"> <div><span style="text-align: justify;">Surat ‘Abasa/80 ayat 33.<br />
</span></div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="8"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[8]</span></a></td> <td valign="top"> <div><span style="text-align: justify;">Surat an Najm/53 ayat 57.<br />
</span></div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="9"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[9]</span></a></td> <td style="text-align: justify;" valign="top"> <div>Surat al-Qâri’ah/101 ayat 1-3.</div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="10"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[10]</span></a></td> <td style="text-align: justify;" valign="top"> <div>Surat al Haqqah/69 ayat 1-3.</div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="11"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[11]</span></a></td> <td valign="top"> <div><span style="text-align: justify;">Surat al-Qamar/54 ayat 1. Yang artinya, telah dekat saat itu (yakni, hari Kiamat).<br />
</span></div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="12"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[12]</span></a></td> <td style="text-align: justify;" valign="top"> <div>Adhwa’ul-Bayan (9/70).</div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="13"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[13]</span></a></td> <td valign="top"> <div><span style="text-align: justify;">Lihat al-Jami’ li Ahkamil-Qur‘an (20/152), Tafsir Ibnu Katsir (8/468).<br />
</span></div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="14"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[14]</span></a></td> <td valign="top"> <div><span style="text-align: justify;">Lihat Adhwa’ul-Bayan (9/71).<br />
</span></div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="15"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[15]</span></a></td> <td valign="top"> <div><span style="text-align: justify;">Lihat Jami’ul-Bayan ‘an Ta’wil Ayil-Qur`an (30/341). Al-Imam ath-Thabari berkata dengan pendapat ini.<br />
</span></div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="16"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[16]</span></a></td> <td style="text-align: justify;" valign="top" width="1013"> <div>Lihat Zadul Masir (9/214).</div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="17"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[17]</span></a></td> <td valign="top"> <div><span style="text-align: justify;">HR Muslim (4/1790 no. 2285), dan lain-lain. Hadits ini dibawakan pula oleh al-Imam al-Qurthubi rahimahullâh di dalam tafsirnya (20/153). Lihat pula Adhwa’ul-Bayan (9/71-72).<br />
</span></div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="18"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[18]</span></a></td> <td valign="top"> <div><span style="text-align: justify;">Lihat Tafsir ath-Thabari, Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil Ayil-Qur`an (30/341), al-Jami’ li Ahkamil-Qur`an (20/153), Zadul Masir (9/214), Tafsir Ibnu Katsir (8/468), Adhwa’ul-Bayan (9/71).<br />
</span></div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="19"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[19]</span></a></td> <td style="text-align: justify;" valign="top"> <div>Lihat Adhwa’ul-Bayan (9/71).</div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="20"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[20]</span></a></td> <td style="text-align: justify;" valign="top"> <div>Lihat Tafsir Ibnu Katsir (8/325-327), surat ‘Abasa/80 ayat 34-42.</div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="21"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[21]</span></a></td> <td> <div>Lihat Jami’ul Bayan ‘an Ta’wil Ayil-Qur`an (30/341), Zadul-Masir (9/214), Tafsir Ibnu Katsir (8/468), Adhwa’ul-Bayan (9/71), Taisir al-Karimir-Rahman (2/1192).</div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="22"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[22]</span></a></td> <td valign="top"> <div>Lihat contohnya dalam Syarh al-‘Aqidah al-Wasithiyah, halaman (240), dan Syarh al-‘Aqidah ath-Thahawiyah (2/636-640) untuk pembahasan lebih luas dalam masalah ini.</div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="23"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[23]</span></a></td> <td valign="top"> <div>HR al Bukhari (5/2352, 6/2459, 2749), Muslim (4/2072 no. 2694), dan lain-lain.</div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="24"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[24]</span></a></td> <td style="text-align: justify;" valign="top"> <div>HR Abu Dawud (4/253 no. 4799), at-Tirmidzi (4/362-363 no. 2002, 2003) dan lain-lain. Dan hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al- Albani. Lihat as-Silsilah ash-Shahihah (2/535 no. 876).</div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="25"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[25]</span></a></td> <td valign="top"> <div><span style="text-align: justify;"> Lihat Jami’ul-Bayan ‘an Ta’wil Ayil-Qur`an (30/342), Tafsir Ibnu Katsir (8/468) dan Taisir al-Karimir-Rahman (2/1192).</span></div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="26"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[26]</span></a></td> <td style="text-align: justify;" valign="top" width="1013"> <div>Demikian pendapat Abu Shalih, Qatadah, dan Ikrimah. Lihat pula Jami’ul-Bayan ‘an Ta’wil Ayil-Qur`an (30/342), al Jami’ li Ahkamil-Qur`an (20/154), Tafsir Ibnu Katsir (8/468).</div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="27"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[27]</span></a></td> <td valign="top"> <div><span style="text-align: justify;"> Ini juga pendapat Qatadah. Lihat Jami’ul-Bayan ‘an Ta’wil Ayil- Qur`an (30/342).<br />
</span></div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="28"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[28]</span></a></td> <td valign="top"> <div><span style="text-align: justify;"> Ini pendapat Ibnu Zaid, al Farra’, Ibnu Qutaibah, dan az-Zajjaj. Pendapat ini didukung oleh al Imam Ibnul Jauzit di dalam tafsirnya, Zadul-Masir (9/215).<br />
</span></div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="29"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[29]</span></a></td> <td style="text-align: justify;" valign="top"> <div>Lihat Tafsir Ibnu Katsir (8/468) dan Adhwa’ul-Bayan (9/74).</div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="30"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[30]</span></a></td> <td style="text-align: justify;" valign="top"> <div>Lihat Jami’ul-Bayan ‘an Ta’wil Ayil- Qur`an (30/342) dan al-Jami’ li Ahkamil-Qur`an (20/154).</div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="31"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[31]</span></a></td> <td> <div><span style="text-align: justify;"> Lihat Adhwa’ul-Bayan (9/74).<br />
</span></div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="32"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[32]</span></a></td> <td valign="top"> <div><span style="text-align: justify;"> Yaitu hadits yang hanya sampai pada sahabat, tidak sampai pada <em>Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam</em>.</span></div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="33"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[33]</span></a></td> <td valign="top"> <div>Syaikh al-Albani <em>rahimahullâh</em> di dalam as-Silsilah ash-Shahihah (6/604-607 no. 2758) berkata, “(Hadits ini) dikeluarkan oleh Ibnul Mubarak dalam az-Zuhd (149/443)..., ath-Thabrani dalam al- Mu’jamul-Kabir (4/153-154/3887-3888)..., al-Hakim (2/533)...”.</div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="34"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[34]</span></a></td> <td style="text-align: justify;" valign="top"> <div>Lihat Adhwa’ul-Bayan (9/74).</div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="35"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[35]</span></a></td> <td valign="top"> <div><span style="text-align: justify;"> HR al-Bukhari (3/1191), Muslim (4/2184 no. 2843), dan lain-lain. Dan ini lafazh Shahih Muslim.<br />
</span></div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="36"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[36]</span></a></td> <td style="text-align: justify;" valign="top" width="1013"> <div>HR al Bukhari (5/2400), Muslim (1/196 no. 213), dan lain-lain. Dan ini lafazh Shahih Muslim.</div></td> </tr>
<tr> <td align="right" valign="top"><a href="" name="37"><span style="font-size: 6pt; vertical-align: super;">[37]</span></a></td> <td valign="top"> <div><span style="text-align: justify;"> HR al Bukhari (1/198, 199), Muslim (1/430 no. 615), dan lain-lain. Dan ini lafazh Shahih Muslim.</span></div></td></tr>
</tbody></table>Muh Fadhil Haritsahhttp://www.blogger.com/profile/12420133668400469671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6976037221615238926.post-37051716551102600422012-02-29T03:58:00.000-08:002012-02-29T03:58:40.991-08:00Bani Israil<b>Bani Israil</b> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Arab" title="Bahasa Arab">bahasa Arab</a>: <span lang="ar">بنو إسرائيل</span>, <b>Banū Isräīl</b>) adalah sebutan untuk kaum keturunan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Israil" title="Israil">Israil</a> yakni kaum Israel. Sebutan ini juga merupakan sebutan yang digunakan dalam <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Al_Qur%27an" title="Al Qur'an">Al Qur'an</a> saat merujuk hal yang sama, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Allah" title="Allah">Allah</a> kerap memanggil <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yaqub" title="Yaqub">Yaqub</a> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Inggris" title="Bahasa Inggris">Bahasa Inggris</a> Jacob) dengan nama <b>Israel</b>, maka anak-cucunya disebut Bani Israil. Sebuah surat dalam Al Qur'an yakni <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Surat_Al_Israa%27" title="Surat Al Israa'">surat Al Israa'</a> juga memiliki nama lain yang banyak dikenal sebagai surat Bani Israil. Adapun keturunan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ishaq" title="Ishaq">Ishaq</a> dari putra pertamanya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Esau" title="Esau">Esau</a> disebut sebagai <b>Bani Ishaq</b>.<br />
<h2><span class="mw-headline" id="Etimologi">Etimologi</span></h2>Kalimat Bani Israel berasal dari <i>Bani</i> dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Arab" title="Bahasa Arab">bahasa Arab</a> artinya keturunan dan Israel adalah kalimat yang terdiri dan dua kata <i>Isra</i> berarti hamba/ teman dekat dan <i>El</i> berarti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tuhan" title="Tuhan">Tuhan</a>. Maka arti Israel adalah hamba Tuhan atau teman dekat Tuhan. Dan dalam kebanyakan bahasa <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Semit&action=edit&redlink=1" title="Semit (halaman belum tersedia)">Semit</a>, bukan hanya dalam bahasa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ibrani" title="Ibrani">Ibrani</a>, kata <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/El" title="El">El</a> selalu bermakna Tuhan.<br />
Didalam sumber lain mengatakan bahwa Israil memiliki arti "berjalan di malan hari." Karena menurut beberapa sumber kisah, Yaqub sering melakukan perjalanan diwaktu malam hari, karena jika dia melakukan perjalanan disiang hari, dia takut akan ditemukan dan disiksa oleh saudaranya.<sup class="reference" id="cite_ref-0"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Israil#cite_note-0">[1]</a></sup><br />
<h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bani_Israil&action=edit&section=2" title="Sunting bagian: Genealogi">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Genealogi">Genealogi</span></h2>Dari keempat orang istrinya Ya'qub memiliki 12 putra, yakni Rubin, Simeon, Lawway, Yahuda, Zebulaon, Isakhar, Dann, Gad, Asyer, Naftali, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yusuf_%28anak_Yakub%29" title="Yusuf (anak Yakub)">Yusuf</a>, dan Benyamin.<sup class="reference" id="cite_ref-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Israil#cite_note-1">[2]</a></sup><br />
Putra-putra Ya'qub inilah yang merupakan cikal bakal lahirnya istilah Bani Israil. Mereka dan keturunannya disebut sebagai Al-Asbath, yang berarti cucu-cucu. Sibith dalam bangsa Yahudi adalah seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku" title="Suku">suku</a> bagi bangsa Arab dan mereka yang berada dalam satu sibith berasal dari satu bapak. Masing-masing anak Ya'qub kemudian menjadi bapak bagi sibith Bani Israil. Maka seluruh Bani Israil berasal dari putra-putra Ya'qub yang berjumlah 12 orang.<br />
Dalam sibith-sibith ini kelak diturunkan para nabi-nabi yang lain, di antaranya adalah:<br />
<ul><li>Lewi, di keturunannya terdapat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Musa" title="Musa">Musa</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Harun" title="Harun">Harun</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ilyas" title="Ilyas">Ilyas</a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ilyasa" title="Ilyasa">Ilyasa</a>.</li>
<li>Yahuda, di keturunannya terdapat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Daud" title="Daud">Daud</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sulaiman" title="Sulaiman">Sulaiman</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Zakaria" title="Zakaria">Zakaria</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yahya" title="Yahya">Yahya</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Isa" title="Isa">Isa</a>.</li>
<li>Bunyamin, di keturunannya terdapat <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yunus" title="Yunus">Yunus</a>.</li>
</ul><h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bani_Israil&action=edit&section=3" title="Sunting bagian: Karakter Bani Israel">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Karakter_Bani_Israel">Karakter Bani Israel</span></h2>Sifat-sifat Bani Isrel digambarkan di dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Qur%27an" title="Al-Qur'an">Al-Qur'an</a> sebagian besar sebagai manusia yang keras kepala, membangkang, pesimis, tamak terhadap dunia, pengecut, suka menghina, mengolok-olok nabi, seperti dalam surah <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Ahzab" title="Al-Ahzab">Al-Ahzab</a>: 69. Allah berfirman:<br />
<table class="cquote" style="background-color: transparent; border-collapse: collapse; border-style: none; margin: auto;"><tbody>
<tr> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 35px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: left;" valign="top" width="20">“</td> <td style="padding: 4px 10px;" valign="top"><i>Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa." (Al-Ahzab: 69)</i></td> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 36px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: right;" valign="bottom" width="20">”</td> </tr>
</tbody></table>Telah ditunjukkan beberapa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mukjizat" title="Mukjizat">mukjizat</a> oleh para nabi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Musa" title="Musa">Musa</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Isa" title="Isa">Isa</a> dan lainya. Mereka tetap tidak mengakui tentang kebenaran ajaran yang dibawa oleh para nabinya. Pembunuhan bukan hal asing dalam sejarah Bani Israel, bahkan nabi-nabi mereka, seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Zakariyya" title="Zakariyya">Zakariyya</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yahya" title="Yahya">Yahya</a> pun dibunuh. Mereka juga mengira telah berhasil membunuh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Isa" title="Isa">Isa</a> dan bangga atas usahanya.<br />
Semasa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yusuf_%28Al-Qur%27an%29" title="Yusuf (Al-Qur'an)">Yusuf</a> memiliki kekuasaan di Mesir, Bani Israel berkembang dari tujuh puluh orang menjadi tiga juta orang. Di antara mereka terdapat ratusan ribu orang Yahudi dari keturunan Yahuda yang rata-rata berotak cerdas tetapi sebagian besar dari bangsa ini memiliki watak buruk seperti, kikir, sombong, keduniaan, berkeinginan menguasai bangsa lain, <i>ashabiyah</i> (fanatis), kejam dan sebagainya.<sup class="reference" id="cite_ref-2"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Israil#cite_note-2">[3]</a></sup><br />
<h3><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bani_Israil&action=edit&section=4" title="Sunting bagian: Kisah Musa">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Kisah_Musa">Kisah Musa</span></h3><ul><li><b>Menghina Musa</b></li>
</ul>Musa pernah dihina oleh Bani Israel bahwa Musa memiliki <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_kulit" title="Penyakit kulit">penyakit kulit</a> dan memiliki <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Testis" title="Testis">testis</a> yang besar, Musa tidak pernah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mandi" title="Mandi">mandi</a> bersama dengan mereka karena Musa digambarkan sebagai orang yang pemalu.<sup class="reference" id="cite_ref-3"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Israil#cite_note-3">[4]</a></sup> Terbukti setelah adanya kisah batu yang membawa baju Musa yang sedang mandi, mereka baru mempercayai Musa sebagai orang yang sehat.<sup class="reference" id="cite_ref-4"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Israil#cite_note-4">[5]</a></sup> Kisah ini tercantum dalam salah satu surah Al-Ahzab 33:69 yang berbunyi,<br />
<table class="cquote" style="background-color: transparent; border-collapse: collapse; border-style: none; margin: auto;"><tbody>
<tr> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 35px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: left;" valign="top" width="20">“</td> <td style="padding: 4px 10px;" valign="top"><i>Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa; maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah. (Al-Ahzab 33:69)</i></td> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 36px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: right;" valign="bottom" width="20">”</td> </tr>
</tbody></table><ul><li><b>Pengharamkan tanah Palestina bagi Bani Israil selama 40 tahun</b></li>
</ul>Tatkala Allah mewahyukan perintah-Nya kepada Musa untuk memimpin kaumnya pergi ke <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Palestina" title="Palestina">Palestina</a>, tempat suci yang telah dijanjikan oleh Allah kepada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ibrahim" title="Ibrahim">Ibrahim</a> untuk menjadi tempat tinggal anak cucunya, mereka membangkang dan enggan melaksanankan perintah itu. Alasan penolakan mereka ialah karena mereka harus menghadapi suku <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kana%E2%80%99an&action=edit&redlink=1" title="Kana’an (halaman belum tersedia)">Kana’an</a> yang menurut anggapan mereka adalah orang-orang yang kuat dan perkasa yang tidak dapat dikalahkan dan diusir dengan adu kekuatan. Mereka tidak mempercayai janji Allah melalui Musa, bahwa dengan pertolongan-Nya mereka akan dapat mengusir suku Kan’aan dari kota <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yerikho" title="Yerikho">Ariha</a> untuk dijadikan tempat pemukiman mereka selama-lamanya.<br />
Di antara Bani Israil itu, ada 2 orang bertakwa yang menasihati mereka agar masuk dari pintu kota supaya mereka bisa menang. Akan tetapi Bani Israil menolak nasihat itu dan melontarkan kepada Musa kalimat yang menunjukkan pembangkangan dan sifat pengecut, "Pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah, sementara kami menunggu di sini."<br />
Melihat sikap umatnya yang pengecut, maka naik pitamlah Musa kepada umatnya yang tidak mau berjuang dan memeras keringat untuk mendapat tempat pemukiman tetapi ingin memperolehnya secara hadiah atau melalui mukjizat sebagaimana mereka telah mengalaminya dan banyak peristiwa. Dan yang menyedihkan hati Musa ialah kata-kata mengejek mereka, yang menandakan bahwa dada mereka masih belum bersih dari benih kufur dan syirik kepada Allah. Sehingga Bani Isra’il pun mendapatkan hukuman karena telah menolak perintah Allah memasuki Palestina, Allah mengharamkan negeri itu atas mereka selama empat puluh tahun dan selama itu mereka akan mengembara berkeliaran di atas bumi Allah tanpa mempunyai tempat mukim yang tetap. Mereka hidup dalam kebingungan sampai musnahlah mereka semuanya dan datang menyusul generasi baru yang akan mewarisi negeri yang suci itu sebagaimana yang telah disanggupkan oleh Allah kepada Ibrahim.<sup class="reference" id="cite_ref-5"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Israil#cite_note-5">[6]</a></sup> Kisah diatas tercantum dalam <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Al_Qur%27an" title="Al Qur'an">Al Qur'an</a> surah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Ma%27idah" title="Surah Al-Ma'idah">Al-Ma'idah</a>: 20 - 26.<br />
<ul><li><b>Merubah perintah Allah</b></li>
</ul>Ketika mereka akan memasuki desa di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Baitul_Maqdis" title="Baitul Maqdis">Baitul Maqdis</a> yang dijanjikan seraya bersujud dan mengucapkan memohon ampunan, tapi mereka mengganti perintah itu dengan cara melata di atas pantatnya dan mengatakan hinthah, yakni "Sebiji gandum atau biji dalam sehelai rambut.".<br />
<table class="cquote" style="background-color: transparent; border-collapse: collapse; border-style: none; margin: auto;"><tbody>
<tr> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 35px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: left;" valign="top" width="20">“</td> <td style="padding: 4px 10px;" valign="top"><i>Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak dimana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa", niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu, dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik." Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu dari langit, karena mereka berbuat fasik. (Al-Baqarah 2:58-59)</i></td> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 36px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: right;" valign="bottom" width="20">”</td> </tr>
</tbody></table><ul><li><b>Enggan melaksanakan Taurat</b></li>
</ul>Bani Israel enggan melaksanakan hukum yang terdapat dalam Taurat sehingga Allah mengangkat gunung Tursina untuk mengambil perjanjian yang teguh.<br />
<table class="cquote" style="background-color: transparent; border-collapse: collapse; border-style: none; margin: auto;"><tbody>
<tr> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 35px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: left;" valign="top" width="20">“</td> <td style="padding: 4px 10px;" valign="top"><i>Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat bukit (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!" Mereka menjawab: "Kami mendengar tetapi tidak mentaati." Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya. Katakanlah: "Amat jahat perbuatan yang telah diperintahkan imanmu kepadamu jika betul kamu beriman (kepada Taurat). (Al-Baqarah 2:93)</i></td> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 36px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: right;" valign="bottom" width="20">”</td> </tr>
</tbody></table><ul><li><b>Tidak mau beriman kecuali jika melihat Allah langsung</b></li>
</ul><table class="cquote" style="background-color: transparent; border-collapse: collapse; border-style: none; margin: auto;"><tbody>
<tr> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 35px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: left;" valign="top" width="20">“</td> <td style="padding: 4px 10px;" valign="top"><i>Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang, karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya." (Al-Baqarah 2:55)</i></td> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 36px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: right;" valign="bottom" width="20">”</td> </tr>
</tbody></table><table class="cquote" style="background-color: transparent; border-collapse: collapse; border-style: none; margin: auto;"><tbody>
<tr> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 35px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: left;" valign="top" width="20">“</td> <td style="padding: 4px 10px;" valign="top"><i>Ahli Kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka sebuah Kitab dari langit. Maka sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar dari itu. Mereka berkata: "Perlihatkanlah Allah kepada kami dengan nyata." Maka mereka disambar petir karena kezalimannya, dan mereka menyembah anak sapi, sesudah datang kepada mereka bukti-bukti yang nyata, lalu Kami ma'afkan (mereka) dari yang demikian. Dan telah Kami berikan kepada Musa keterangan yang nyata. (An-Nissa 4:153)</i></td> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 36px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: right;" valign="bottom" width="20">”</td> </tr>
</tbody></table><ul><li><b>Menuduh Musa mengolok-olok mereka</b></li>
</ul>Saat mereka disuruh menyembelih sapi betina, untuk menunjukkan siapa yang telah membunuh salah seorang dari mereka.<br />
<table class="cquote" style="background-color: transparent; border-collapse: collapse; border-style: none; margin: auto;"><tbody>
<tr> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 35px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: left;" valign="top" width="20">“</td> <td style="padding: 4px 10px;" valign="top"><i>Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." Mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil. (Al-Baqarah 2:67)</i></td> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 36px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: right;" valign="bottom" width="20">”</td> </tr>
</tbody></table><ul><li><b>Mengarang al-kitab dengan tangan mereka</b></li>
</ul>Mereka pernah mengarang al-kitab lalu mereka mengatakan ini dari Allah.<br />
<table class="cquote" style="background-color: transparent; border-collapse: collapse; border-style: none; margin: auto;"><tbody>
<tr> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 35px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: left;" valign="top" width="20">“</td> <td style="padding: 4px 10px;" valign="top"><i>Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan. (Al-Baqarah 2:79)</i></td> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 36px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: right;" valign="bottom" width="20">”</td> </tr>
</tbody></table><ul><li><b>Mengaku bahwa wahyu yang dibaca adalah asli</b></li>
</ul><table class="cquote" style="background-color: transparent; border-collapse: collapse; border-style: none; margin: auto;"><tbody>
<tr> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 35px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: left;" valign="top" width="20">“</td> <td style="padding: 4px 10px;" valign="top"><i>Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah", padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui. (Al-'Imran 3:78)</i></td> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 36px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: right;" valign="bottom" width="20">”</td> </tr>
</tbody></table><ul><li><b>Merubah Firman Allah</b></li>
</ul><table class="cquote" style="background-color: transparent; border-collapse: collapse; border-style: none; margin: auto;"><tbody>
<tr> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 35px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: left;" valign="top" width="20">“</td> <td style="padding: 4px 10px;" valign="top"><i>Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui? (Al-Baqarah 2:75)</i></td> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 36px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: right;" valign="bottom" width="20">”</td> </tr>
</tbody></table><ul><li><b>Menyembah patung sapi</b></li>
</ul><div class="dablink noprint"><img alt="!" height="20" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/ec/Crystal_Clear_app_xmag.svg/20px-Crystal_Clear_app_xmag.svg.png" width="20" />Artikel utama untuk bagian ini adalah: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Samiri" title="Samiri">Samiri</a></div>Penyembahan ini terjadi pada saat mereka ditinggal Musa menerima <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wahyu" title="Wahyu">wahyu</a> berupa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Taurat" title="Taurat">Taurat</a>, salah seorang pengikut Musa yang masih dipengaruhi nuansa mistis <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mesir" title="Mesir">Mesir</a> kuno mencoba untuk membuat sebuah patung sapi betina, kemudian diperintahkan olehnya untuk menyembah patung tersebut.<br />
<table class="cquote" style="background-color: transparent; border-collapse: collapse; border-style: none; margin: auto;"><tbody>
<tr> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 35px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: left;" valign="top" width="20">“</td> <td style="padding: 4px 10px;" valign="top"><i>Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahan) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim. (Al-Baqarah 2: 51)</i></td> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 36px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: right;" valign="bottom" width="20">”</td> </tr>
</tbody></table><table class="cquote" style="background-color: transparent; border-collapse: collapse; border-style: none; margin: auto;"><tbody>
<tr> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 35px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: left;" valign="top" width="20">“</td> <td style="padding: 4px 10px;" valign="top"><i>Sesungguhnya Musa telah datang kepadamu membawa bukti-bukti kebenaran (mukjizat), kemudian kamu jadikan anak sapi (sebagai sembahan) sesudah (kepergian)nya, dan sebenarnya kamu adalah orang-orang yang zalim. (Al-Baqarah 2: 92)</i></td> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 36px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: right;" valign="bottom" width="20">”</td> </tr>
</tbody></table><ul><li><b>Mengatakan Tangan Allah terbelenggu (kikir)</b></li>
</ul><table class="cquote" style="background-color: transparent; border-collapse: collapse; border-style: none; margin: auto;"><tbody>
<tr> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 35px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: left;" valign="top" width="20">“</td> <td style="padding: 4px 10px;" valign="top"><i>Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dila'nat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan. (Al Maa'idah 5:64)</i></td> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 36px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: right;" valign="bottom" width="20">”</td> </tr>
</tbody></table><ul><li><b>Menuduh Allah itu faqir</b></li>
</ul><table class="cquote" style="background-color: transparent; border-collapse: collapse; border-style: none; margin: auto;"><tbody>
<tr> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 35px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: left;" valign="top" width="20">“</td> <td style="padding: 4px 10px;" valign="top"><i>Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan: "Sesunguhnya Allah miskin dan kami kaya." Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka): "Rasakanlah olehmu azab yang membakar." (Al-'Imran 3:181)</i></td> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 36px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: right;" valign="bottom" width="20">”</td> </tr>
</tbody></table><ul><li><b>Menyuruh Musa dan Tuhannya berperang untuk mereka</b></li>
</ul><table class="cquote" style="background-color: transparent; border-collapse: collapse; border-style: none; margin: auto;"><tbody>
<tr> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 35px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: left;" valign="top" width="20">“</td> <td style="padding: 4px 10px;" valign="top"><i>Mereka berkata: "Hai Musa, kami sekali sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja." (Al-Maa'idah 5:24)</i></td> <td style="color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 36px; font-weight: bold; padding: 10px 10px; text-align: right;" valign="bottom" width="20">”</td> </tr>
</tbody></table><h3><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bani_Israil&action=edit&section=5" title="Sunting bagian: Kisah Isa">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Kisah_Isa">Kisah Isa</span></h3><ul><li><b>Persekongkolan pendeta Yahudi</b></li>
</ul>Para <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pendeta" title="Pendeta">pendeta</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yahudi" title="Yahudi">Yahudi</a> pernah merancang suatu persekongkolan untuk menyingkirkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Isa" title="Isa">Isa</a>. Mereka ingin mengusir Isa dan membuktikan bahwa Isa datang untuk menghancurkan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Syariat" title="Syariat">syariat</a> Musa. Syariat Musa memutuskan untuk me<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rajam" title="Rajam">rajam</a> seorang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wanita" title="Wanita">wanita</a> yang berzina. Para pendeta Yahudi menghadirkan wanita yang salah yang berhak dirajam. Mereka berkumpul di sekeliling Isa dan bertanya kepadanya: “Tidakkah syariat menetapkan untuk merajam wanita yang bersalah?” Isa menjawab: “Benar,” Mereka berkata: “Ini adalah wanita yang bersalah.” Isa memandang wanita itu dan ia pun melihat para pendeta Yahudi. Isa mengetahui bahwa para pendeta Yahudi lebih banyak kesalahannya daripada wanita tersebut.<br />
Para pendeta itu menunggu jawaban Isa. Jika ia mengatakan bahwa wanita itu tidak berhak dibunuh, maka berarti ia menentang syariat Musa dan jika ia mengatakan bahwa ia berhak dibunuh, maka ia justru menghancurkan dirinya sendiri yang membawa syariat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cinta" title="Cinta">cinta</a> dan toleransi.<br style="clear: both;" /> Isa memahami bahwa ini adalah persekongkolan yang akan menjebaknya, kemudian ia tersenyum dan wajahnya tampak bercahaya. Kemudian ia melihat para pendeta Yahudi dan wanita itu sambil berkata: “Barangsiapa di antara kalian yang tidak memiliki kesalahan, maka hendaklah ia merajam wanita itu.” Isa menetapkan peraturan baru yang berhubungan dengan hukum yang dijatuhkan kepada orang yang berbuat salah. Dalam syariat Islam, diajarkan hendaklah orang yang tidak berbuat salah menghukum orang yang salah dan tidak berhak seseorang pun dari kalangan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia" title="Manusia">manusia</a> untuk menghukum orang yang bersalah jika ia sendiri masih memiliki kesalahan, tetapi yang harus menghukumnya adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Allah" title="Allah">Allah</a>.<sup class="reference" id="cite_ref-6"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Israil#cite_note-6">[7]</a></sup><br />
<ul><li><b>Fitnah dari Bani Israel</b></li>
</ul>Ketika Isa terus mendakwahkan risalah Tuhan, kaum Bani Israel mengetahui gelagat yang tidak menguntungkan pihaknya. Maka kaum Bani Israel pun mengambil jalan dengan memfitnah Isa. Dikatakan bahwa Isa dikatakan memiliki kekuatan sebagai <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sihir" title="Sihir">penyihir</a> dan sebagai orang yang akan mengubah syariat dan mereka menisbatkan kekuatannya yang luar biasa kepada kekuatan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Setan" title="Setan">setan</a>. Ketika mereka tidak lagi memiliki tipu daya yang dapat melumpuhkan Isa dan mereka melihat orang-orang yang lemah dan orang-orang fakir berkumpul di sekitarnya, maka mereka mulai membuat suatu makar, yaitu mereka mulai memengaruhi orang-orang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Romawi" title="Romawi">Romawi</a>. Ketika orang Yahudi tidak berhasil memerangi Isa, maka mereka mengambil keputusan untuk menghilangkan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nyawa" title="Nyawa">nyawa</a> Isa.<br />
Mulailah para ketua pendeta Yahudi bermusyawarah untuk membuat suatu kesimpulan tentang cara yang mereka lakukan untuk menangkap Nabi Isa yang tidak menirnbulkan kegaduhan di tengah-tengah masyarakat. Ketika para pemimpin Yahudi bermusyawarah, maka salah seorang dari murid al-Masih yang dua belas pergi kepada mereka, yaitu <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Yahuda_al-Iskhariyutha&action=edit&redlink=1" title="Yahuda al-Iskhariyutha (halaman belum tersedia)">Yahuda al-Iskhariyutha</a>, dengan meminta sejumlah imbalan. Tetapi pada akhirnya Isa tidak berhasil mereka bunuh.<sup class="reference" id="cite_ref-7"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Israil#cite_note-7">[8]</a></sup>Muh Fadhil Haritsahhttp://www.blogger.com/profile/12420133668400469671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6976037221615238926.post-40166836474224301892012-02-29T03:53:00.001-08:002012-02-29T03:57:03.886-08:00TAFSIR SURAT AL-ANFAL:24-26 (Takutlah Azab Yang Tidak Hanya Menimpa Orang Zhalim)Allah Ta’ala berfirman,<br />
<em>“Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya, dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan,[24]. Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya,[25]. Dan ingatlah (hai para muhajirin), ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Allah memberi kamu tempat menetap (Medinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolonganNya dan diberi-Nya kamu rezki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur.[26]” </em><br />
<em><strong>Makna Global Ayat</strong> </em><br />
Ini adalah panggilan kemuliaan ilahi ke-tiga (panggilan pertama pada ayat 15, panggilan ke-dua pada ayat 20) kepada kaum Mukmin. Pada kesempatan ini, Rabb Ta’ala berkenan memanggil mereka dengan panggilan-Nya untuk memuliakan mereka dengan perintah atau larangan-Nya kepada mereka. Hal ini, sebagai bentuk pendidikan sekaligus persiapan bagi kebahagiaan dan kemuliaan mereka di dunia dan akhirat.<br />
Allah Ta’ala berfirman, <em>“Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu” </em>; ini semakna dengan panggilan pertama (pada ayat 20), <em>“Ta’atlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya.” </em><br />
Sedangkan firman-Nya, <em>“Kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu” </em>; memberikan kesan bahwa perintah-perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya adalah sama seperti larangan-larangan-Nya, tidak luput dari suatu yang memberi kehidupan kepada kaum Mukminin* atau menambah kehidupan mereka atau menjaganya untuk mereka. Oleh karena itu, Allah dan Rasul-Nya wajib dita’ati semaksimal mungkin dalam berbuat ta’at kepada keduanya.<br />
Firman-Nya, <em>“Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya” </em>; adalah peringatan besar kepada kaum Mukminin bahwa bilamana mereka diberi kesempatan untuk berbuat baik, maka hendaknya menggunakannya sebelum kesempatan itu luput, apalagi bila ia merupakan dakwah dari Allah dan Rasul-Nya, sebab Allah Maha Mampu untuk membatasi antara manusia dan apa yang diinginkannya, antara seseorang dan hatinya** dengan membolak-balikkan hati dan mengarahkannya ke arah yang lain sehingga ia tidak menyukai kebaikan dan suka kepada keburukan.<br />
Dan firman-Nya, <em>“Dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan” </em>; artinya, orang yang mengetahui bahwa ia akan dikumpulkan kepada Allah, siapa pun ia, bagaimana mungkin akalnya bisa berpaling setelah mendengar seruan-Nya yang memerintahkan sesuatu atau larangannya terhadap sesuatu.?<br />
Dan firman-Nya, <em>“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja diantara kamu”</em>***; merupakan peringatan lain yang begitu serius kepada kaum Mukminin agar jangan sekali-kali meninggalkan keta’atan kepada Allah dan Rasul-Nya, meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar yang mengakibatkan kejahatan semakin menyebar dan kerusakan merajalela, lalu karenanya Allah timpakan bencana yang merata; menimpa orang-orang yang shalih dan Thalih (kebalikan orang shalih), orang yang berbuat kebajikan dan orang yang bejad (fajir),****orang yang zhalim dan orang yang berlaku adil.<br />
Firman-Nya, <em>“Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya”</em>; ini memperkuat peringatan sebelumnya bahwa Allah Ta’ala bila menimpakan azab karena perbuatan dosa dan maksiat, maka azabnya amat pedih dan keras, tidak mampu jiwa menanggungnya. Karena itu, hendaklah kaum Mukminin berhati-hati terhadap hal itu dengan senantiasa melakukan keta’atan kepada Allah dan Rasul-Nya.<br />
Firman-Nya, <em>“Dan ingatlah (hai para muhajirin), ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Allah memberi kamu tempat menetap (Medinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur”</em>; ini adalah wejangan Rabbani bagi orang-orang Mukmin yang berinteraksi dengan dakwah Islamiyyah di hari-hari pertamanya (pertama munculnya dakwah Islamiyyah). Rabb mereka mengingatkan kondisi mereka terdahulu yang serba kekurangan dan lemah, yang takut diculik orang-orang kafir karena mereka hanya minoritas dan kaum lemah, lalu Dia menolong mereka dengan tentara-Nya sehingga mereka menjadi mulia setelah sebelumnya hidup dalam kehina-dinaan dan menjadi kaya setelah sebelumnya melarat dan tidak memiliki apa-apa (papa). Dia juga menganugerahi mereka rizki dari yang baik-baik untuk memuliakan mereka sebagai peringatan kepada mereka agar bersyukur sebab orang yang hidup dalam kondisi tersebut dan merasakannya pastilah akan mensyukuri nikmat. Syukur adalah memuji <em>al-Mun’im</em> (Pemberi nikmat), menyanjung-Nya, berbuat ta’at kepada-Nya, mencintai-Nya dan menyalurkan nikmat tersebut di jalan yang diridlai-Nya. Allah Maha Mengetahui bahwa mereka telah bersyukur. Semoga Allah meridlai dan membuat mereka ridla serta mendampingkan kita dengan mereka dalam kondisi sabar dan bersyukur. (<em>Ays</em>)<br />
<em>Tafsir Syaikh as-S’ady Terhadap Ayat 25</em><br />
Firman-Nya, <em>“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja diantara kamu”</em>; yakni bahkan menimpa pelaku kezhaliman dan orang selainnya, hal ini terjadi bila kezhaliman sudah begitu nyata, namun tidak dirubah sehingga siksaan-Nya mencakup pelakunya dan orang selainnya. Cara memelihara diri dari fitnah (siksaan) ini adalah dengan mencegah kemungkaran, melibas pelaku kejahatan dan kerusakan dengan tidak memberikan kesempatan kepada mereka untuk berbuat maksiat dan berbuat zhalim sebisa mungkin.<br />
Firman-Nya, <em>“Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya”</em>; yakni bagi orang yang sengaja menantang kemarahan-Nya dan bersimpangan dengan hal yang diridlai-Nya. (<em>Tys</em>)<br />
<strong><em>Petunjuk Ayat</em></strong><br />
Di antara petunjuk ayat-ayat di atas adalah:<br />
1. Kewajiban untuk bersegera memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya*****dengan melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, karena hal itu merupakan bagian dari kehidupan seorang Muslim.<br />
2. Wajibnya menggunakan kesempatan untuk berbuat baik sebelum waktunya lewat; kapan saja seorang Mukmin mendapatkan kesempatan itu, maka ketika itu wajib baginya untuk memanfa’atkannya dengan sebaik-baiknya.<br />
3. Wajibnya beramar ma’ruf nahi munkar untuk memelihara diri dari fitnah-fitnah yang bersifat umum, yang dapat membinasakan orang yang berbuat adil dan orang yang berlaku zhalim.<br />
4. Wajibnya mengingat nikmat untuk mensyukurinya dengan cara berbuat ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya.<br />
5. Wajibnya mensyukuri semua nikmat dengan memuji Allah, menyanjung-Nya, mengakui anugerah nikmat-Nya pada dirinya serta mengaplikasikannya dengan cara yang sesuai dengan apa yang diridlai-Nya. (<em>Ays</em>)<br />
<strong>CATATAN:</strong><br />
* Dalam ayat tersebut terdapat dalil bahwa kekufuran dan kebodohan ibarat kematian yang bersifat maknawi (non fisik) bagi manusia sebab dengan keimanan dan ilmu terjadi kehidupan dan dengan lawan keduanya terjadi kematian.<br />
** Lebih dari seorang periwayat meriwayatkan dari Nabi SAW, sabda beliau, <em>“Allaahumma Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbii ‘Ala Diinik</em> (Ya Allah, Wahai Yang membolak-balikkan setiap hati, mantapkanlah hatiku di atas dien-Mu) <em>.” </em>Dalam riwayat Muslim dinyatakan, <em>“Allaahumma Musharrifal Quluub, Sharrif Quluubana Ila Thaa’atik</em> (Ya Allah, Yang merubah setiap hati, rubahlan setiap hati kami kepada berbuat ta’at kepada-Mu) <em>.” </em><br />
*** Mengenai ayat ini, Ibn ‘Abbas berkata, “Allah memerintahkan kepada kaum Mukminin agar tidak mendiamkan saja kemungkaran terjadi di sekitar mereka sehingga azab tidak menimpa secara merata kepada mereka. Di dalam Shahih Muslim dari Zainab binti Jahsy bahwasanya ia bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, apakah kami akan dibinasakan padahal ada orang-orang shalih di tengah kami.?” Beliau menjawab, <em>“Ya, bila keburukan telah demikian banyak.” </em><br />
**** Imam Ahmad meriwayatkan dari Ummu Salamah, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, <em>‘Bila perbuatan-perbuatan maksiat di tengah umatku telah nyata, maka Allah akan menimpakan azab-Nya kepada mereka secara merata.”</em> Ia berkata, “Lalu aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bukankah di tengah mereka itu ada orang-orang yang shalih.?’ Beliau menjawab, <em>“Benar.”</em> Ia berkata lagi, “Bagaimana jadinya mereka.?” Beliau bersabda, <em>“Apa yang menimpa orang-orang menimpa mereka juga, kemudian nasib akhir mereka mendapatkan ampunan dan keridlaan dari Allah.” </em><br />
***** Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Sa’id bin al-Ma’ally, dia berkata, “Pernah ketika aku sedang shalat di Masjid, lalu dipanggil oleh Rasulullah SAW namun aku tidak menjawabnya, kemudian barulah aku mendatanginya seraya berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku barusan dari shalat di Masjid.” Lalu beliau bersabda, “Bukankah Allah Ta’ala berfirman, ‘Penuhilah pangglan Allah dan Rasul bila ia mengajakmu kepada hal yang dapat menghidupkanmu.?” …selanjutnya beliau (al-Bukhary) menyebutkan teks haditsnya.<br />
Para ulama berkata, “Dalam kasus ini terdapat dalil yang menunjukkan bahwa perbuatan yang bersifat wajib atau ucapan yang bersifat wajib bila dilakukan di dalam shalat, tidak membatalkannya.”<br />
SUMBER:<br />
-<em>Aysarut Tafaasiir Li Kalaamil ‘’Aliiyyil Kabiir</em> karya Syaikh al-Jazairy (disingkat: Ays)<br />
-<em>Taysiirul Kariimir Rahmaan Fii Tafsiir Kalaamil Mannaan</em> karya Syaikh Nashir as-Sa’dy (disingkat: Tys)Muh Fadhil Haritsahhttp://www.blogger.com/profile/12420133668400469671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6976037221615238926.post-25067163353130096972012-02-29T03:50:00.000-08:002012-02-29T03:50:35.260-08:00At-TaubahAt-Taubah: Satu-satunya surat dalam Al-Qur'an yang tidak diawali dengan lafadz basmalah. Surat ini berisi firman-firman Allah yang tegas dan keras tentang berjihad (berperang) di jalan Allah. Saya sebut tegas karena berjihad ini bukanlah pilihan. Setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah tidak selayaknya menolak untuk berjihad tanpa ada uzur yang sangat kuat.<br />
<br />
Saya sebut keras karena Allah tidak menampakan kelembutannya dalam perintah berjihad ini. Allah SWT seolah-olah tidak memberikan toleransi sedikit pun mengenai keharusan berjihad bagi orang-orang yang beriman. Sebegitu kerasnya perintah Allah sampai orang-orang yang membuat-buat alasan (dengan berdusta) untuk tidak ikut berjihad dijanjikan adzab yang pedih. Na'udzubillaahi min dzaalik.<br />
<br />
Memang tidak semua ayat dalam surat At-Taubah ini tentang berjihad di jalan Allah. Akan tetapi, secara garis besar, ayat-ayat dalam surat At-Taubah ini tidak lepas dari peringatan-peringatan keras dari Allah kepada orang-orang kafir, fasik, dan munafik. Peringatan-peringatan keras ini senantiasa diakhiri dengan peringatan akan adzab yang pedih dan kekal. Na'udzubillaahi min dzaalik.<br />
<br />
Tidak banyak yang dapat saya paparkan dari surat At-Taubah. Hikmah yang saya dapatkan untuk saat ini pada dasarnya hanya beberapa paragraf di atas. Di bawah ini saya cantumkan beberapa ayat yang sengaja saya kutip dari surat tersebut:<br />
<br />
orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. (QS. At-Taubah:20)<br />
<br />
Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai. (QS. At-Taubah:25)<br />
<br />
pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu." (QS. At-Taubah:35)<br />
<br />
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana[1]. (QS. At-Taubah:40)<br />
<br />
Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal." (QS. At-Taubah:51)<br />
<br />
Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan. (QS. At-Taubah:54)<br />
<br />
Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah mela'nati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal. (QS. At-Taubah:68)<br />
<br />
Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar. (QS. At-Taubah:72)<br />
<br />
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. (QS. At-Taubah:100)<br />
<br />
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At-Taubah:111)<br />
<br />
Sesungguhnya kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia menghidupkan dan mematikan. Dan sekali-kali tidak ada pelindung dan penolong bagimu selain Allah. (QS. At-Taubah:116)<br />
<br />
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS. At-Taubah:122)Muh Fadhil Haritsahhttp://www.blogger.com/profile/12420133668400469671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6976037221615238926.post-73185808735190961722012-02-29T03:48:00.002-08:002012-02-29T03:48:45.910-08:00HADITS KEEMPATPULUH DUAعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَاكَانَ مِنْكَ وَلاَ أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّماَءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ، يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ اْلأَرْضِ خَطاَياَ ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكْ بِي شَيْئاً لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً<br />
<br />
[رواه الترمذي وقال حديث حسن صحيح ]<br />
<br />
Terjemah Hadits / ترجمة الحديث :<br />
<br />
Dari Anas Radhiallahuanhu dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Allah Ta’ala berfirman: “Wahai anak Adam, sesungguhnya Engkau berdoa kepada-Ku dan memohon kepada-Ku, maka akan aku ampuni engkau, Aku tidak peduli (berapapun banyaknya dan besarnya dosamu). Wahai anak Adam seandainya dosa-dosamu (sebanyak) awan di langit kemudian engkau minta ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni engkau. Wahai anak Adam sesungguhnya jika engkau datang kepadaku dengan kesalahan sepenuh bumi kemudian engkau menemuiku dengan tidak menyekutukan Aku sedikitpun maka akan Aku temui engkau dengan sepenuh itu pula ampunan “<br />
<br />
(Riwayat Turmuzi dan dia berkata : haditsnya hasan shahih).<br />
<br />
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث:<br />
<br />
1. Berdoa diperintahkan dan dijanjikan untuk dikabulkan.<br />
<br />
2. Pemberian maaf Allah dan ampunan-Nya lebih luas dan lebih besar dari dosa seorang hamba jika dia minta ampun dan bertaubat.<br />
<br />
3. Berbaik sangka kepada Allah Ta’ala, Dialah semata Yang Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat dan istighfar.<br />
<br />
4. Tauhid adalah pokok ampunan dan sebab satu-satunya untuk meraihnya.<br />
<br />
5. Membuka pintu harapan bagi ahli maksiat untuk segera bertaubat dan menyesal betapapun banyak dosanya.<br />
<br />
Media Muslim INFO Project | http://www.mediamuslim.info | Indonesia @ 1428 H / 2007 M<br />
<br />
geovisit(); 1<br />
<br />
Tinggalkan sebuah Komentar<br />
<br />
Ditulis dalam 40 Hadis, 40 Hadist, 40 Hadits, Arba'in An Nawawi, Arbin An Nawawi, Hadis Arbain, Hadis Imam Nawawi, Hadits Arba'in, Hadits Arba'in An Nawawi, Hadits Imam Nawawi, Hadits Populer, Hadits Shohih, Imam NawawiMuh Fadhil Haritsahhttp://www.blogger.com/profile/12420133668400469671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6976037221615238926.post-2598709424965023962012-02-29T03:47:00.000-08:002012-02-29T03:47:37.050-08:00HADITS KEEMPATPULUH SATUعَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعاً لِمَا جِئْتُ بِهِ<br />
<br />
[حَديثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَرَوَيْنَاهُ فِي كِتَابِ الْحُجَّة بإسنادٍ صحيحٍ ]<br />
<br />
Dari Abu Muhammad Abdillah bin Amr bin ‘Ash radhiallahuanhuma dia berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : “Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa “<br />
<br />
Hadits hasan shahih dan kami riwayatkan dari kitab Al Hujjah dengan sanad yang shahih.<br />
<br />
(Hadits ini tergolong dho’if. Lihat Qowa’id Wa Fawa’id minal Arba’in An-Nawawiyah, karangan Nazim Muhammad Sulthan hal. 355, Misykatul Mashabih takhrij Syaikh Al Albani, hadits no. 167, juz 1, Jami’ Al Ulum wal Hikam oleh Ibn Rajab)<br />
<br />
Media Muslim INFO Project | http://www.mediamuslim.info | Indonesia @ 1428 H / 2007 M<br />
<br />
Tinggalkan sebuah Komentar<br />
<br />
Ditulis dalam 40 Hadis, 40 Hadist, 40 Hadits, Arba'in An Nawawi, Arbin An Nawawi, Hadis Arbain, Hadis Imam Nawawi, Hadits Arba'in, Hadits Arba'in An Nawawi, Hadits Imam Nawawi, Hadits Populer, Hadits Shohih, Imam NawawiMuh Fadhil Haritsahhttp://www.blogger.com/profile/12420133668400469671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6976037221615238926.post-15202761829251743152012-02-22T05:11:00.000-08:002012-02-22T05:11:02.078-08:00SIKAP MENCINTAI AL-QUR’AN SEBAGAI KITAB ALLAH<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.0pt;"><span lang="SV" style="color: black; font-size: 100%; mso-ansi-language: SV;">Menurut bahasa Al Qur’an berarti bacaan atau yang dibaca, sedangkan menurut istilah Al Qur’an adalah ”<i>Kalamullah berupa mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., melalui malaikat Jibril dan membacanya adalah ibadah</i>”. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.0pt;"><span lang="SV" style="color: black; font-size: 100%; mso-ansi-language: SV;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.0pt;"><span lang="SV" style="color: black; font-size: 100%; mso-ansi-language: SV;">Al Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari atau 23 tahun, 13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah. Al Qur’an terdiri atas 30 juz, 114 surat dan 6236 ayat. Ayat yang pertama kali turun adalah QS Al ’Alaq ayat 1-5 yang turun di Makkah pada tanggal 17 Ramadlan Tahun Pertama Kenabian (6 Agustus 610 M). Sedangkan ayat yang terakhir turun adalah QS Al Maidah ayat 3 yang turun di Madinah pada tanggal 9 Dzulhijjah Tahun 10 Hijriyah.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.0pt;"><span lang="SV" style="color: black; font-size: 100%; mso-ansi-language: SV;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.0pt;"><span lang="SV" style="color: black; font-size: 100%; mso-ansi-language: SV;">Al Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang harus dibaca, dipelajari maknanya dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu umat Islam harus memilili sikap mencintai Al Qur’an. Sikap mencintai kitab Suci Al Qur’an dapat ditunjukkan dengan :</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18.0pt;"><span lang="SV" style="color: black; font-size: 100%; mso-ansi-language: SV;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level3 lfo1; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="FI" style="color: black; font-size: 100%; mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="SV" style="color: black; font-size: 100%; mso-ansi-language: SV;">Tidak menyentuh (memegang) kitab Suci Al Qur’an kecuali dalam keadaan suci dari hadats. </span><span lang="FI" style="color: black; font-size: 100%; mso-ansi-language: FI;">Firman Allah SWT dalam QS Al Waqi’ah ayat 79 :</span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-right: 18.0pt; text-align: right; text-indent: -18.0pt; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">ž</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">w</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ÿ</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">¼</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ç</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">m</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;"></span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">¡</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">y</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">J</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">ƒ</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">ž</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">w</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">)</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">b</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ã</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">£</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">g</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">Ü</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ß</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">J</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ø</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">9</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ç</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ð</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ò</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">È</span></span><span lang="AR-SA" style="font-size: 100%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;"><span style="font-size: 100%;"><i><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>”tidak menyentuhnya (<span style="color: black;">Al Qur’an</span>) kecuali orang-orang yang suci”.</span></i></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;"><span lang="FI" style="font-size: 100%; mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span><span lang="FI" style="color: black; font-size: 100%; mso-ansi-language: FI;">Sabda Rasulullah Saw. :</span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-right: 18.0pt; text-align: right; text-indent: -18.0pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 100%;"><b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic","serif"; mso-ansi-language: FIfont-family:"; mso-ascii-font-family: "Times New Roman";">لاَ يَمَسُّ الْقُرْآنَ إِلاَّ طَاهِرْ </span></b><b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic","serif"; mso-ansi-language: FIfont-family:"; mso-ascii-font-family: "Times New Roman";">(رواه ابو داود و النساء)</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;"><span lang="FI" style="font-size: 100%; mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span><span style="font-size: 100%;"><i><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">“Tidak boleh menyentuh Al Qur’an kecuali orang yang suci”</span></i></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;"><span style="font-size: 100%;"><i><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span></i></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level3 lfo1; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="FI" style="color: black; font-size: 100%; mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="FI" style="color: black; font-size: 100%; mso-ansi-language: FI;">Meletakkan kitab Suci Al Qur’an pada tempat khusus, tidak disembarang tempat dan tidak boleh diletakkan di bawah benda yang lain. Jumhur Ulama mengatakan, <i>”meletakkan sesuatu di atas Al Qur’an hukumnya haram, karena termasuk perbuatan menghina dan merendahkan Al Qur’an”</i></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 100%;"><i><span lang="FI" style="color: black; mso-ansi-language: FI;"> </span></i></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level3 lfo1; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="FI" style="color: black; font-size: 100%; mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="FI" style="color: black; font-size: 100%; mso-ansi-language: FI;">Membaca kitab Suci Al Qur’an setiap hari meskipun hanya beberapa ayat, sebab membaca Al Qur’an merupakan ibadah. Sabda Rasulullah Saw. :</span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-right: 18.0pt; text-align: right; text-indent: -18.0pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 100%;"><b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic","serif"; mso-ansi-language: FIfont-family:"; mso-ascii-font-family: "Times New Roman";">عَلَيْكَ بِتِلاَوَةِ ا لْقُرْآنِ فَإ نَّهُ نُوْرٌ لَّكَ فِى اْلاَرْضِ وَذُخْرٌ لَّكَ فِى السَّمَآءِ </span></b><b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic","serif"; mso-ansi-language: FIfont-family:"; mso-ascii-font-family: "Times New Roman";">(رواه ابن ماجه)</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-size: 100%;"><i><span lang="SV" style="color: black; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>”Hendaklah engkau membaca Al Qur’an, sebab bacaan Al Qur’an adalah cahaya bagimu di bumi dan simpananmu di langit”</span></i></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-size: 100%;"><i><span lang="SV" style="color: black; mso-ansi-language: SV;"> </span></i></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level3 lfo1; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="SV" style="color: black; font-size: 100%; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="SV" style="color: black; font-size: 100%; mso-ansi-language: SV;">Membaca kitab Suci Al Qur’an dengan tartil (sesuai ilmu Tajwid) dan suara yang bagus. Firman Allah SWT dalam QS Al Muzammil ayat 4 :</span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-right: 18.0pt; text-align: right; text-indent: -18.0pt; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">È</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">@</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">o</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">?</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">‘</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span></span><span dir="LTR" lang="SV" style="font-size: 100%; mso-ansi-language: SV;">…</span><span lang="SV" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">b</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">ä</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ö</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">à</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">)</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ø</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">9</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">¸</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">x</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">‹</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">?</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ö</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">?</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ç</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Í</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">È</span></span><span lang="AR-SA" style="font-size: 100%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;"><span style="font-size: 100%;"><i><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>”... dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan”.</span></i></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;"><span lang="ES" style="color: black; font-size: 100%; mso-ansi-language: ES;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span><span lang="FI" style="color: black; font-size: 100%; mso-ansi-language: FI;">Sabda Rasulullah Saw. :</span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-right: 18.0pt; text-align: right; text-indent: -18.0pt; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 100%;"><b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic","serif"; mso-ansi-language: SVfont-family:"; mso-ascii-font-family: "Times New Roman";">جَوِّدُ الْقُرْآنَ فَإِنَّ التَّجْوِيْدَ حِلْيَةُ الْقِرَاءَةِ </span></b><b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic","serif"; mso-ansi-language: SVfont-family:"; mso-ascii-font-family: "Times New Roman";">(رواه الترمذى)</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="EN-US" style="color: black; font-size: 100%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><i>“Baguskanlah bacaan Al Qur’an, maka sesungguhnya membaguskan bacaan Al Qur’an itu hiasan qira’ah (bacaan)”</i></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-size: 100%;"><i><span lang="EN-US" style="color: black;"> </span></i></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level3 lfo1; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="EN-US" style="color: black; font-size: 100%;"><span style="mso-list: Ignore;">5.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="SV" style="color: black; font-size: 100%; mso-ansi-language: SV;">Jika mendengar Al Qur’an dibacakan maka diamlah dan dengarkan dengan seksama agar mendapat rahmat.. </span><span lang="EN-US" style="color: black; font-size: 100%;">Firman Allah SWT dalam QS Al<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>A’raf ayat 204 :</span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-right: 18.0pt; text-align: right; text-indent: -18.0pt; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR" lang="EN-US" style="color: black; font-size: 100%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">Œ</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">)</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;"></span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">˜</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ì</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">è</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">%</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ã</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">b</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">ä</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ö</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">à</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">)</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ø</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">9</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">(</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">q</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ã</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">è</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">J</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">G</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ó</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">™</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">$</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">ù</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">¼</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ç</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">m</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">9</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">(</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">q</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ç</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">F</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Å</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">Á</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">R</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">r</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">&</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ö</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">N</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ä</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">3</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ª</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">=</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">y</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">è</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">9</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">b</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">q</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ç</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">H</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">x</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">q</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ö</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">è</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">?</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ç</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ë</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">É</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Í</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">È</span></span><span lang="AR-SA" style="font-size: 100%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt;"><span style="font-size: 100%;"><i><span lang="EN-US">“dan apabila dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”.</span></i></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt;"><span style="font-size: 100%;"><i><span lang="EN-US"> </span></i></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt;"><span style="font-size: 100%;"><i><span lang="EN-US"> </span></i></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt;"><span style="font-size: 100%;"><i><span lang="EN-US"> </span></i></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt;"><span style="font-size: 100%;"><i><span lang="EN-US"> </span></i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt;"><span lang="EN-US" style="color: black; font-size: 100%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span><span lang="EN-US" style="color: black; font-size: 100%; line-height: 150%;">Firman Allah SWT dalam QS Al<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Anfal ayat 2 :</span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-left: 36.0pt; text-align: right; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">$</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">y</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">J</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">¯</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">R</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">)</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">š</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">c</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">q</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ã</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Z</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">B</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">÷</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">s</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ß</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">J</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ø</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">9</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">û</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">ï</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB3; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB3;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB3;">%</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">©</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB3; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB3;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB3;">!</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">Œ</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">)</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">.</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">è</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">Œ</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">ª</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">!</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ô</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">M</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">n</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">=</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Å</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">_</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ö</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">N</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">å</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">k</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">æ</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">5</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">q</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">è</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">=</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">è</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">%</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">Œ</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">)</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ô</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">M</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">‹</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">=</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">è</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">?</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ö</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">N</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Í</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">k</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ö</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ž</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">n</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">=</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">ã</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">¼</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ç</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">m</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ç</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">G</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">»</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">ƒ</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">ä</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ö</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">N</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">å</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">k</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ø</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">E</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">y</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">Š</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">y</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">—</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">$</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Y</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Z</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">»</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">y</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">J</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">ƒ</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">)</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">4</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">’</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">n</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">?</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">ã</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ó</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">O</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">g</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">n</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">/</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">‘</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">b</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">q</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">è</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">=</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB4; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">©</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">.</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">q</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB1; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">G</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB5; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">ƒ</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 100%;"> </span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ç</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ë</span></span><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: HQPB2; font-size: 100%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">È</span></span><span lang="AR-SA" style="font-size: 100%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-indent: -36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-size: 100%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span><span style="font-size: 100%;"><i><span lang="EN-US">“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”.</span></i></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-indent: -36.0pt;"><span style="font-size: 100%;"><i><span lang="EN-US"> </span></i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level3 lfo1; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="SV" style="color: black; line-height: 150%; mso-ansi-language: SVfont-size:100%;"><span style="mso-list: Ignore;">6.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="EN-US" style="color: black; font-size: 100%; line-height: 150%;">Mempelajari dan mengajarkan kitab Suci Al Qur’an kepada orang lain. </span><span lang="FI" style="color: black; line-height: 150%; mso-ansi-language: FIfont-size:100%;">Sabda Rasulullah Saw. :</span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: right; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 100%;"><b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic","serif"; mso-ansi-language: SVfont-family:"; mso-ascii-font-family: "Times New Roman";">خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ </span></b><b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic","serif"; mso-ansi-language: SVfont-family:"; mso-ascii-font-family: "Times New Roman";">(رواه مسلم)</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;"><span style="font-size: 100%;"><i><span lang="SV" style="color: black; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>”Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya”</span></i></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;"><span style="font-size: 100%;"><i><span lang="SV" style="color: black; mso-ansi-language: SV;"> </span></i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level3 lfo1; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="SV" style="color: black; line-height: 150%; mso-ansi-language: SVfont-size:100%;"><span style="mso-list: Ignore;">7.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="SV" style="color: black; line-height: 150%; mso-ansi-language: SVfont-size:100%;">Menjadikan kitab Suci Al Qur’an sebagai pedoman hidup sehari-hari. Sabda Rasulullah Saw. :</span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: right; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 100%;"><b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic","serif"; mso-ansi-language: SVfont-family:"; mso-ascii-font-family: "Times New Roman";">تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ مَا إِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا لَنْ تَضِلُّوْا اَبَدًا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ رَسُوْلِهِ </span></b><b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic","serif"; mso-ansi-language: SVfont-family:"; mso-ascii-font-family: "Times New Roman";">(رواه الحكيم)</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-size: 100%;"><i><span lang="SV" style="color: black; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>”Kutinggalkan untukmu dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh kepada keduanya yaitu Kitabullah (Al Qur’an) dan sunnah Rasul-Nya (Al Hadits)”.</span></i></span></div>Muh Fadhil Haritsahhttp://www.blogger.com/profile/12420133668400469671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6976037221615238926.post-63326906959937939482012-02-22T04:47:00.002-08:002012-02-22T04:47:38.379-08:00Sifat 20 Allah<div style="text-align: justify;">Ilmu Tauhid (Aqidah/Iman) adalah hal yang paling penting yang harus dipelajari setiap Muslim. Bahkan harus dipelajari lebih dulu sebelum kita mempelajari/melakukan ibadah seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya. Bagaimana kita bisa tergerak untuk melakukan ibadah jika dalam hati kita tidak ada iman? Bagaimana kita bisa ikhlas dan khusyuk beribadah jika kita tidak tahu/tidak yakin akan Allah dan sifat-sifatNya?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><br />
<div style="text-align: justify;">Banyaknya ummat Islam di Indonesia yang menjadi murtad itu karena mereka nyaris tidak mempelajari dan meyakini ilmu Tauhid sehingga akhirnya tidak tahu Sifat-sifat Tuhan yang asli/sejati. Akhirnya mereka menyembah Tuhan yang sifatnya berlawanan dari sifat Allah seperti menyembah 3 Tuhan dan sebagainya.</div><div style="text-align: justify;"><span id="more-731"> </span>Pada Ilmu Tauhid ini diasumsikan orang belum memiliki iman yang kuat kepada Allah, apalagi Al Qur’an. Oleh karena itu dalilnya pun yang pertama dipakai adalah dalil Akal/Logika (Aqli). Setelah beriman, baru dalil Naqli (Al Qur’an) dikemukakan. Pada ilmu tentang Iman, maka Akal harus digunakan. Ada pun jika sudah beriman dan mengenai fiqih misalnya kenapa kalau kentut bukan (maaf) pantat yang dibasuh, tapi harus mencuci anggota badan lainnya, maka dalil Naqli (Al Qur’an dan Hadits) yang harus dipakai. Pada Tauhid, Aqli harus dipakai. Pada Fiqih, Naqli yang dipakai.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Karena itulah Allah dalam Al Qur’an juga kerap menggunakan dalil Akal/Logika kepada kaum yang kafir atau imannya masih lemah. Hanya orang yang berakal saja yang dapat pelajaran.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>“…Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” [Ali ‘Imran 7]</strong></div><div style="text-align: justify;">Allah juga kerap memakai ilmu pengetahuan seperti penciptaan langit dan bumi sebagai tanda bagi orang yang berakal:</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” [Ali ‘Imran 190]</strong></div><div style="text-align: justify;"><strong><br />
</strong></div><div style="text-align: justify;"><strong>“dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal.” [Al Jaatsiyah 5]</strong></div><div style="text-align: justify;"><strong><br />
</strong></div><div style="text-align: justify;">Lihat ayat Al Waaqi’ah ayat 58 hingga 72. Allah menggunakan logika kepada manusia (termasuk kita yang membaca surat tersebut) agar menggunakan akal kita:</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>“Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya?” [Al Waaqi’ah 58-59]</strong></div><div style="text-align: justify;"><strong><br />
</strong></div><div style="text-align: justify;"><strong>“Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang menjadikannya?” [Al Waaqi’ah 72]</strong></div><div style="text-align: justify;"><strong><br />
</strong></div><div style="text-align: justify;">Allah menggunakan logika dan perumpamaan-perumpamaan (Tamtsil/Ibarat) agar orang yang berakal/berilmu meski dia belum beriman jadi berfikir dan beriman kepada Allah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” [Al ‘Ankabuut 43]</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Baca juga ayat Al Hasyr 21, Al Kahfi 45, Al Kahfi 54, Ar Ruum 58, Az Zumar 27, dsb. Ada 58 ayat lebih tentang perumpamaan yang dikenal sebagai logika analogi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Contoh perumpamaan itu adalah ayat Al A’raaf 176, Al ‘Ankabuut 41, Al Baqarah 17, Al Baqarah 171, Al Baqarah 261, Al Baqarah 264, dan sebagainya.<br />
Keliru sekali jika ada orang yang menolak sama sekali penggunaan dalil Akal atau Logika apalagi jika itu ditujukan pada orang yang belum atau masih tipis imannya. Karena itu, banyak orang-orang yang dulunya kafir, akhirnya masuk Islam. Bayangkan, bagaimana mungkin orang mau mempercayai Al Qur’an (firman Allah) jika kepada Allah saja dia belum beriman? Karena itulah pendekatan akal digunakan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Berbagai firman Allah seperti Afalaa Ta’qiluun, La’allakum Tatafakkaruun, Ulil Albaab merupakan perintah Allah pada manusia untuk menggunakan akal atau fikiran termasuk dalam beragama.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sifat Allah itu banyak/tidak terhitung. Namun seandainya ditulis 1 juta, 1 milyar, atau 1 trilyun, tentu kita tidak akan sanggup mempelajarinya bukan? Seorang ulama menulis 20 sifat yang wajib (artinya harus ada) pada Tuhan/Allah. Jika tidak memiliki sifat itu, berarti dia bukan Tuhan atau Allah. Minimal kita bisa memahami dan meyakini 13 dari sifat tersebut agar tidak tersesat. Setelah itu kita bisa mempelajari sifat Allah lainnya dalam Ama’ul Husna (99 Nama Allah yang Baik)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>Sifat-sifat itu adalah:<br />
</strong></div><div style="text-align: justify;"><strong>1. Wujud (ada)</strong></div><div style="text-align: justify;">Allah itu Wujud (ada). Tidak mungkin/mustahil Allah itu ‘Adam (tidak ada).<br />
Memang sulit membuktikan bahwa Tuhan itu ada. Tapi jika kita melihat pesawat terbang, mobil, TV, dan lain-lain, sangat tidak masuk akal jika kita berkata semua itu terjadi dengan sendirinya. Pasti ada pembuatnya.</div><div style="text-align: justify;">Jika benda-benda yang sederhana seperti korek api saja ada pembuatnya, apalagi dunia yang jauh lebih komplek.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Bumi yang sekarang didiami oleh sekitar 8 milyar manusia, keliling lingkarannya sekitar 40 ribu kilometer panjangnya. Matahari, keliling lingkarannya sekitar 4,3 juta kilometer panjangnya. Matahari, dan 8 planetnya yang tergabung dalam Sistem Tata Surya, tergabung dalam galaksi Bima Sakti yang panjangnya sekitar 100 ribu tahun cahaya (kecepatan cahaya=300 ribu kilometer/detik!) bersama sekitar 100 milyar bintang lainnya. Galaksi Bima Sakti, hanyalah 1 galaksi di antara ribuan galaksi lainnya yang tergabung dalam 1 “Cluster”. Cluster ini bersama ribuan Cluster lainnya membentuk 1 Super Cluster. Sementara ribuan Super Cluster ini akhirnya membentuk “Jagad Raya” (Universe) yang bentangannya sejauh 30 Milyar Tahun Cahaya!</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Harap diingat, angka 30 Milyar Tahun Cahaya baru angka estimasi saat ini, karena jarak pandang teleskop tercanggih baru sampai 15 Milyar Tahun Cahaya.</div><div style="text-align: justify;">Bayangkan, jika jarak bumi dengan matahari yang 150 juta kilometer ditempuh oleh cahaya hanya dalam 8 menit, maka seluruh Jagad Raya baru bisa ditempuh selama 30 milyar tahun cahaya. Itulah kebesaran ciptaan Allah! Jika kita yakin akan kebesaran ciptaan Tuhan, maka hendaknya kita lebih meyakini lagi kebesaran penciptanya.</div><div style="text-align: justify;">Dalam Al Qur’an, Allah menjelaskan bahwa Dialah yang menciptakan langit, bintang, matahari, bulan, dan lain-lain:</div><div style="text-align: justify;"><strong>“Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.” [Al Furqoon:61]</strong></div><div style="text-align: justify;">Karena kita tidak bisa melihat Tuhan, bukan berarti Tuhan itu tidak ada. Tuhan ada. Meski kita tidak bisa melihatNya, tapi kita bisa merasakan ciptaannya.” Pernyataan bahwa Tuhan itu tidak ada hanya karena panca indera manusia tidak bisa mengetahui keberadaan Tuhan adalah pernyataan yang keliru.</div><div style="text-align: justify;">Berapa banyak benda yang tidak bisa dilihat atau didengar manusia, tapi pada kenyataannya benda itu ada?</div><div style="text-align: justify;">Betapa banyak benda langit yang jaraknya milyaran, bahkan mungkin trilyunan cahaya yang tidak pernah dilihat manusia, tapi benda itu sebenarnya ada?</div><div style="text-align: justify;">Berapa banyak zakat berukuran molekul, bahkan nukleus (rambut dibelah 1 juta), sehingga manusia tak bisa melihatnya, ternyata benda itu ada? (manusia baru bisa melihatnya jika meletakkan benda tersebut di bawah mikroskop yang amat kuat).</div><div style="text-align: justify;">Berapa banyak gelombang (entah radio, elektromagnetik. Listrik, dan lain-lain) yang tak bisa dilihat, tapi ternyata hal itu ada?</div><div style="text-align: justify;">Benda itu ada, tapi panca indera manusia lah yang terbatas, sehingga tidak mengetahui keberadaannya.</div><div style="text-align: justify;">Kemampuan manusia untuk melihat warna hanya terbatas pada beberapa frekuensi tertentu, demikian pula suara. Terkadang sinar yang amat menyilaukan bukan saja tak dapat dilihat, tapi dapat membutakan manusia. Demikian pula suara dengan frekuensi dan kekerasan tertentu selain ada yang tak bisa didengar juga ada yang mampu menghancurkan pendengaran manusia. Jika untuk mengetahui keberadaan ciptaan Allah saja manusia sudah mengalami kesulitan, apalagi untuk mengetahui keberadaan Sang Maha Pencipta!</div><div style="text-align: justify;">Ada jutaan orang yang mengatur lalu lintas jalan raya, laut, dan udara. Mercusuar sebagai penunjuk arah di bangun, demikian pula lampu merah dan radar. Menara kontrol bandara mengatur lalu lintas laut dan udara. Sementara tiap kendaraan ada pengemudinya. Bahkan untuk pesawat terbang ada Pilot dan Co-pilot, sementara di kapal laut ada Kapten, juru mudi, dan lain-lain. Toh, ribuan kecelakaan selalu terjadi di darat, laut, dan udara. Meski ada yang mengatur, tetap terjadi kecelakaan lalu lintas.</div><div style="text-align: justify;">Sebaliknya, bumi, matahari, bulan, bintang, dan lain-lain selalu beredar selama milyaran tahun lebih (umur bumi diperkirakan sekitar 4,5 milyar tahun) tanpa ada tabrakan. Selama milyaran tahun, tidak pernah bumi menabrak bulan, atau bulan menabrak matahari. Padahal tidak ada rambu-rambu jalan, polisi, atau pun pilot yang mengendarai. Tanpa ada Tuhan yang Maha Mengatur, tidak mungkin semua itu terjadi. Semua itu terjadi karena adanya Tuhan yang Maha Pengatur. Allah yang telah menetapkan tempat-tempat perjalanan (orbit) bagi masing-masing benda tersebut. Jika kita sungguh-sungguh memikirkan hal ini, tentu kita yakin bahwa Tuhan itu ada.</div><div style="text-align: justify;"><strong>“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” [Yunus:5]<br />
</strong></div><div style="text-align: justify;"><strong>“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” [Yaa Siin:40]</strong></div><div style="text-align: justify;">Sungguhnya orang-orang yang memikirkan alam, insya Allah akan yakin bahwa Tuhan itu ada:</div><div style="text-align: justify;"><strong>“Allah lah Yang meninggi-kan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia berse-mayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.” [Ar Ra’d:2]<br />
</strong></div><div style="text-align: justify;"><strong>“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” [Ali Imron:191]</strong></div><div style="text-align: justify;">Artikel lengkap tentang Bukti Tuhan itu Ada dapat anda lihat di www.media-islam.or.id</div><div style="text-align: justify;">Hikmah: Kunci Iman menyembah Allah. Kalau orang tidak mempercayai Allah itu ada, maka dia adalah Atheist. Tidak mungkin bisa ikhlas dan khusyu’ menyembah Allah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>2. Qidam (Terdahulu)</strong></div><div style="text-align: justify;">Allah itu Qidam (Terdahulu). Mustahil Allah itu Huduts (Baru).</div><div style="text-align: justify;"><strong>“Dialah Yang Awal …” [Al Hadiid:3]<br />
</strong></div><div style="text-align: justify;"><strong>Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Allah yang menciptakan langit, bumi, serta seluruh isinya termasuk tumbuhan, binatang, dan juga manusia.<br />
“Yang demikian itu adalah Allah, Tuhanmu, Pencipta segala sesuatu..?” [Al Mu'min:62]</strong></div><div style="text-align: justify;">Oleh karena itu, Allah adalah awal. Dia sudah ada jauh sebelum langit, bumi, tumbuhan, binatang, dan manusia lainnya ada. Tidak mungkin Tuhan itu baru ada atau lahir setelah makhluk lainnya ada.</div><div style="text-align: justify;">Sebagai contoh, tidak mungkin lukisan Monalisa ada lebih dulu sebelum pelukis yang melukisnya, yaitu Leonardo Da Vinci. Demikian juga Tuhan. Tidak mungkin makhluk ciptaannya muncul lebih dulu, kemudian baru muncul Tuhan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>3. Baqo’ (Kekal)</strong></div><div style="text-align: justify;">Allah itu Baqo’ (Kekal). Tidak mungkin Allah itu Fana’ (Binasa).<br />
Allah sebagai Tuhan Semesta Alam itu hidup terus menerus. Kekal abadi mengurus makhluk ciptaannya. Jika Tuhan itu Fana’ atau mati, bagaimana nasib ciptaannya seperti manusia?</div><div style="text-align: justify;"><strong>“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati…” [Al Furqon 58]</strong></div><div style="text-align: justify;"><strong>“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” [Ar Rahman:26-27]</strong></div><div style="text-align: justify;">Karena itu jika ada “Tuhan” yang wafat atau mati, maka itu bukan Tuhan. Tapi manusia biasa.</div><div style="text-align: justify;">Hikmah: Jika kita mencintai Allah yang Maha Kekal dan selalu ada dan menjadikanNya teman serta pelindung, niscaya kita akan tetap sabar meski kehilangan segala yang kita cintai.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>4. Mukhollafatuhu lil hawaadits (Tidak Serupa dengan MakhlukNya)</strong></div><div style="text-align: justify;">Allah itu berbeda dengan makhlukNya (Mukhollafatuhu lil hawaadits). Mustahil Allah itu sama dengan makhlukNya (Mumaatsalaatuhu lil Hawaadits). Kalau sama dengan makhluknya misalnya sama lemahnya dengan manusia, niscaya “Tuhan” itu bisa mati dikeroyok atau disalib oleh manusia. Mustahil jika “Tuhan” itu dilahirkan, menyusui, buang air, tidur, dan sebagainya. Itu adalah manusia. Bukan Tuhan!</div><div style="text-align: justify;">Allah itu Maha Besar. Maha Kuasa. Maha Perkasa. Maha Hebat. Dan segala Maha-maha yang bagus lainnya.</div><div style="text-align: justify;"><strong>“…Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia…” [Asy Syu’aro:11]</strong></div><div style="text-align: justify;">Misalnya sifat “Hidup” Allah beda dengan sifat “Hidup” makhluknya. Allah itu dari dulu, sekarang, kiamat, dan hingga hari akhirat nanti tetap hidup. Sebaliknya makhluknya seperti manusia dulu mati (tidak ada). Setelah itu baru dilahirkan dan hidup. Namun itu pun hanya sebentar. Paling lama 1000 tahun. Setelah itu mati lagi dan dikubur. Jadi meski sekilas sama, namun sifat “Hidup” Allah beda dengan makhlukNya.</div><div style="text-align: justify;">Demikian juga dengan sifat lain seperti “Kuat.” Allah selalu kuat dan kekuatannya bisa menghancurkan alam semesta. Sementara manusia itu dulu ketika bayi lemah dan ketika mati juga tidak berdaya. Saat hidup pun jika kena tsunami atau gempa apalagi kiamat, dia akan mati.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>5. Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri dengan sendirinya)</strong></div><div style="text-align: justify;">Allah itu Qiyamuhi Binafsihi (Berdiri dengan sendirinya). Mustahil Allah itu Iftiqoorullah (Berhajat/butuh) pada makhluknya.</div><div style="text-align: justify;"><strong>“.. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” [Al ‘Ankabuut:6]<br />
</strong></div><div style="text-align: justify;"><strong>“Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” [Al Israa’ 111]</strong></div><div style="text-align: justify;">Di dunia ini, semua orang saling membutuhkan. Bahkan seorang raja pun butuh penjahit pakaian agar dia tidak telanjang. Dia butuh pembuat bangunan agar istananya bisa berdiri. Dia butuh tukang masak agar bisa makan. Dia butuh pengawal agar tidak mati dibunuh orang. Dia butuh dokter jika dia sakit. Saat bayi, dia butuh susu ibunya, dan sebagainya.</div><div style="text-align: justify;">Sebaliknya Allah berdiri sendiri. Dia tidak butuh makhluknya. Seandainya seluruh makhluk memujiNya, niscaya tidak bertambah sedikitpun kemuliaanNya. Sebaliknya jika seluruh makhluk menghinaNya, tidaklah berkurang sedikitpun kemuliaanNya.</div><div style="text-align: justify;">“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” [ Faathir 15]<br />
Hikmah: Tidak sombong dan memohon hanya kepada Allah. Karena Manusia ketika lahir butuh bantuan. Demikian pula ketika mati meski dia kaya dan berkuasa</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>6. Wahdaaniyah (Esa)</strong></div><div style="text-align: justify;">Allah itu Wahdaaniyah (Esa/Satu). Mustahil Allah itu banyak (Ta’addud) seperti 2, 3, 4, dan seterusnya.</div><div style="text-align: justify;">Allah itu Maha Kuasa. Jika ada sekutuNya, maka Dia bukan yang Maha Kuasa lagi. Jika satu Tuhan Maha Pencipta, maka Tuhan yang lain kekuasaannya terbatas karena bukan Maha Pencipta.</div><div style="text-align: justify;"><strong>”Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan yang lain beserta-Nya. Kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu” [Al Mu’minuun:91]<br />
</strong></div><div style="text-align: justify;"><strong>Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.<br />
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.<br />
Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” [Al Ikhlas:1-4]</strong></div><div style="text-align: justify;">Oleh karena itu, ummat Islam harus menyembah Tuhan Yang Maha Esa/Satu, yaitu Allah. Tidak pantas bagi ummat Islam untuk menyembah Tuhan selain Allah seperti Tuhan Bapa, Tuhan Anak, Roh Kudus. Tidak pantas juga bagi ummat Islam untuk menyembah 3 Tuhan di mana satu adalah yang Menciptakan, satu lagi yang merusak, dan terakhir yang memelihara.</div><div style="text-align: justify;"><strong>”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dari syirik, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” [An Nisaa’:48]</strong></div><div style="text-align: justify;">Hikmah: Tidak mempersekutukan Allah</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>7. Qudrat (Kuasa)</strong></div><div style="text-align: justify;">Sifat Tuhan yang lain adalah Qudrat atau Maha Kuasa. Tidak mungkin Tuhan itu ‘Ajaz atau lemah. Jika lemah sehingga misalnya bisa ditangkap, disiksa, dan disalib, maka itu bukan Tuhan yang sesungguhnya. Hanya manusia biasa.</div><div style="text-align: justify;"><strong>”… Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” [Al Baqarah:20]<br />
</strong></div><div style="text-align: justify;"><strong>”Jika Dia kehendaki, niscaya Dia musnahkan kamu dan mendatangkan makhluk baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian tidak sulit bagi Allah.” [Fathiir:16-17]</strong></div><div style="text-align: justify;">Hikmah: menyadari kekuasaan Allah dan tawakal kepada Allah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>8. Iroodah (Berkehendak)</strong></div><div style="text-align: justify;">Sifat Allah adalah Iroodah (Maha Berkehendak). Allah melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya. Mustahil Allah itu Karoohah (Melakukan sesuatu dengan terpaksa).</div><div style="text-align: justify;"><strong>“…Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.” [Huud:107]<br />
</strong></div><div style="text-align: justify;"><strong>“Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak untuk menciptakan sesuatu, maka Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah!” Lalu jadilah ia.” [Al Baqarah:117]</strong></div><div style="text-align: justify;">“…Katakanlah : “Maka siapakah yang dapat menghalangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [Al Fath:11]</div><div style="text-align: justify;">Hikmah: tawakal kepada Allah dan selalu berdoa kepada Allah</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>9. Ilmu (Mengetahui)</strong></div><div style="text-align: justify;">Allah itu berilmu (Maha Mengetahui). Mustahil Allah itu Jahal (Bodoh). Allah Maha Mengetahui karena Dialah yang menciptakan segala sesuatu.<br />
Sedangkan manusia tahu bukan karena menciptakan, tapi sekedar melihat, mendengar, dan mengamati. Itu pun terbatas pengetahuannya sehingga manusia tetap saja tidak mampu menciptakan meski hanya seekor lalat.</div><div style="text-align: justify;"><strong>“Dan Allah memiliki kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu basah atau kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)” [Al An’aam:59]<br />
</strong></div><div style="text-align: justify;"><strong>“Katakanlah: Sekiranya lautan jadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu.” [Al Kahfi:109]<br />
</strong></div><div style="text-align: justify;"><strong>“Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [An Nisaa’:176]</strong></div><div style="text-align: justify;"><strong>10. Hayaat (Hidup)</strong></div><div style="text-align: justify;">Allah itu Hayaat (Maha Hidup). Tidak mungkin Tuhan itu Maut (Mati). Jika Tuhan mati, maka bubarlah dunia ini. Tidak patut lagi dia disembah. Maha Suci Allah dari kematian/wafat.</div><div style="text-align: justify;"><strong>“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup kekal Yang tidak mati…” [Al Furqaan:58]</strong></div><div style="text-align: justify;"><strong><br />
</strong></div><div style="text-align: justify;"><strong>11. Sama’ (Mendengar)</strong></div><div style="text-align: justify;">Allah bersifat Sama’ (Maha Mendengar). Mustahil Tuhan bersifat Shomam (Tuli).</div><div style="text-align: justify;">Allah Maha Mendengar. Mustahil Allah tuli.</div><div style="text-align: justify;"><strong>“… Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [Al Baqarah:256]</strong></div><div style="text-align: justify;"><strong><br />
</strong></div><div style="text-align: justify;"><strong>12. Bashor (Melihat)</strong></div><div style="text-align: justify;">Allah bersifat Melihat. Mustahil Allah itu ‘Amaa (Buta).</div><div style="text-align: justify;"><strong>“Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [Al Hujuraat:18]</strong></div><div style="text-align: justify;">Hikmah: takut berbuat dosa karena Allah selalu melihat kita</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>13. Kalam</strong></div><div style="text-align: justify;">Allah bersifat Kalam (Berkata-kata). Mustahil Allah itu Bakam (Bisu)</div><div style="text-align: justify;"><strong>“…Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung” [An Nisaa’ 164]<br />
Jika kita meyakini ini, tentu kita tidak akan menyembah berhala yang tidak bisa bicara sebagai Tuhan [Al Anbiyaa’ 63-65]</strong></div><div style="text-align: justify;">Demikianlah sifat-sifat Allah yang penting yang wajib kita ketahui agar kita tahu mana Tuhan yang asli dan mana yang bukan.</div><div style="text-align: justify;">Jika sifat-sifat Tuhan itu kita pahami dan yakini, niscaya kita tidak akan menyembah 3 Tuhan atau Tuhan yang Mati atau Tuhan yang Lemah, dan sebagainya. Kita hanya mau menyembah Allah yang memiliki sifat-sifat di atas dengan sempurna.</div><div style="text-align: justify;">Ada pun sifat-sifat ke 14-20 sesungguhnya merupakan bentuk Subyektif/Pelaku dari Sifat nomor 7-13 yaitu:</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>14. Qoodirun: Yang Memiliki sifat Qudrat<br />
15. Muriidun: Yang Memiliki Sifat Iroodah<br />
16. ‘Aalimun: Yang Mempunyai Ilmu<br />
17. Hayyun: yang Hidup<br />
18. Samii’un: Yang Mendengar<br />
19. Bashiirun: Yang Melihat<br />
20. Mutakallimun: Yang Berkata-kata</strong></div><div style="text-align: justify;"><strong><br />
</strong></div><div style="text-align: justify;">Insya Allah semua sifat-sifat Allah itu berdasarkan dalil Al Qur’an yang kuat jadi harus kita yakini kebenarannya. Ilmu Tauhid ini begitu penting. Sebab itu cetaklah dan sebarkanlah pada keluarga dan teman-teman anda untuk memperkuat aqidah mereka.</div><span class="article_separator"> </span> <br clear="all" />Muh Fadhil Haritsahhttp://www.blogger.com/profile/12420133668400469671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6976037221615238926.post-62992505294155509002012-02-18T23:14:00.000-08:002012-02-18T23:14:12.696-08:00Abu Bakar As Siddiq<strong>Abu Bakar As Siddiq</strong> ayah dari Aisyah istri Nabi Muhammad SAW. Namanya yang sebenarnya adalah Abdul Ka'bah (artinya 'hamba Ka'bah'), yang kemudian diubah oleh Rasulullah Saw menjadi Abdullah (artinya 'hamba Allah'). Abu Bakar As Siddiq atau Abdullah bin Abi Quhafah (Usman) bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr al-Quraisy at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi saw kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai, kakek yang keenam. Dan ibunya, Ummul-Khair, sebenarnya bernama Salma binti Sakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Nabi Muhammad Saw juga memberinya gelar As Siddiq (artinya 'yang berkata benar'), sehingga ia lebih dikenal dengan nama <strong>Abu Bakar as-Siddiq</strong>.<br />
<a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/" title="Ahlan Wa Sahlan Bi Qudumikum">Abu Bakar</a> As Siddiq tumbuh dan besar di Mekah dan tidak pernah keluar dari Mekah kecuali untuk tujuan dagang dan bisnis. Beliau memiliki harta kekayaan yang sangat banyak dan kepribadian yang sangat menarik, memiliki kebaikan yang sangat banyak, dan sering melakukan perbuatan-perbuatan yang terpuji. Sebagaimana hal ini dikatakan oleh Ibnu Dughunnah, sesungguhnya engkau selalu menyambung tali kasih dan keluarga, bicaramu selalu benar, dan kau menanggung banyak kesulitan, kau bantu orang-orang yang menderita dan kau hormati tamu.<br />
An-Nawawi berkata: Abu Bakar As Siddiq termasuk tokoh Quraisy dimasa Jahiliyah, orang yang selalu dimintai nasehat dan pertimbangannya, sangat dicintai dikalangan mereka, sangat mengetahui kode etik dikalangan mereka. Tatkala, Islam datang Abu Bakar As Siddiq mengedepankan Islam atas yang lain, dan beliau masuk Islam dengan sempurna.<br />
Zubair bin Bakkar bin Ibnu Asakir meriwayatkan dari Ma’ruf bin Kharbudz dia berkata: Sesungguhnya Abu Bakar As Siddiq adalah salah satu dari 10 orang Quraisy yang kejayaannya dimasa Jahiliyah bersambung hingga zaman Islam. Abu Bakar As Siddiq mendapat tugas untuk melaksanakan diyat (tebusan atas darah kematian) dan penarikan hutang. Ini terjadi karena orang-orang Quraisy tidak memiliki raja dimana mereka bisa mengembalikan semua perkara itu kepada raja. Pada setiap kabilah dikalangan Quraisy saat itu, ada satu kekuasaan umum yang memiliki kepala suku dan kabilah sendiri.<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: green; font-family: 'Monotype Corsiva'; font-size: medium; font-weight: bold; line-height: normal;">Istri-istri dan anak Abu Bakar.</span><br />
Abu Bakar pernah menikahi Qutailah binti Abdul Uzza bin Abd bin As’ad pada masa jahiliyyah dan dari pernikahan tersebut lahirlah Abdullah dan Asma’.<br />
Beliau juga menikah dengan Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman dari Kinanah, dari pernikahan tersebut lahirlah Abdurrahman dan ‘Aisyah.<br />
Beliau juga menikah dengan Asma’ binti Umais bin ma’add bin Taim al-Khatts’amiyyah, dan sebelumnya Asma’ diperistri oleh Ja’far bin Abi Thalib. Dari hasil pernikahannya ini lahirlah bin Abu Bakar, dan kelahiran tersebut terjadi pada waktu haji Wada’ di Dzul Hulaifah.<br />
Beliau juga menikah dengan Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Zuhair dari Bani al-Haris bin al-Khazraj.<br />
Abu Bakar pernah singgah di rumah Kharijah ketika beliau datang ke Madinah dan kemudian mempersunting putrinya, dan beliau masih terus berdiam dengannya di suatu tempat yang disebut dengan as-Sunuh hingga Rasullullah saw wafat dan beliau kemudian diangkat menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah saw. Dari pernikahan tersebut lahirlah Ummu Khultsum.<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: green; font-family: 'Monotype Corsiva'; font-size: medium; font-weight: bold; line-height: normal;">Orang yang paling bersih di masa Jahilliyah</span><br />
Ibnu Asakir meriwayatkan dengan sanadnya yang shahih dari Aisyah, dia berkata: demi Allah, Abu Bakar As Siddiq tidak pernah melantunkan satu syairpun di masa Jahiliyah dan tidak pula dimasa Islam. Abu Bakar As Siddiq dan Utsman bin Affan tidak pernah minum minuman keras di zaman Jahiliyah.<br />
<br />
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Abdullah bin Zubair, dia berkata, Abu Bakar As Siddiq sama sekali tidak pernah mengucapkan syair.<br />
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Abu Al-Aliyyah Ar-rayahi, dia berkata: Dikatakan kepada Abu Bakar As Siddiq ditengah sekumpulan sahabat Rasulullah: Apakah kamu pernah meminum minuman keras di zaman Jahiliyah? Beliau berkata, ”Saya berlindung kepada Allah dari perbuatan itu!”<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: green; font-family: 'Monotype Corsiva'; font-size: medium; font-weight: bold; line-height: normal;">Sifat Abu Bakar As Siddiq</span><br />
Ibnu Saad meriwayatkan dari Aisyah bahwa seorang laki-laki berkata kepadanya: Coba sebutkan kepada saya gambaran tentang Abu Bakar As Siddiq! Kata Aisyah: dia adalah laki-laki kulit putih, kurus, tidak terlalu lebar bentuk tubuhnya,sedikit bungkuk, tidak bisa untuk menahan pakaiannya turun dari pinggangnya, tulang-tulang wajahnya menonjol, dan pangkal jemarinya datar.<br />
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Aisyah, bahwa Abu Bakar As Siddiq mewarnai rambutnya dengan 'daun pacar' dan katam (nama jenis tumbuhan). Dia juga meriwayatkan dari Anas, dia berkata, Rasulullah datang ke Madinah, dan tidak ada salah seorang dari para sahabatnya yang beruban kecuali Abu Bakar As Siddiq, maka dia menyemirnya dengan daun pacar dan katam.<br />
Abu Bakar As Siddiq dilahirkan di Mekah dari keturunan Bani Tamim ( Attamimi ), suku bangsa Quraisy. Berdasarkan beberapa sejarawan Islam, ia adalah seorang pedagang, hakim dengan kedudukan tinggi, seorang yang terpelajar serta dipercayai sebagai orang yang bisa menafsirkan mimpi.<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: green; font-family: 'Monotype Corsiva'; font-size: medium; font-weight: bold; line-height: normal;">Era bersama Nabi saw</span><br />
Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya. Hal ini mendorong Abu Bakar As Siddiq membebaskan para budak tersebut dengan membelinya dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan. Sehingga diriwayatkan bahwa Abu Bakar As Siddiq memiliki 9 toko yang semuanya habis dibuat untuk tegaknya agama islam. Beberapa budak yang ia bebaskan antara lain :<br />
<table class="contentpaneopen"><tbody>
<tr><td valign="top"><br />
<li style="margin-bottom: 0.1em;">Bilal bin Rabbah</li><br />
<li style="margin-bottom: 0.1em;">Abu Fakih</li><br />
<li style="margin-bottom: 0.1em;">Ammar</li><br />
<li style="margin-bottom: 0.1em;">Abu Fuhaira</li><br />
<li style="margin-bottom: 0.1em;">Lubainah</li><br />
<li style="margin-bottom: 0.1em;">An Nahdiah</li><br />
<li style="margin-bottom: 0.1em;">Ummu Ubays</li><br />
<li style="margin-bottom: 0.1em;">Zinnira</li><br />
Ketika peristiwa Hijrah, saat Nabi Muhammad SAW pindah ke Madinah (622 M), Abu Bakar As Siddiq adalah satu-satunya orang yang menemaninya. Abu Bakar As Siddiq juga terikat dengan Nabi Muhammad secara kekeluargaan. Anak perempuannya, Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad beberapa saat setelah Hijrah.<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: green; font-family: 'Monotype Corsiva'; font-size: medium; font-weight: bold; line-height: normal;">Menjadi Khalifah</span><br />
Selama masa sakit Rasulullah SAW saat menjelang ajalnya, dikatakan bahwa Abu Bakar As Siddiq ditunjuk untuk menjadi imam shalat menggantikannya, banyak yang menganggap ini sebagai indikasi bahwa Abu Bakar As Siddiq akan menggantikan posisinya. Segera setelah kematiannya (632), dilakukan musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, yang akhirnya menghasilkan penunjukan Abu Bakar As Siddiq sebagai pemimpin baru umat Islam atau khalifah Islam.<br />
Apa yang terjadi saat musyawarah tersebut menjadi sumber perdebatan. Penunjukan Abu Bakar As Siddiq sebagai khalifah adalah subyek yang sangat kontroversial dan menjadi sumber perpecahan pertama dalam Islam, dimana umat Islam terpecah menjadi kaum Sunni dan Syi'ah. Di satu sisi kaum Syi'ah percaya bahwa seharusnya Ali bin Abi Thalib (menantu nabi Muhammad), yang menjadi pemimpin dan dipercayai ini adalah keputusan Rasulullah SAW sendiri sementara kaum sunni berpendapat bahwa Rasulullah SAW menolak untuk menunjuk penggantinya. Kaum sunni berargumen bahwa Rasulullah mengedepankan musyawarah untuk penunjukan pemimpin. Sementara muslim syi'ah berpendapat kalau Rasulullah saw dalam hal-hal terkecil seperti sebelum dan sesudah makan, minum, tidur, dll, tidak pernah meninggalkan umatnya tanpa hidayah dan bimbingan apalagi masalah kepemimpinan umat terahir, dan juga banyak hadits di Sunni maupun Syi'ah tentang siapa khalifah sepeninggal Rasulullah saw, serta jumlah pemimpin islam yang dua belas. Terlepas dari kontroversi dan kebenaran pendapat masing-masing kaum tersebut, <a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/ali-bin-abu-thalib-orang-yang-dicintai-allah-dan-rasulnya.html" title="Ali Bin Abu Thalib">Ali bin Abu Thalib</a> sendiri secara formal menyatakan kesetiaannya (berbai'at) kepada Abu Bakar As Siddiq dan dua khalifah setelahnya (<a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/umar-bin-khattab.html" title="Umar Bin Khattab">Umar bin Khattab</a> dan <a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/ustman-bin-affan.html" title="Usman Bin Affan">Usman bin Affan</a>). Kaum sunni menggambarkan pernyataan ini sebagai pernyataan yang antusias dan Ali bin Abu Thalib menjadi pendukung setia Abu Bakar As Siddiq dan Umar bin Khattab. Sementara kaum syi'ah menggambarkan bahwa Ali bin Abu Thalib melakukan baiat tersebut secara "<em>pro forma</em>," mengingat beliau berbaiat setelah sepeninggal Fatimah istri beliau yang berbulan bulan lamanya dan setelah itu ia menunjukkan protes dengan menutup diri dari kehidupan publik.<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: green; font-family: 'Monotype Corsiva'; font-size: medium; font-weight: bold; line-height: normal;">Perang Ridda</span><br />
Segera setelah menjabat Abu Bakar As Siddiq, beberapa masalah yang mengancam persatuan dan stabilitas komunitas dan negara Islam saat itu muncul. Beberapa suku Arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed membangkang kepada khalifah baru dan sistem yang ada. Beberapa diantaranya menolak membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yakni penyembahan berhala. Suku-suku tersebut mengklaim bahwa hanya memiliki komitmen dengan Nabi Muhammad SAW dan dengan kematiannya komitmennya tidak berlaku lagi. Berdasarkan hal ini Abu Bakar menyatakan perang terhadap mereka yang dikenal dengan nama perang Ridda. Dalam perang Ridda peperangan terbesar adalah memerangi "Ibnu Habib al-Hanafi" yang lebih dikenal dengan nama Musailamah Al-Kazab (Musailamah si pembohong), yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru menggantikan Nabi Muhammad SAW. Musailamah kemudian dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid.<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: green; font-family: 'Monotype Corsiva'; font-size: medium; font-weight: bold; line-height: normal;">Al Quran</span><br />
Abu Bakar As Siddiq juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis <a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/sains-islam/memahami-tatabahasa-al-quran.html" title="Tata Bahasa Al Quran">Al Quran</a>. Dikatakan bahwa setelah kemenangan yang sangat sulit saat melawan Musailamah dalam perang Ridda, banyak penghafal Al Qur'an yang ikut tewas dalam pertempuran. Abu Bakar As Siddiq lantas meminta Umar bin Khattab untuk mengumpulkan koleksi dari Al Qur'an. Setelah lengkap koleksi ini, yang dikumpulkan dari para penghafal Al-Quran dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya, oleh sebuah tim yang diketuai oleh sahabat Zaid bin Tsabit, kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar bin Khattab dan juga istri dari Nabi Muhammad SAW. Kemudian pada masa pemerintahan Ustman bin Affan koleksi ini menjadi dasar penulisan teks al Qur'an hingga yang dikenal hingga saat ini.<br />
Abu Bakar As Siddiq meninggal pada tanggal 23 Agustus 634/ 8 Jumadil Awwal 13 H di Madinah pada usia 63 tahun. Beliau berwasiat agar jenazahnya dimandikan oleh Asma` binti Umais, istri beliau. Kemudian beliau dimakamkan di samping makam Rasulullah. Umar mensholati jenazahnya diantara makam Nabi dan mimbar (ar-Raudhah) . Sedangkan yang turun langsung ke dalam liang lahat adalah putranya yang bernama Abdurrahman (bin Abi Bakar), Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan <a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/thalhah-bin-ubaidillah.html" title="Thalhah bin Ubaidillah">Thalhah bin Ubaidillah</a>.</td></tr>
</tbody></table>Muh Fadhil Haritsahhttp://www.blogger.com/profile/12420133668400469671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6976037221615238926.post-52109854170030428182012-02-18T23:09:00.000-08:002012-02-18T23:09:42.519-08:00Kisah/Riwayat Nabi Muhammad SAWKetika cahaya tauhid padam di muka bumi, maka kegelapan yang tebal hampir saja menyelimuti akal. Di sana tidak tersisa orang-orang yang bertauhid kecuali sedikit dari orang-orang yang masih mempertahankan nilai-nilai ajaran tauhid. Maka Allah SWT berkehendak dengan rahmat-Nya yang mulia untuk mengutus seorang rasul yang membawa ajaran langit untuk mengakhiri penderitaan di tengah-tengah kehidupan. Dan ketika malam mencekam, datanglah matahari para nabi. Kedatangan Nabi tersebut sebagai bukti terkabulnya doa Nabi Ibrahim as kekasih Allah SWT, dan sebagai bukti kebenaran berita gembira yang disampaikan oleh Nabi Isa as.<br />
<div align="justify"> </div><div align="justify">Allah SWT menyampaikan salawatnya kepada Nabi itu, sebagai bentuk rahmat dan keberkahan. Para malaikat pun menyampaikan salawat kepadanya sebagai bentuk pujian dan permintaan ampunan, sedangkan orang-orang mukmin bersalawat kepadanya sebagai bentuk penghormatan. Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS. al-Azhab: 56)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sebelumnya Allah SWT mengutus para nabi-Nya sebagai rahmat kepada kaum dan zaman mereka saja, namun Allah SWT mengutus beliau saw sebagai rahmat bagi alam semesta. Beliau saw datang dengan membawa rahmat yang mutlak untuk kaum di zamannya dan untuk seluruh zaman. Allah SWT berfirman, "Dan aku tidak mengutusmu kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Hakikat dakwah para nabi sebelumnya adalah menyebarkan Islam, begitu juga ajaran yang dibawa oleh Nabi yang terakhir adalah Islam. Beliau saw adalah Muhammad bin Abdillah bin Abdul Muthalib, anak seorang wanita Quraisy. Beliau saw adalah pemimpin anak-anak Nabi Adam as. Beliau saw adalah hamba Allah SWT dan Rasul-Nya, serta rahmat Allah SWT yang dihadiahkan kepada umat manusia.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Beliau saw lahir di tanah Arab. Ketika itu malam gelap, tiba-tiba Abdul Muthalib membayangkan bahwa matahari telah terbit, lalu ia bangun dan ternyata mendapati dirinya di pertengahan malam, keheningan yang luar biasa menyelimuti gurun yang terbentang. Ia menuju pintu kemah, lalu menyaksikan bintang-bintang bersinar di langit, dan dunia tampak di selimuti dengan malam. Ia kembali menutup pintu kemah dan tidur. Belum lama ia dikuasai oleh rasa kantuk yang amat sangat, sehingga ia kembali bermimpi untuk kedua kalinya. Segala sesuatunya tampak jela s kali ini, Sesungguhnya sesuatu yang besar memerintahnya untuk melaksanakan perintah yang sangat penting, "Galilah zamzam!" Dalam mimpinya Abdul Muthalib bertanya: "Apakah itu zamzam?" Kemudian untuk kedua kalinya perintah itu mengatakan bahwa ia diperintahkan untuk menggali zamzam. Belum lama Abdul Muthalib melihat sesuatu yang bersembunyi itu, sehingga ia berdiri di tempat tidurnya dan hatinya berdebar dengan keras. Abdul Muthalib bangkit, lalu ia membuka pintu kemah kemudian pergi ke gurun yang luas. Apakah arti zamzam? Tiba-tiba pikirannya dipenuhi dengan cahaya yang datang dari jauh, bahwa pasti zamzam adalah sebuah sumur, tetapi apa yang diinginkan oleh suara yang datang dalam tidur itu agar ia menggali sumur, di sana tidak ada jawaban selain satu jawaban dari pertanyaan ini, yaitu agar orang-orang yang berhaji dan berkeliling di sekitar Ka'bah dapat meminumnya. Tetapi apa nilai dari sumur itu sendiri, bukankah di sana terdapat banyak sumur yang dapat diminum oleh orang-orang yang berhaji.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Abdul Muthalib duduk di tengah-tengah pasir gurun pada pertengahan malam, ia memikirkan bintang-bintang sembari merenungkan cerita-cerita kuno yang mengatakan tentang sumur yang memancar darinya air sebagai akibat dari pukulan kaki Nabi Ismail as, di sana juga ada cerita yang mengatakan bahwa sumur itu telah binasa sesuai dengan perjalanan zaman.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Matahari terbit di atas gurun Jazirah Arab, Abdul Muthalib keluar menemui orang-orang, dan menceritakan kepada mereka bahwa ia akan menggali sebuah sumur di tempat tertentu, ia menunjukkan ke tempat yang di situ ia diberitahu oleh suara yang ada dalam mimpinya. Orang-orang Quraisy menolaknya, Sesungguhnya tempat yang diisyaratkan oleh Abdul Muthalib terletak di antara dua berhala dari berhala-berhala yang biasa disembah oleh masyarakat setempat, yaitu di antara berhala yang bernama Ashaf dan NAllah. Abdul Muthalib merasa bahwa usahanya sia-sia untuk meyakinkan kaumnya agar mengizinkannya untuk menggali sumur. Mereka mengetahui bahwa Abdul Muthalib tidak mempunyai sesuatu selain hanya seorang anak. Bahwasanya ia tidak memiliki anak-anak yang dapat menolong dan memperkuatnya serta melaksanakan keinginan-keinginannya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pada saat itu di kawasan negeri Arab dipenuhi dengan kabilah-kabilah yang terjalin suatu ikatan fanatisme atau kesukuan yang kuat dan usaha untuk melindungi keluarga yang sangat menonjol. Akhirnya Abdul Muthalib pergi dalam keadaan sedih, lalu ia berdiri di hadapan Ka'bah dan mengungkapkan suatu nazar kepada Allah SWT. Ia berkata: "Jika aku mendapat sepuluh anak laki-laki, dan mereka menginjak usia dewasa, sehingga mereka mampu melindungiku saat aku menggali sumur Zamzam, maka aku akan menyembelih salah seorang dari mereka di sisi Ka'bah sebagai bentuk korban."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pintu langit pun terbuka untuk doanya. Belum sampai berlangsung satu tahun, istrinya melahirkan anaknya yang kedua dan setiap tahun ia melahirkan anak laki-laki sampai pada tahun yang kesembilan, sehingga Abdul Muthalib mempunyai sepuluh anak laki-laki. Kemudian berlalulah zaman dan anak-anak Abdul Muthalib menjadi besar.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Abdul Muthalib akhirnya menjadi seseorang yang memiliki kemampuan. Kemudian Abdul Muthalib berusaha melakukan rencananya yang diisyaratkan dalam mimpinya itu, yaitu ia bersiap-siap untuk mengorbankan salah satu anaknya sebagai bentuk pelaksanaannya dari nazarnya. Maka dilakukanlah undian atas sepuluh anaknya, lalu keluarlah nama anaknya yang paling kecil yaitu Abdullah. Ketika nama anak itu keluar dalam undian, maka orang-orang yang ada disekitarnya berusaha memberontak, mereka mengatakan bahwa mereka tidak akan membiarkan Abdullah disembelih.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Abdullah saat itu terkenal sebagai seseorang yang bersih dikawasan Arab, ia telah dapat menarik simpati masyarakat di sekitarnya. Ia tidak pernah menyakiti seseorang pun. Bahkan ia tidak pernah meninggikan suaranya lebih dari orang lain. Senyuman khas Abdullah terkenal sebagai senyuman yang paling lembut di kawasan Jazirah Arab. Muatan ruhaninya demikian jernih, dan hatinya yang mulia menyerupai sebuah kebun di tengah-tengah gurun hati-hati yang keras, oleh karena itu semua manusia datang kepadanya dan menentang usaha penyembelihannya. Para pembesar Quraisy berkata, "Lebih baik kami menyembelih anak-anak kami daripada ia harus disembelih, dan menjadikan anak-anak kami sebagai tebusan baginya. Kami tidak akan menemukan seseorang pun yang lebih baik dari dia seandainya kami menyembelihnya, pertimbangkanlah kembali masalah itu, dan biarkan kami bertanya kepada dukun."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Abdul Muthalib tampak tidak mampu menghadapi tekanan ini, lalu ia mempertimbangkan kembali apa yang telah ditetapkannya. Kemudian mereka mendatangi seorang dukun. Si dukun berkata: "Berapakah taruhan yang kalian miliki?" Mereka menjawab: "Sepuluh ekor unta." Dukun itu berkata: "Datangkanlah sepuluh unta, lalu lakukanlah kembali undian atasnya dan atas nama Abdullah, jika undian datang padanya, maka tambahlah sepuluh ekor unta lagi, lalu ulangilah terus undian tersebut, demikian hingga tidak keluar lagi nama Abdullah."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian dilakukanlah undian atas nama Abdullah dan atas sepuluh ekor unta yang besar. Undian itu pun mengeluarkan terus nama Abdullah, hingga Abdul Muthalib menambah sepuluh ekor unta lagi, kemudian lagi-lagi yang keluar nama Abdullah sehingga mereka pun menambah sepuluh ekor unta lagi sampai jumlah unta itu telah mencapai seratus ekor unta. Setelah itu, datanglah nama unta tersebut. Maka saat itu, masyarakat demikian gembiranya sehingga berlinangan air mata, kegembiraan dari mereka karena melihat Abdullah berhasil diselamatkan. Kemudian disembelihlah seratus ekor unta di sisi Ka'bah, dan mereka membiarkannya di situ sehingga korban itu tidak disentuh oleh seseorang pun dan juga disentuh oleh binatang-binatang buas.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Abdul Muthalib sangat gembira atas keselamatan anaknya, Abdullah. Lalu ia menetapkan untuk menikahkannya dengan gadis terbaik di Jazirah Arab, kemudian ia keluar dengannya pada suatu hari dari Ka'bah ke rumah Wahab, dan di sana ia meminang untuknya Aminah binti Wahab. Kemudian Aminah binti Wahab menikah dengan Abdullah bin Abdul Muthalib, seorang pemuda yang paling mulia dan paling dicintai oleh orang-orang Quraisy.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Dinyalakanlah api-api di gunung-gunung Mekah, agar para musafir dan para tamu mengetahui tempat diadakannya acara tersebut, yaitu acara pernikahan antara Abdullah dan Aminah. Lalu disembelihlah hewan-hewan korban, dan manusia dari kalangan orang-orang fakir bahkan binatang-binatang buas dan burung makan darinya. Abdullah tinggal bersama istrinya dua bulan di rumah pernikahan, hingga suatu hari ada kabar bahwa kafilah akan berangkat, lalu Abdullah pun mengikuti kafilah tersebut dan melakukan perjalanan bersama kafilah perdagangan Quraisy menuju Syam, itu adalah kesempatan terakhir yang diperoleh Aminah binti Wahab bersamanya. Wajah Abdullah yang mulai tampak berseri-seri mengucapkan selamat tinggal kepada Aminah, lalu setelah itu bayang-bayang wajahnya tersembunyi bersama kafilah dan rnereka pun hilang. Aminah tidak mengetahui bahwa itu adalah kesempatan terakhirnya setelah dua bulan dari perkawinannya. Abdullah mengunjungi paman-pamannya dari kabilah bani Najar di Madinah, dan di sana ia meletakkan jasadnya di muka bumi, ia meninggal dunia.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Abdullah bin Abdul Muthalib kini telah meninggal. Saat itu ia berusia dua puluh lima tahun. Kabar kematiannya tiba-tiba tersebar dan sangat memilukan hati orang-orang yang mendengarnya, sehingga kabar itu sampai ke istrinya. Aminah tampak menangis tersedu-sedu dan ia tampak menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada dirinya dan tidak mengetahui jawabannya, mengapa Allah SWT menebusnya dengan seratus unta jika kemudian Dia menetapkan kematian baginya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Tidak lama kemudian, lalu bergeraklah dirahimnya janin dengan gerakan yang sedikit, ia tampak mulai mengetahui bahwa ia sedang hamil. Aminah menangis dua kali, pertama ia menangis untuk dirinya sendiri dan kali ini ia menangis untuk anak yang ditinggal mati ayahnya sebelum ia sempat dilahirkan. Aminah tidak pernah mengetahui sebelumnya bahwa janin yang dikandungnya akan menjadi anak yatim, ayahnya meninggal saat ia dilahirkan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Anak yatim ini harus menanggung beban anak-anak yatim dan orang-orang fakir serta orang-orang yang sedih di muka bumi. Ia akan menjadi Nabi yang terakhir dan rasul-Nya kepada manusia. Ia akan menjadi rahmat yang dihadiahkan kepada manusia dan tidak akan mengetahui makna rahmat kecuali orang yang merasakan penderitaan dan kepahitan. Inilah anak kecil yang sebelum dilahirkan telah menelan kesedihan. Dan berlalulah hari demi hari, lalu hilanglah tangisan penderitaan dan mata Aminah pun telah mengering, namun kesedihannya tampak menyerupai sebuah pohon yang turnbuh bersama kehausan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian kesedihannya hari demi hari semakin ia rasakan tetapi kesedihannya itu mulai tidak tampak ketika ia mendapatkan bahwa janin yang dikandungnya tidaklah memberatkannya, sebaliknya ia merasakan betapa ringannya janin yang dikandungnya bagaikan merpati yang berkeliling di seputar Ka'bah, dan seandainya kesedihannya yang selalu mengitarinya, maka tidak ada wanita yang lebih bahagia darinya dengan kehamilan yang ringan ini. Janin itu adalah manusia yang mulia di sisi Tuhan, kemudian semakin dekatlah hari kelahirannya. Sementara itu, pasukan Abrahahh mendekati Mekah.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Abrahahh adalah seorang penguasa Yaman, yaitu pada saat Yaman tunduk kepada Habasyah setelah penguasa Persia diusir. Di Yaman ia membangun suatu gereja yang menunjukkan bangunan yang menakjubkan. Abrahahh membangunnya dengan niat agar orang-orang Arab berpaling dari Baitul Haram di Mekah. Ia melihat betapa orang-orang Yaman tertarik dengan rumah tersebut. Dan ketika ia tidak melihat gereja yang dibangunnya memiliki daya tarik seperti itu dan tidak mampu menarik hati orang-orang Arab, maka ia berkeinginan kuat untuk menghancurkan Ka'bah, sehingga orang-orang tidak menuju ke Ka'bah lagi melainkan ke gerejanya. Demikianlah akhirnya ia menyiapkan pasukan yang besar yang dipenuhi dengan berbagai senjata, kemudian pasukan itu menuju Ka'bah.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pasukan Abrahahh terdiri dari kelompok gajah yang besar yang digunakannya untuk menghancurkan Ka'bah. Gajah-gajah itu bagaikan tank-tank yang kita gunakan saat ini. Orang-orang Arab pun mendengar rencana tersebut. Memang orang-orang Arab saat itu terkenal sebagai penyembah berhala, meskipun demikian mereka sangat memberikan penghargaan dan penghormatan terhadap Ka'bah, karena mereka meyakini bahwa mereka adalah anak-anak Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as pemelihara Ka'bah.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Perjalanan pasukan tiba-tiba dihadang oleh seorang lelaki yang mulia dari penduduk Yaman yang bernama Dunaher. Ia mengajak kaumnya dan dari kalangan orang-orang Arab untuk memerangi Abrahahh, sehingga ada beberapa orang yang mengikutinya. Abrahahh berhadapan dengan tentara tersebut tetapi pasukan yang sedikit itu dapat dengan mudah dipatahkan oleh pasukan kafir yang besar itu. Kemudian Dunaher pun kalah dan menjadi tawanan Abrahahh. Pasukan Abrahahh tersebut juga sempat ditentang oleh Nufail bin Hubaid al-Aslami, namun Abrahahh pun dapat mengalahkan mereka dan berhasil menawan Nufail.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian ketika Abrahahh melewati kota Taif, menghadaplah kepadanya beberapa orang tokoh setempat, dan mereka tampak gemetar ketakutan dan berkata kepadanya bahwa sesungguhnya 'rumah' yang ditujunya tidak berada di tempat mereka, tetapi berada di Mekah. Hal itu mereka sampaikan dengan maksud untuk memalingkannya dari rumah berhala mereka, di mana mereka membangun di dalamnya berhala yang bernama Latha kemudian mereka mengutus seseorang yang akan menunjukkan kepada Abrahahh letak Ka'bah. Ketika Abrahahh berada di antara Taif dan Mekah, ia mengutus seorang pemimpin pasukannya sehingga ia melihat keadaan Mekah. Di sana ia merampas banyak harta dari kaum Quraisy dan selain mereka, dan di antara yang dirampasnya adalah dua ratus unta milik Abdul Muthalib bin Hasyim. Saat itu Abdul Muthalib adalah salah seorang pembesar Quraisy dan pemimpin mereka, serta pengawas sumur Zamzam.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kedatangan utusan Abrahahh di Mekah telah menimbulkan gejolak pada kabilah-kabilah. Akhirnya kaum Quraisy bergerak, begitu juga kaum Khananah. Kemudian mereka mengetahui bahwa mereka tidak memiliki kemampuan untuk melawan Abrahahh, sehingga mereka membiarkannya, lalu tersebarlah di Jazirah Arab berita tentang datangnya pasukan yang kuat yang sulit untuk ditandingi. Dalam surat yang dibawa oleh utusannya itu, Abrahahh menyampaikan bahwa ia tidak datang untuk memerangi mereka, namun ia datang hanya untuk menghancurkan Ka'bah. Jika mereka tidak menentangnya, maka darah mereka tidak akan ditumpahkan. Lalu utusan itu menemui Abdul Muthalib, ia menceritakan tentang keinginan Abrahahh. Abdul Muthalib berkata: "Kami tidak ingin memeranginya karena kami tidak memiliki kekuatan. Ka'bah adalah rumah Allah SWT yang mulia dan suci, dan rumah kekasih-Nya Ibrahim. Jika Ia mencegahnya, maka itu adalah rumah-Nya dan tempat suci-Nya, namun jika Ia membiarkannya, maka demi Allah kami tidak memiliki kekuatan untuk mempertahankannya." Kemudianutusan itu pergi bersama Abdul Mutihalib menuju Abrahahh.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Abdul Muthalib adalah seseorang yang sangat terpandang dan sangat mulia. Ia memiliki kewibawaan dan kehormatan yang mengagumkan. Ketika Abrahahh melihatnya, Abrahahh menampakkan penghormatan kepadanya. Abrahahh memuliakannya dan mendudukannya di bawahnya, ia tidak suka bahwa ia duduk bersamanya di kursi kekuasaannya. Lalu Abrahahh turun dari kursinya dan duduk di atas sebuah permadani dan mendudukkan Abdul Muthalib di sisinya. Kemudian ia berkata kepada penerjemahnya: "Katakan padanya apa kebutuhannya?" Abdul Muthalib berkata: "Kebutuhanku adalah agar Abrahahh mengembalikan dua ratus ekor unta yang diambilnya dariku" Ketika Abdul Muthalib mengatakan demikian, wajah Abrahahh berubah, lalu ia berkata kepada penerjemahnya: "Katakan padanya sungguh aku merasa kagum ketika melihatnya, kemudian aku merasakan kehati-hatian saat berbicara dengannya, apakah engkau berbicara denganku tentang dua ratus ekor unta yang telah aku ambil, lalu engkau membiarkan rumah yang merupakan simbol agamanya dan kakek-kakeknya, yang aku datang untuk menghancurkannya dan dia tidak menyinggungnya sama sekali" Abdul Muthalib menjawab: "Aku adalah pemilik unta, sedangkan pemilik rumah itu adalah Tuhan yang melindunginya." Abrahahh berkata: "Dia tidak akan mampu melindunginya dariku." Abdul Muthalib menjawab: "Lihat saja nanti!"</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Selesailah dialog antara Abdul Muthalib dan Abrahahh. Abrahahh pun mengembalikan unta yang telah dirampasnya. Abdul Muthalib pergi menemui orang-orang Quraisy dan menceritakan apa yang dialaminya, dan ia memerintahkan mereka untuk meninggalkan Mekah dan berlindung dibalik gua-gua di gunung. Akhirnya kota Mekah dikosongkan oleh pemiliknya. Aminah binti Wahab keluar ke gunung-gunung di dekat kota Mekah kemudian malaikat turun di bumi Jarzirah Arab.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Abdul Muthalib berdiri dan memegangi pintu Ka'bah dan berdiri bersama dengan sekelompok orang-orang Quraisy, mereka berdoa kepada Allah SWT dan meminta perlindungan-Nya, agar para malaikat memerintahkan gajah-gajah tidak melangkahkan kakinya sehingga gajah itu pun tetap di tempatnya dan menaati perintah para malaikat, kemudian gajah-gajah itu menerima pukulan yang dahsyat namun gajah-gajah itu tetap berdiam di tempatnya, gajah-gajah itu tampak gemetar dan berteriak tetapi lagi-lagi gajah-gajah itu menolak untuk bergerak dan tidak bergerak selangkah pun. Abrahahh bertanya: "Mengapa pasukan tidak bergerak?" Kemudian dikatakan kepadanya bahwa gajah-gajah menolak untuk bergerak. Abrahah mengangkat cemetinya. Dengan muka emosi, ia ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi dengan gajah-gajahnya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Matahari saat itu bersinar dan ia duduk di kemahnya. Ketika ia keluar, matahari bersembunyi di balik segerombolan burung. Abrahah mengangkat pandangannya ke arah langit. Mula-mula ia membayangkan bahwa ia melihat sekawanan awan yang hitam. Kemudian ia mengamat-amati awan itu. Dan ternyata ia bukan awan biasa. Itu adalah sekelompok burung yang menutupi cahaya matahari dan menyerupai awan yang tebal. Burung ababil, burung yang banyak.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Gajah-gajah semakin berteriak dengan kencang dan tampak ketakutan. Dan rasa takut itu kini menghinggapi seluruh pasukan. Abrahah berteriak di tengah-tengah pasukannya agar gajah diusahakan untuk maju secara paksa. Kemudian terbukalah salah satu jendela dari jendela al-Jahim, dan burung-burung itu menghujani pasukan dengan batu dari Sijil, yaitu batu yang sama yang pernah dihujankan kepada kaum Nabi Luth. Batu itu menyerupai bom-bom atom yang digunakan saat ini.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Jika Anda membaca buku-buku kuno, maka Anda akan mengetahui bagaimana peristiwa yang menimpa pasukan Abrahah. Anda akan membayangkan bahwa Anda berada di hadapan suatu kekuatan yang menghancurkan yang tidak diketahui asal muasalnya. Dunia mengenali sebagian darinya setelah empat belas abad dari peristiwa tersebut. Buku-buku itu mengatakan bahwa pasukan itu dihancurkan dengan penghancuran yang dahsyat.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Para tentara Abrahah kembali dalam keadaan binasa di mana daging-daging dari tubuh mereka berceceran di jalan. Abrahah pun mendapatkan luka dan mereka keluar dari tempat itu dalam keadaan dagingnya terpisah satu persatu. Abrahah pun terbelah dadanya dan mati. Kemudian jasad para pasukannya tersebar dan berceceran di bumi, seperti tanaman yang dimakan oleh binatang. Setelah mendekati setengah abad, turunlah suatu surah di Mekah yang menceritakan tentang peristiwa itu:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Apakah kamu tidak memperhatikan bagimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara gajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka 'bah) itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadihan mereka seperti daun yang dimakan (ulat)." (QS. al-Fil: 1-5)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pasukan gajah yang ingin memporak-porandakan Mekah dikalahkan. Kemudian mereka dihancurkan dan Tuhan pemilik Ka'bah berhasil melindungi rumah suci-Nya. Perlindungan tersebut bukan sebagai penghormatan bagi orang yang tinggal di rumah itu dan bukan sebagai bentuk pengkabulan doa kaum yang menyembah berhala yang memenuhi tempat itu. Allah SWT sebagai Pelindung Ka'bah memeliharanya karena adanya hikmah yang tinggi; Allah SWT menginginkan sesuatu bagi rumah itu; Allah SWT ingin melindunginya agar tempat itu menjadi tempat yang damai bagi manusia dan supaya tempat itu menjadi pusat dari akidah yang baru dan menjadi tanah bebas yang aman, yang tidak dikuasai oleh seseorang pun dari luar dan juga tidak didominasi oleh pemerintahan asing yang akan membatasi dakwah. Yang demikian itu karena di sana terdapat rumah dari rumah-rumah di Mekah yang lahir di sana seorang anak di mana ibunya bernama Aminah binti Wahab dan ayahnya adalah Abdullah, salah seorang tokoh Arab. Anak itu belum dilahirkan dan belum dapat tugas kenabian dan ia belum memikul Islam di atas pundaknya dan belum menjadi rahmat bagi alam semesta. Kemudian datanglah Abrahah yang ingin menghancurkan semua ini tanpa ia mengetahui semua rahasia ini.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Tragedi yang menimpa Abrahah adalah karena bahwa ia berusaha menentang kehendak Ilahi sehingga kehendak Ilahi itu menghancurkannya dengan mukjizat yang mengagumkan. Datanglah banyak burung dengan membawa batu-batuan yang tidak didengar suaranya. Kemudian burung-burung melemparkan batu-batu itu kepada Abrahah beserta tentaranya. Semua ini berdasarkan rencana Ilahi terhadap rumah-Nya dan agama-Nya serta nabi-Nya sebelum orang mengetahui bahwa Nabi Islam telah bersiap-siap untuk meninggalkan tempat tidurnya di perut ibunya dan mulai memasuki kehidupan yang keras di muka bumi.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Di tengah-tengah kegembiraan Mekah karena keselamatan penghuninya dan selamatnya Ka'bah, Aminah binti Wahab bermimpi: di tengah suatu malam ia menyaksikan dirinya berdiri sendirian di tengah-tengah gurun, dan telah keluar dari dirinya suatu cahaya besar yang menyinari timur dan barat dan terbentang hingga langit. Aminah tiba-tiba terbangun dari tidurnya namun ia tidak mengetahui tafsir dari mimpinya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Berlalulah hari demi hari dari tahun gajah. Dan pada waktu sahur dari malam Senin hari keduabelas dari bulan Rabiul Awal, Aminah melahirkan seorang anak kecil yang yatim yang bernama Muhammad bin Abdillah bin Abdul Muthalib, seorang cucu dari Ismail bin Ibrahim bin Adam.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sebelum ia dilahirkan, dunia mati karena kehausan padanya. Kehausan dunia sangat besar kepada cinta, rahmat, dan keadilan. Sekarang teiah berlalu 600 tahun dari kelahiran al-Masih dan orang-orang Masehi telah menjauhi ajaran cinta, bahkan keyakinan-keyakinan berhalaisme telah meresap kepada sebagian kelompok mereka dan kejernihan ajaran tauhid telah ternodai. Sedangkan orang-orang Yahudi telah meninggalkan wasiat-wasiat Musa dan mereka kembali menyembah lembu yang terbuat dari emas. Dan setiap orang dari mereka lebih memilih untuk memiliki lembu emas yang khusus. Demikianlah, berhalaisme telah menyerang di bumi. Bumi dipenuhi oleh kegelapan. Akal disingkirkan dan Tuhan diiupakan dan mereka menyerahkan diri mereka kepada pembohong.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Ketika jantung dunia telah terkena kekeringan, maka memancarlah dari timur suatu mata air keimanan yang jernih yang menjadi puas dengannya separo dunia. Dan mukjizat besar terjadi ketika mata air ini mengeluarkan air yang jernih dari jantung gurun yang paling besar ketandusannya di dunia, yaitu gurun jazirah Arab. Berkenaan dengan penggambaran masa tersebut, dalam hadis yang mulia dikatakan: "Sesungguhnya Allah melihat penduduk bumi lalu Dia murka kepada mereka, baik orang-orang Arab maupun orang-orang Ajam kecuali sebagian kecil dari Ahlulkitab."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Di tenda yang kasar, lahirlah seorang anak yatim yang kemudian bertanggung jawab untuk memberikan minum kepada dunia yang haus pada cinta, keadilan, kebebasan, serta kebenaran. Sementara itu, beberapa langkah dari tempat kelahirannya terdapat berhala-berhala yang memenuhi Baitul 'Athiq dan sekitar Ka'bah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail agar menjadi rumah Allah SWT dan Dia disembah di dalamnya dan manusia merasa tenteram di dalamnya. Di rumah yang kuno ini—yang dibangun sebelumnya oleh Adam—dipenuhi patung-patung tuhan yang terbuat dari batu dan kayu. Ini menunjukkan betapa akal orang-orang Arab saat itu mengalami titik terendah.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sementara itu nun jauh di sana, tepatnya di Yatsrib atau Madinah dipenuhi oleh orang-orang Yahudi yang mereka datang di sana karena melarikan diri dari penindasan orang-orang Romawi. Mereka tinggal di situ bagaikan srigala-srigala di atas tanah yang tersubur di mana mereka melakukan monopoli dalam perdagangan. Mereka membagun kejayaan mereka dengan memanfaatkan orang-orang Arab dan keheranan mereka terhadap diri mereka sendiri.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Para cendikiawan Yahudi memperdagangkan segala sesuatu, dimulai dari emas sampai Taurat. Mereka menyembunyikan kertas-kertas darinya dan menampakkan sebagiannya; mereka mengubah kertas-kertas Taurat itu untuk memperkaya diri mereka. Pada saat orang-orang Yahudi menyembah emas dan sangat lihai melakukan persekongkolan, orang-orang Arab justru menyembah batu dan mereka pandai berperang. Mereka juga lihai dalam membuat syair lalu menggantungkannya di atas tirai-tirai Ka'bah. Orang-orang Arab hidup di bawah naungan sistem kesukuan di mana kepala suku adalah pemimpin dan nilainya sebanding dengan anak buahnya, dan kemampuan mereka dalam berperang. Dan keutamaan seseorang dilihat dari asal muasalnya serta nilainya juga dilihat dari kefanatikannya serta kebanggannya kepada nasab yang merupakan kemuliannya, juga kefanatikannya terhadap berhala tertentu yang merupakan agamanya. Jadi, segala bentuk kemuliaan dan kewibawaan tidak terbentuk kecuali dalam ruang lingkup yang sempit dalam kabilah atau kesukuan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sedangkan di tempat yang jauh dari Mekah, Romawi menyerupai burung rajawali yang lemah, namun belum sampai kehilangan kekuatannya. Orang-orang Romawi sangat menyanjung kekuatan. Sedangkan di belahan timur dari utara negeri Arab, orang-orang Persia menyembah api dan air. Api tetap menyala di tempat peribadatan mereka di mana manusia rukuk untuknya. Dan di sana terdapat danau Sawah yang dianggap suci oleh mereka.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sementara itu, Kisra, raja kaum Persia duduk di atas singgasananya dan memberikan keputusan terhadap manusia. Keputusan Kisra selalu didengar dan dilaksanakan. Tidak ada seorang pun yang berani menentangnya dan menolaknya. Orang-orang Persia berhasil mengalahkan Romawi dan Yunani, sehingga mereka menjadi kekuatan yang dahsyat di muka bumi. Meskipun mereka memiliki kekuatan yang sangat luar biasa, namun penyembahan api jelas-jelas menunjukkan betapa bodohnya mereka dan betapa kekuatan mereka diliputi oleh kebodohan sehingga akal mereka tercabut dan mereka terhalangi untuk mencapai kebenaran. Alhasil, kegelapan semakin meningkat di setiap penjuru bumi dan kehidupan berubah menjadi hutan yang lebat di mana di dalamnya seorang yang kuat akan menyingkirkan seorang yang lemah dan di dalamnya yang menang adalah kebatilan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Di tengah-tengah suasana yang demikian kelam, lahirlah seorang anak di tenda Mekah. Ketika anak tersebut lahir, maka padamlah api yang disembah oleh kaum Persia dan keringlah danau Sawah yang disucikan oleh manusia, bahkan robohlah empat belas loteng dari istana Kisra. Dan setan merasa bahwa penderitaan yang besar telah merobek-robek hatinya. Ini semua sebagai simbol dimulainya kehancuran kejahatan atau keburukan di muka bumi dan terbebasnya akal manusia dari penyembahan terhadap sesama manusia atau terhadap hal-hal yang bersifat khurafat. Manusia diajak hanya untuk menyembah kepada Allah SWT. Kelahiran Rasul sebagai bukti hilangnya kelaliman, sebagaimana kelahiran Nabi Musa yang menunjukkan kebebasan Bani Israil dari kelaliman Fir'aun.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Ajaran Muhammad bin Abdillah merupakan ajaran revolusi yang paling meyakinkan dan yang paling penting yang pernah dikenal di dunia; ajaran yang bertugas untuk menyelamatkan dan membebaskan akal dan materi. Tentara Al-Qur'an adalah tentara yang paling adil dan paling berani untuk menghancurkan orang-orang yang lalim. Kita akan melihat dalam sejarah Nabi bahwa kejadian-kejadian luar biasa telah mengelilingi Ka'bah sebelum kelahirannya. Kemudian terjadilah peristiwa luar biasa setelah kelahirannya di mana terjadilah peristiwa pembelahan dada pada saat beliau masih kecil, begitu juga beliau dinaungi oleh awan di waktu kecil, bahkan beliau terkenal pada saat masih kecil dengan kecenderungan untuk meninggalkan permainan-permainan yang biasa dimainkan oleh anak-anak kecil seusia beliau. Allah SWT memberikan penjagaan khusus kepadanya sehingga Jibril as turun kepadanya dengan membawa wahyu.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Selanjutnya, mukjizatnya yang pertama adalah mukjizat yang terdapat pada kepribadiannya dan pemikiran-pemikirannya. Itulah yang menjadi mukjizatnya yang terbesar setelah Al-Qur'an; itu adalah bangunan ruhani yang tinggi di mana beliau mampu menahan penderitaan di jalan Allah SWT. Dan dalam menegakkan kebenaran, beliau memikul berbagai macam rintangan. Beliau melaksanakan amanat yang diembannya secara sempuma dan sebaik-baik mungkin. Hal yang indah yang dikatakan tentang mukjizat Nabi setelah diutusnya beliau adalah bahwa beliau tidak mempunyai mukjizat selain usaha membebaskan akal: tanpa memiliki kekuatan luar biasa selain membebaskan pikiran, tanpa dalil selain kalimat Allah SWT.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sedangkan Isa bin Maryam telah berdakwah dan mengajak manusia untuk menciptakan kesamaan, persaudaraan, dan cinta kasih di antara mereka, namun Muhammad saw diberi karunia untuk mewujudkan persamaan, persaudaraan, dan cinta kasih di antara orang-orang mukmin di tengah-tengah kehidupannya dan setelah kehidupannya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Ketika Nabi Isa mampu menghidupkan orang-orang yang mati dan mengeluarkan mereka dari kuburan, Muhammad bin Abdillah menghidupkan orang-orang hidup dari kematian mereka yang tidak pernah mereka sadari. Itu adalah bentuk kematian yang paling berat. Beliau juga mengeluarkan rnereka dari kegelapan dan kebodohan menuju cahaya ilmu, dan dari belenggu syirik dan kekufuran menuju dunia tauhid.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sulaiman sebagai seorang Nabi dan raja mampu memperkerjakan jin untuk mengabdi padanya, bahkan mereka mampu terbang beribu-ribu mil untuk menghadirkan singgasana musuh-musuhnya agar mereka semua tercengang terhadap kemampuannya, sehingga mereka masuk Islam. Namun Muhammad saw justru mengabdi kepada Islam hanya sebagai seorang tentara yang sederhana. Beliau mengetahui bahwa ketika beliau lalai sesaat saja dari dakwah di jalan Allah SWT, maka kesempatannya dalam menyebarkan agama Islam akan hilang.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Di saat terjadi peristiwa besar dalam peperangan, tiba-tiba azan salat dikumandangkan, sehingga para pasukan yang berperang mengerjakan salat. Tidak ada malaikat yang turun untuk melindungi mereka ketika salat atau mencegah datangnya anak-anak panah dari punggung mereka saat sujud. Karena itu, hendaklah para pasukan melindungi dirinya sendiri. Para pasukan mukmin berusaha salat secara bergantian: sebagian mereka salat dan sebagian mereka bertugas untuk menjaga.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan salat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (salat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka sujud (telah menyempurnakan serakaat), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin agar kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus."(QS. an-Nisa': 102)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Selesailah masalah itu dan tidak adak malaikat yang turun untuk melindunginya dan menolongnya. Ini adalah masa kematangan akal dan masa keletihan para nabi dan orang-orang mukmin. Dan sesuai kadar keletihan mereka dalam menyampaikan ajaran Islam, mereka pun akan mendapatkan balasan yang besar.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pada masa para nabi sebelum Nabi Muhammad saw, mereka menghadirkan mukjizat-mukjizat kepada kaum mereka saat memulai dakwah, sehingga kaum tersebut mempercayai apa saja yang mereka bawa, sedangkan Nabi Muhammad bin Abdillah tidak menghadirkan kepada kaumnya selain dirinya dan ketulusannya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Allah SWT telah memutuskan untuk melindungi Musa dan memerintahkannya untuk mengangkat gunung di atas kaumnya hingga mereka beriman kepada Taurat, atau untuk menjatuhkan gunung tersebut di atas mereka. Ketika mengetahui hal yang Demikian itu, orang-orang Yahudi sujud dengan meletakkan pipi mereka di atas tanah dan mereka mengamati bukit batu yang berada di atas kepala mereka yang diangkat oleh tangan yang tersembunyi. Sedangkan Nabi Muhammad bin Abdillah tak pernah memaksa seseorang pun. Berimanlah beberapa orang kepadanya dan puaslah beberapa orang kepadanya dan matilah bersamanya orang-orang yang mati dalam keadaan puas. Beliau tidak membawa pedang kecuali saat panah yang beracun mendekati jantung Islam dan mengancamnya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Dakwah para nabi menuntut terjadinya mukjizat demi mukjizat. Ini karena masa kekanak-kanakan manusia serta kelemahan akal dan hilangnya panca indera menuntut rahmat Allah SWT untuk mendatangkan mukjizat yang sesuai dengan masa turunnya mukjizat tersebut dan budaya masyarakat setempat. Adalah hal yang maklum bahwa di tengah-tengah penduduk Mekah saat itu tidak terdapat orang-orang yang cerdas atau orang-orang yang bijak yang mampu menyerap kata-kata yang baik. Dan kesulitan yang dihadapi oleh Islam adalah bahwa ia tidak diturankan pada masa ini saja, tetapi Islam diturunkan untuk setiap masa. Allah SWT mengetahui bahwa manusia telah memasuki masa kematangan berpikir yang mengagumkan, maka hikmah-Nya menuntut bahwa pernyataan yang pertama kali disebutkan dalam risalah-Nya adalah "iqra'" (bacalah). Di samping itu, risalah tersebut mengandung pemikiran yang universal, sistem yang membangun, dan hukum yang mempesona, serta kebebasan yang diidamkan, dan manusia yang sempurna.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Adalah tidak mengurangi kehormatan para nabi sebelum Nabi Muhammad saw di mana mereka tidak diutus di masa-masa kematangan pemikiran, tetapi yang menambah kehormatan Nabi Muhammad saw bahwa beliau diutus di tengah-tengah masa kematangan berpikir, dan beliau diutus sebelum datangnya masa ini. Beliau memikul berbagai lipat cobaan yang pernah dipikul oleh para nabi; beliau berdakwah dengan menanggung berbagai lipat godaan dan cobaan; beliau mengalami siksaan yang pernah dialami oleh semua para nabi; beliau mencintai Allah SWT sebagaimana para nabi mencintai-Nya. Allah SWT memuliakannya ketika beliau mengimami mereka di saat salat pada saat beliau melakukan Isra' dan Mi'raj. Meskipun demikian, ketika beliau keluar pada suatu hari menemui sahabat-sahabatnya dan mendapati mereka mengutamakan para nabi dan mendahulukannya atas mereka, maka beliau justru menampakkan kemarahan dan wajahnya berubah. Beliau berkata: "Janganlah kalian mengutamakan aku atas Yunus bin Mata."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Melalui pernyataan itu, beliau berusaha meletakkan suatu pondasi pemikiran yang harus dilalui oleh kaum Muslim di mana para nabi memang memiliki derajat tertentu di sisi Allah SWT. Boleh jadi ada nabi yang lebih afdal atau yang lebih mulia daripada yang lain. Siapakah yang menetapkan hal itu? Tidak ada seorang pun selain Allah SWT. Ada pun kaum Muslim hendaklah mereka berhenti pada batas tertentu yang seharusnya mereka berikan berkaitan dengan sopan santun terhadap para nabi. Selama Allah SWT menyampaikan shalawat kepada rasul sebagai bentuk penghormatan dan memerintahkan mereka untuk menyampaikan shalawat kepadanya, dan selama Rasulullah seperti nabi-nabi yang lain, maka hendaklah mereka juga bershalawat kepada semua nabi tanpa perbedaan, meskipun pada bentuk shalawat itu sendiri.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sementara itu, bayi yang mungil itu yang lahir di Mekah bergerak setelah tahun gajah. Kemudian berita tersebar di sana sini dan Sampailah ke telinga kakeknya bahwa cucunya telah dilahirkan. Abdul Muthalib segera menuju ke tempat itu dan membawa cucunya yang yatim lalu berkeliling dengannya di Ka'bah sambil memikirkan namanya. Abdul Muthalib tidak merasa terpukau dengan nama-nama yang mulai beredar di benaknya. Ia tampak bingung menentukan nama yang paling tepat buat cucunya, bahkan kebingungannya itu berlanjut sampai enam hari, sehingga sang Nabi disunat. Ketika malam telah menyelimuti kawasan Mekah, datanglah kepadanya suara yang sama yang dulu pernah dilihatnya dan didengarnya yang memerintahkannya untuk menggali zamzam. Di tengah-tengah tidurnya, suara itu membisikkan kepadanya bahwa nama cucunya berasal dari al-Ham, yang berarti Muhammad atau Ahmad.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Orang-orang Quraisy bertanya kepada Abdul Muthalib: "Nama apa yang engkau berikan kepada cucumu?" Abdul Muthalib menjawab sambil mengingat bisikan suara yang didengarnya saat mimpi, "Muhammad." Nama tersebut sebenamya tidak umum di kalangan orang-orang Jahilliyah. Mereka bertanya, "Mengapa Abdul Muthalib tidak memakai narna-nama kakek-kakeknya dan nama-nama yang biasa dipakai di kalangan mereka." Abdul Muthalib menjawab: "Aku ingin Allah SWT memujinya di langit dan manusia memujinya di bumi."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kami tidak mengetahui dorongan apa yang mendikte Abdul Muthalib untuk menyatakan kalimat tersebut. Apakah kalimat itu bersumber dari realitas kebanggaan orang-orang Arab yang populer atau berasal dari realitas kebanggaan tradisional? Atau, apakah berangkat dari realitas kegembiraan yang dalam dengan kelahiran si cucu, ataukah kalimat itu bersumber dari suasana ruhani yang jernih dan bisikan alam gaib? Tentu kami tidak bisa menjawab. Yang dapat kami ketahui adalah bahwa seseorang tidak akan layak menyandang predikat manusia yang dipuji di bumi dan dipuji oleh Allah SWT di langit seperti predikat yang disandang oleh Muhammad bin Abdillah.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Nabi Muhammad saw muncul ke alam wujud dalam keadaan yatim. Beliau ditinggalkan oleh ayahnya saat beliau masih janin di dalam perut ibunya. Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?" (QS. adh-Dhuha: 6)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Allah SWT melindunginya. Orang-orang sufi mengatakan bahwa sebab-sebab kemanusiaan seperti adanya kakeknya Abdul Muthalib dan bagaimana ia mengasuhnya dan melindunginya tidak lain hanya bentuk lahiriah yang tidak begitu penting, sedangkan bentuk batiniah yang sebenarnya adalah kita berada di hadapan manusia yang dilindungi dan diasuh oleh Tuhannya sejak masih kecil. Allah SWT mendidiknya saat beliau masih kecil, dan mengujinya dengan keyatiman saat beliau masih janin serta mengujinya dengan kelaparan sejak masih kecil, dan dewasa dengan kematian si ibu, saat beliau masih kecil dengan keterasingan di tengah-tengah keramaian, dan dengan terjaga di tengah-tengah tidur serta dengan penderitaan demi penderitaan. Allah SWT telah menyiapkannya sejak usia dini untuk memikul beban risalah terakhir.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Selanjutnya, ibunya seringkali memeluknya lebih dari sebelumnya. Ia melihat bahwa banyak dari wanita-wanita yang menyusui tidak berkenan untuk mengasuhnya. Adalah sudah menjadi tradisi yang berkembang di Mekah di mana keluarga-keluarga yang mulia mengirim anaknya ke kawasan dusun agar anak tersebut menyerap dan menghirup udara segar serta memperoleh mainan yang memadai. Dan biasanya wanita-wanita yang menyusui anak-anak lebih tertarik menyusui anak-anak dari orang-orang kaya. Namun ketika pemimpin manusia seorang yang fakir, maka wanita-wanita yang biasa menyusui tidak berminat kepadanya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Marilah kita telusuri bagaimana Halimah binti Abi Duaib menceritakan kisahnya bersama anak kecil yang disusuinya: "Saat itu terjadi musim tandus dan kami tidak memiliki sesuatu sehingga aku dan suamiku mengalami kemiskinan yang luar biasa. Lalu kami menetapkan keluar ke Mekah dan menemani wanita-wanita dari Bani Sa'ad. Kami semua mencari anak-anak yang masih menvusu agar orang tua mereka dapat membantu kami untuk memenuhi kebutuhan hidup.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Binatang yang aku tunggangi sangat lemah dan sangat kurus yang itu semua disebabkan oleh kekurangan makanan. Bahkan kami khawatir kalau-kalau ia berhenti di tengah perjalanan dan mati. Dan kami tidak tidur semalaman karena melihat kondisi anak kecil yang bersama kami. Ia menangis karena tidak menemukan makanan yang dapat dimakannya. Ia menangis karena kelaparan dan tidak mendapat air susu, baik dari air susuku maupun air susu unta yang dibawa oleh suamiku, sehingga kami tidak dapat memuaskan dahaganya. Di tengah-tengah malam, aku merasakan keputusasaan. Aku bertanya-tanya bagaimana aku dapat melakukan sesuatu dalam keadaan yang demikian.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Akhirnya, kami sampai di Mekah. Sementara itu, wanita-wanita yang ingin mencari anak-anak yang dapat mereka susui telah mendahului kami. Mereka mengambil anak-anak kecil yang mereka sukai, kecuali satu anak, yaitu Muhammad di mana ayahnya telah meninggal dan ia berasal dari keluarga yang miskin meskipun sebenarnya kedudukannya sangat mulia di antara tokoh-tokoh Quraisy. Oleh karena itu, wanita-wanita enggan untuk mengasuhnya. Namun aku dan suamiku tidak sepaham dengan mereka karena aku tidak peduli dengan keyatiman dan kcfakirannya. Kemudian aku malu untuk kembali dan tidak mengambil bayi yang dapat aku susui kemudian. Di samping itu, aku malu jika mendapat cercaan dari wanita-wanita itu. Lalu aku merasakan adanya kasih sayang yang memenuhi hatiku terhadap anak kecil yang tampan itu yang akan diganggu oleh udara yang kotor."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kisah tersebut mengatakan bahwa saat anak-anak kecil mendapatkan wanita-wanita yang menyusuinya, maka Muhammad bin Abdillah sedang tidur dalam keadaan lapar di ranjangnya yang kasar, tanpa disusui oleh siapa pun. Suatu hikmah yang tinggi berkehendak agar bayi yang masih menyusui itu menghadapi dunia dalam keadaan yatim dan dalam keadaan kelaparan agar ia dapat merasakan penderitaan anak-anak yatim dan orang-orang yang lapar sebelum ia menyelamatkan mereka.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Halimah mengatakan bahwa ia meyakinkan suaminya bahwa ia merasakan keinginan yang kuat untuk mengambil anak yatim ini, sehingga suaminya menyetujuinya. Halimah tidak mengetahui rahasia keinginannya yang samar agar ia kembali untuk mengambil anak yatirn yang masih menyusu ini. Ia tidak mengetahui bahwa Allah SWT telah menanamkan rasa cinta kepada anak kecil itu dalam hatinya seperti Allah SWT menanamkan cinta kepada Musa pada hati isteri Fir'aun. Jika Musa menolak wanita-wanita lain untuk menyusuinya kecuali ibunya setelah Allah SWT mencegahnya dari susuan wanita-wanita lain agar ibunya merasa bahagia dan tidak bersedih, maka Muhammad bin Abdillah—seorang anak kecil yang masih menyusu dan mulia—-justru ditolak oleh wanita-wanita yang menyusui, sedangkan ia sendiri tidak pernah menolak seseorang pun.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Halimah kembali kepadanya dan ia memberitahu bahwa ia akan mengasuhnya. Nabi Muhammad saw adalah seorang yang mulia. Halimah meletakkan tangannya di dadanya, sehingga anak kecil itu tertawa. Halimah mencium di antara kedua matanya. la meletakkannya di kamarnya. Halimah mengetahui bahwa kedua air susunya telah kering, namun tiba-tiba air susunya memancar dengan keras sebagai bentuk kasih sayang dan tanda kebesaran dari Allah SWT. Kini Halimah pun dapat menyusuinya. Apakah itu merupakan hikmah yang tinggi di mana anak kecil tersebut merasa cukup dengan sesuatu yang sedikit? Ataukah anak kecil itu sudah dapat mendidik dirinya untuk zuhud dan qanaah sebelum ia mendidik orang-orang dewasa tentang pengorbanan dan kesatriaan?</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Halimah kembali ke gurun Bani Sa'ad dan ia membawa Muhammad bin Abdillah. Belum lama ia menyaksikan tanahnya yang tandus sehingga tiba-tiba kebaikan dunia terbuka dan mekar di hadapanya, di mana bumi dipenuhi dengan kehijau-hijauan setelah mengalami masa tandus. Pohon-pohon berbuah dan buah kurma tampak berseri-seri setelah sebelumnya layu, bahkan susu-susu binatang pun mulai tampak banyak. Allah SWT memberikan berkah-Nya kepada tempat tersebut. Halimah mengetahui bahwa kabaikan ini telah datang bersama kedatangan anak kecil yang diberkahi, sehingga cintanya kepada anak itu semakin bertambah. Bahkan suaminya pun menjadi tawanan cinta yang lain kepada Muhammad saw.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pada suatu hari ia berkata kepada isterinya: "Apakah engkau mengetahui wahai Halimah bahwa engkau telah mengambil seorang anak yang mulia?" Halimah berkata: "Anak kecil itu tidak menangis dan tidak berteriak kecuali ketika ia telanjang." Ketika anak kecil itu gelisah di tengah malam dan tidak tidur, maka Halimah membawanya keluar dari kemah dan ia berhenti bersamanya di bawah sinar bintang. Saat itu anak itu tampak bergembira ketika menyaksikan langit. Setelah kedua matanya terpuaskan oleh pandangan ke arah langit, ia pun mulai tidur.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Ketika anak itu mencapai tahun yang kedua, maka ia telah disapih, sehingga ibunya ingin mengambilnya, tetapi Halimah tidak kuat untuk menahan perpisahan ini. Halimah menjatuhkan dirinya di hadapan kedua kaki sang ibu dan ia mulai menciuminya dan ia meminta agar membiarkannya bersama anaknya sehingga anak itu benar-benar kuat dan dapat kembali menghirup udara segar gurun. Akhirnya, Rasulullah saw tinggal di tempat Bani Sa'ad sampai lima tahun. Dan pada masa lima tahun ini terjadi peristiwa penting yang terkenal dengan peristiwa pembelahan dada. Kehendak Ilahi telah menetapkan kepada Ruhul Amin, yaitu Jibril untuk menemui Muhammad bin Abdillah dan membelah dadanya dengan perintah Ilahi serta menyuci hatinya dengan rahmat dan mengeringkannya dengan cahaya dan mengeluarkan bagian dunia darinya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Seperti biasanya Rasulullah saw keluar pada suatu hari bersama saudara susuannya dengan menunggangi sekawanan domba menuju tempat pengembalaan. Di tengah hari, saudaranya berlari-lari dalam keadaan takut dan menangis sambil berteriak bahwa Muhammad telah terbunuh. Muhammad diambil oleh dua orang laki-laki yang memakai baju yang putih lalu kedua orang itu menelentangkannya dan membelah dadanya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Mendengar hal itu, Halimah sangat kaget dan terpukul. Ia segera pergi sambil berlari mencari Muhammad dan diikuti oleh suaminya yang mengikuti petunjuk anak kecil dari saudara Muhammad. Akhirnya, mereka menemukan Muhammad sedang duduk di atas tanah di mana wajahnya tampak pucat dan kedua matanya menyala.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Halimah dan suaminya mencium dengan lembut dan mulai menampakkan kasih sayangnya. Kemudian mereka bertanya, "apa yang terjadi?" Muhammad menjawab: "Ketika aku memperhatikan domba-domba yang sedang bermain aku dikagetkan dengan kedatangan dua orang yang memakai pakaian yang putih. Mula-mula aku menyangka bahwa mereka adalah burung yang besar, namun ternyata aku salah. Mereka adalah dua orang yang tidak aku kenal yang memakai pakaian warna putih. Salah seorang dari mereka berkata kepada temannya dengan menunjuk ke arahku, "Apakah ini anaknya?" Yang lain menjawab, "benar." Aku merasakan ketakutan yang luar biasa. Lalu mereka mengambilku dan menidurkan aku serta membelah dadaku dan mereka mengambil sesuatu darinya hingga mereka mendapatinya dan membuangnya jauh-jauh. Setelah itu, mereka bersembunyi laksana bayangan."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Hadis tersebut diriwayatkan oleh Anas dan juga diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad. Para mufasir berbeda pendapat tentang simbolisme yang dalam ini. Sebagaian besar ulama menakwilkan peristiwa tersebut. Pakar-pakar klasik, seperti Qurthubi berpendapat bahwa peristiwa itu diisyaratkan oleh firman-Nya: "Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?. " (QS. Alam Nasyrah: 1)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sedangkan tokoh-tokoh hadis, seperti Ghazali berpendapat bahwa manusia istimewa seperti Muhammad saw tidak mungkin terlepas dari bimbingan Ilahi dan tidak mungkin terkena waswas sekecil apa pun yang biasa menimpa manusia biasa. Jika suatu kejahatan menjadi suatu gelombang yang memenuhi cakrawala, maka di sana terdapat hati yang segera memungutnya dan terpengaruh dengannya, namun hati para nabi dengan adanya bimbingan Allah SWT tidak akan terpanggil dan tidak terkena arus kejahatan tersebut.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Dengan demikian, usaha para nabi terfokus pada peningkatan kemajuan atau ketinggian, bukan memerangi kerendahan. Diriwayatkan oleh Abdillah bin Mas'ud bahwa Rasulullah saw bersabda: "Tidak ada seseorang di antara kalian kecuali ia diawasi oleh temannya dari kalangan jin dan temannya dan dari kalangan malaikat." Para sahabat berkata: "Apakah hal itu juga berlaku kepadamu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Ya, tetapi Allah SWT membantuku, sehingga ia berserah diri dan tidak memerintahkan kepadaku kecuali dalam kebaikan."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Begitulah sikap orang-orang yang dahulu dan para ahli hadis berkaitan dengan peristiwa pembelahan dada. Kami kira bahwa kejadian yang luar biasa tersebut berhubungan dengan persiapan Nabi untuk melalui Isra' dan Mi'raj. Ia merupakan perjalanan di mana Rasulullah saw akan menebus alam angkasa dan akan mencapai alam langit. Kemudian beliau akan melampaui alam ini, sehingga sampai di Sidratul Muntaha yang di sana terdapat Janatul Ma'wah.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pandangan tersebut kembali kepada pendapat kami yang mengatakan bahwa peristiwa pembelahan dada berulang lebih dari sekali saat Rasul saw mencapai usia lima puluh tahun. Dan peristiwa pembelahan dada terjadi kedua kalinya pada malam Isra' dan Mi'raj.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Bukhari meriwayatkan dari Malik bin Sh'asha'a bahwa Rasulullah saw menceritakan kepada mereka peristiwa malam Isra' di mana beliau bersabda: "Ketika aku berada di Hathim—atau beliau berkata di Hijr—saat aku dalam keadaan antara tidur dan bangun, maka seorang datang kepadaku lalu ia membelah antara ini dan ini. Yaitu antara kerongkongan dan perutnya. Beliau melanjutkan: Lalu ia mengeluarkan hatiku dan membawa mangkok dari emas yang penuh dengan keimanan lalu ia menyuci hatiku. Kemudian diulanginya."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kami kira bahwa pembelahan dada merupakan bentuk simbolis yang menunjukkan kesucian Rasul saw dan sebagai bentuk penyiapannya untuk melalui Isra' dan Mi'raj. Itu merupakan pemberitahuan dari Ilahi bahwa anak ini akan mencapai suatu kedudukan yang belum pernah dicapai oleh manusia dan tidak akan dicapai manusia sesudahnya. Setelah peritiwa pembelahan dada, berubahlah kehidupan anak kecil itu di mana sebagian besar waktunya digunakan untuk merenung dan menyendiri. Dari roman wajahnya tampak keseriusan yang biasanya menghiasi wajah orang-orang dewasa.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Berlalulah hari demi hari, tahun demi tahun dan Selesailah masa menetapnya bersama Halimah di dusun Bani Sa'ad. Beliau sangat terpengaruh dan sangat terkesan dengan keadaan di sana. Diriwayatkan bahwa beliau pemah mengingat masa kecilnya di Bani Sa'ad dan beliau membanggakannya. Beliau menyebutkan pengorbanan mereka dan sikap mereka yang baik. Beliau berkata: "Aku termasuk dari Bani Sa'ad, tanpa bermaksud menyombongkan diri. Jika mereka berhadapan atau menyaksikan salah seorang mereka lapar, maka mereka akan membagi makanan di antara mereka."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian Muhammad bin Abdillah kembali ke Mekah saat usianya lima tahun. Beliau hidup beberapa hari bersama ibunya di mana si ibu merasakan kesedihan yang dalam atas kepergian ayahnya. Sesuai janji untuk mengingat ayahnya yang telah pergi, Aminah menetapkan untuk mengunjungi kuburannya di Yatsrib. Jarak antara Mekah dan Yatsrib lebih dari lima ratus kilo meter di gurun yang kering yang jauh dari tanda-tanda kehidupan. Anak itu menempuh peijalanan yang berat. Setelah perjalanan yang berat ini, Muhammad bin Abdillah tinggal di tempat paman-paman dari ibunya di Madinah selama satu bulan. Muhammad melihat rumah yang di situ ayahnya meninggal sebelum ia dilahirkan. Ia berziarah bersama ibunya ke kuburan yang sederhana yang ayahnya dikuburkan di dalamnya. Mula-mula pikirannya terfokus pada keadaan yatim sambil ia mulai memperhatikan linangan air mata ibunya yang diam.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Selesailah masa satu bulan keberadaannya di sisi paman-pamannya. Kemudian ibunya menemaninya untuk kembali ke Mekah. Kedua anak manusia itu sampai di pertengahan jalan. Muhammad bin Abdillah tidak mengetahui rahasia kepucatan wajah ibunya. Lalu malaikatul maut turun di suatu tempat yang yang bernama Abwa. Di situlah Aminah binti Wahab telah bertemu dengan kekasihnya, Allah SWT.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sang ibu meninggal dan meninggalkan anak satu-satunya bersama seorang pembantu. Pembantu itu menampakkan rasa kasihnya terhadap anak kecil yang kehilangan ayahnya saat masih janin dan kehilangan ibunya saat berusia enam tahun. Muhammad bin Abdillah kini menjadi sendiri dan ia dalam keadaan menangis. Ia mencapai kematangan setelah ia melewati kesedihan kehidupan dan kerasnya kehidupan sebagai anak yatim.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Rasulullah saw pernah ditanya setelah masa diutusnya: "Bagaimana pandanganmu?" Beliau menjawab: "Pengetahuan adalah modalku. Akal adalah dasar agamaku. Cinta adalah pondasiku. Zikrullah adalah kesenanganku. Dan kesedihan adalah temanku."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Allah SWT telah menyiramkan kepadanya sungai-sungai kesedihan sehingga beliau dapat memberikan kepada manusia buah dari kegembiraan dan ketulusan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Anak kecil itu kembali ke Mekah dalam keadaan sedih dan ia tampak terpaku. Lalu Abdul Muthalib, kakeknya menampakkan cinta yang luar biasa dan penghormatan padanya. Setelah dua tahun ketika Muhammad bin Abdillah berusia delapan tahun, maka meninggallah salah satu benteng yang terbaik yang menjaganya, yaitu kakeknya Abdul Muthalib. Kemudian anak kecil itu kini merenungi kakeknya laksana orang dewasa. Ia tampak tegar seperti layaknya orang dewasa.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kita tidak mengetahui mengapa terjadi demikian. Mengapa hikmah Allah SWT mencegah Nabi yang terakhir untuk mendapatkan kasih sayang seorang ayah, kasih sayang seorang ibu, dan bimbingan seorang kakek? Apakah Allah SWT ingin memberi Nabi yang terakhir suatu kasih sayang dan cinta yang semata-mata bersumber dari sisi-Nya? Apakah Allah SWT ingin mendidiknya dengan kesedihan dan memberinya perasaan-perasaan yang penuh dengan penderitaan? Apakah Allah SWT ingin membuat hati Rasul-Nya hanya tertuju kepadanya? Dahulu Allah SWT berkata kepada Musa:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku." (QS. Thaha: 41)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Dahulu Allah SWT memberi kabar gembira kepada Musa di dalam Taurat sebagaimana Isa memberi kabar gembira di dalam Injil dengan kedatangan seorang Nabi setelahnya yang bernama Ahmad. Dan Nabi Musa meminta kepada Tuhannya agar memberinya dan memberi umatnya puncak keutamaan, lalu Allah SWT menjawab bahwa Dia telah menetapkan keutamaan ini kepada Nabi yang terakhir Ahmad dan umatnya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Allah SWT telah memilih Musa untuk diri-Nya. Meskipun Demikian, Dia tidak mencegahnya untuk mendapatkan kasih sayang seorang ibu dan mendidiknya di tengah-tengah keluarganya. Namun Dia berkehendak untuk menjadikan Nabi yang terakhir tercegah dari mendapatkan kasih sayang seorang manusia dan cinta seorang manusia, sehingga Nabi tersebut hanya mendapatkan kasih sayang Ilahi dan cinta Ilahi.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Allah SWT berfirman menceritakan tentang keadaan Rasul terakhir:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. Adapun terhadap anak yatim, maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang meminta-minta, maka janganlah kamu menghardiknya. Dan terhadap nikmat Tuhanmu maha hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur). " (QS. ad-Dhuha: 6-11)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Makna ayat tersebut secara harfiah adalah bahwa beliau dalam keadaan yatim lalu Allah SWT melindunginya; beliau dalam keadaan tersesat lalu Allah SWT memberinya petunjuk; beliau dalam keadaan fakir lalu Allah SWT memampukannya. Allah SWT melindunginya dengan mengasuhnya, membimbingnya, dan mencukupinya. Itu adalah derajat keutamaan yang tidak pernah dicapai oleh seseorang pun di dunia.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Setelah kematian kakeknya, maka pamannya Abu Thalib mengasuhnya. Allah SWT telah meletakkan kecintaan pada hati pamannya, sehingga pamannya mengutamakan Muhammad saw daripada anak-anaknya dan memuliakannya serta menghormatinya, bahkan Abu Thalib mendudukkannya di ranjangnya yang biasa dibentangkannya di hadapan Ka'bah di mana tidak ada seorang pun yang duduk selainnya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Muhammad bin Abdillah hidup di jantung gurun Mekah sebagai seorang yang memiliki kesadaran yang tinggi di antara kaum yang sedang lalai dan kaum yang mabuk-mabukan dan para penyembah berhala serta para pedagang minuman keras dan para syair dan orang-orang yang berperang dan tokoh-tokoh kabilah.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Muhammad bin Abdillah seorang yang banyak diam dan ketika usianya semakin dewasa, maka ia bertambah banyak diam. Beliau tidak berbicara kecuali jika diajak seseorang berbicara; beliau tidak terlibat dalam permainan hura-hura anak-anak muda; beliau merasakan kesedihan yang dalam; beliau sering menyendiri dan membuka matanya di hamparan pasir-pasir. Mulutnya terdiam dan akalnya berpikir. Beliau merenungkan di masa kecilnya bagaimana kaumnya bersujud terhadap berhala dan terpukau dengannya; bagaimana orang-orang berakal mau bersujud kepada batu-batu yang tidak memberikan mudharat dan manfaat dan tidak berbicara serta tidak dapat melakukan apa-apa. Beliau mewarisi dari kekeknya Ibrahim kebencian yang fitri terhadap dunia berhala dan patung.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Di dalam dirinya terdapat penghinaan yang besar terhadap sembahan-sembahan dari batu ini, suatu penghinaan yang menjadikannya tidak mau mendekat selama-lamanya terhadap patung tersebut. Namun hatinya yang besar dipenuhi dengan kesedihan yang lebih hebat dari kesedihan kakeknya Ibrahim. Beliau sedih karena akal manusia menyembah batu dan emas, kesombongan serta kekuasaan penguasa; beliau mendengar apa yang dikatakan manusia dan mengamat-amati urusan kehidupan dan keadaan masyarakat; beliau juga menyaksikan betapa banyak pertentangan dan perkelahian di antara manusia yang justru disebabkan oleh masalah-masalah yang sepele, sehingga keheranan beliau semakin bertambah dan sudah barang tentu kesedihannya pun semakin dalam. Tidakkah manusia mengetahui bahwa mereka akan mati seperti ayahnya, ibunya, dan kakeknya? Mengapa mereka menimbulkan pertentangan ini, hingga mereka mendapatkan lebih banyak kejahatan?</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Ketika usianya semakin bertambah, maka bertambahlah kezuhudannya dalam hidup, dan sepak terjangnya terus bersinar memenuhi penjuru Mekah. Beliau tidak sama dengan seseorang pun dari kalangan pemuda saat itu. Meskipun kami kira bahwa kesedihannya disebabkan oleh hal-hal yang umum, tetapi beliau tidak mengungkapkan kegelisahan hatinya pada seseorang pun. Beliau belum bertujuan untuk memperbaiki masyarakat atau kemanusiaan. Benar bahwa pertanyaan-pertanyaan kritis timbul dalam benaknya dan ingin segera menemukan jawaban, tetapi akalnya sendiri tidak dapat menemukan jawaban atau jalan keluar. Inilah yang dimaksud dengan makna ayat:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk." (QS. adh-Dhuha: 7)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Yang dimaksud ad-Dhalal (kesesatan) di sini ialah kebingungan akal dalam menafsirkan kejahatan dan usaha melawannya karena ketiadaan senjata dan kecilnya usia. Semua itu justru menambah sikap diam anak kecil itu dan menjauhkannya dari dunia yang akan mencemari akal, sehingga akalnya selamat dari segala noda dan tetap di bawah naungan kejernihannya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Anak kecil itu tetap jauh dari dosa-dosa yang dilakukan oleh kaumnya yang berupa kecenderungan untuk menyembah berhala dan cinta kekuasaan dan kebanggaan. Ia selalu mendekat dan lebih mendekat kepada hakikatnya yang suci; ia mampu mempengaruhi orang lain dengan jiwanya yang bersih dan rahmatnya atau kasih sayangnya tertuju kepada manusia, bahkan kepada binatang dan burung. Ketika ia duduk akan makan lalu ada burung merpati berkeliling di seputar makanannya rnaka ia meninggalkan makanannya untuk burung itu. Pada saat orang-orang memukul anjing yang mendekat kepada makanan mereka, maka ia justru mencabut suapan yang ada di mulutnya dan memberikannya pada anjing, kucing, anak-anak kecil, dan orang-orang fakir. Bahkan seringkali di waktu malam ia tidur dalam keadaan lapar karena ia memberikan makanannya ke orang lain.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Muhammad saw adalah seorang fakir yang harus bekerja agar dapat makan, maka beliau bekerja sebagai pengembala kambing, seperti Nabi Daud, Nabi Musa, dan nabi-nabi yang lain yang diutus oleh Allah SWT. Kemudian beliau melakukan perjalanan bersama kafilah pamannya Abu Thalib menuju Syam saat beliau berusia tiga belas tahun. Beliau menyaksikan keadaan umat-umat yang lain, maka keheranannya semakin bertambah terhadap masa jahiliyah ini. Ketika beliau menyaksikan orang-orang tersesat, maka kesedihannya semakin bertambah dan hatinya semakin tersentuh dan pikirannya semakin dalam.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pada saat perjalanan menuju ke Syam ini terjadi suatu peristiwa terhadap anak kecil itu. Kemungkinan besar itu justru menambah kebingungannya. Seorang pendeta yang bernama Buhaira berdiri di jendela rumah yang menjadi tempat peribadatannya di Suria. Tiba-tiba ia memperhatikan suatu awan putih—tidak seperti biasanya—yang menghiasai langit yang biru. Saat itu udara sangat terang, sehingga munculnya awan tersebut sangat mengherankan. Kemudian pandangan Buhaira yang tertuju ke langit, kini tertuju ke bumi di mana ia mendapati awan itu menyerupai burung yang putih yang menaungi kafilah kecil yang menuju ke arah utara. Buhaira memperhatikan bahwa awan tersebut mengikuti kafilah.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Jantung Buhaira berdebar dengan keras karena ia mengetahui melalui buku-buku peninggalan kaum Masehi yang otentik bahwa seorang nabi akan muncul ke dunia setelah Isa. Sifat dan kabar nabi tersebut diceritakan dalam buku-buku kuno. Buhaira segera meninggalkan tempatnya, lalu ia segera memerintahkan untuk menyiapkan makanan yang besar. Kemudian ia mengutus seseorang untuk menemui kafilah tersebut dan mengundang mereka untuk jamuan makan. Salah seorang mereka berkata dengan nada bercanda kepada Buhaira: "Demi Lata dan 'Uzza, engkau hari ini tampak lain wahai Buhaira. Engkau tidak pernah melakukan demikian kepada kami, padahal kami telah melewati dan singgah di tempat ini lebih dari sekali. Ada peristiwa apa gerangan wahai Buhaira?"</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Buhaira menjawab: "Hari ini kalian adalah tamu-tamuku." Pertanyaan orang tersebut tidak dijawab dengan terang-terangan. Ia sengaja menghindarinya dan tidak menyingkapkan rahasia kemuliaan yang datangnya tiba-tiba ini. Buhaira memberi makan mereka dan mulai memperhatikan di antara mereka adanya seseorang yang memiliki tanda-tanda yang dibacanya dalam kitab-kitabnya yang kuno tentang seorang rasul yang ditunggu. Namun ia tidak menemukannya, hingga ia bertanya kepada mereka: "Wahai kaum Quraisy, apakah ada seseorang yang tidak hadir bersama jamuanku ini?" Mereka menjawab: "Benar, ada seseorang yang tidak ikut bersama kami. Kami meninggalkannya karena ia masih kecil." Buhaira berkata: "Sungguh aku telah mengundang kamu semua. Panggilah ia supaya hadir bersama kami dan memakan makanan ini." Salah seorang lelaki dari kaum Quraisy berkata: "Demi Lata dan 'Uzza, sungguh tercela bagi kami untuk meninggalkan Muhammad bin Abdillah bin Abdul Muthalib dari jamuan yang kami diundang di dalamnya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pamannya meminta maaf karena Muhammad masih kecil, kemudian sebagian mereka berdiri dan menghadirkannya. Belum lama Buhaira memandangi kejernihan dua mata Muhammad, sehingga ia mengetahui bahwa ia telah mendekati tujuannya. Buhairah terpaku ketika memandangi Muhammad bin Abdillah sehingga kaum selesai makan dan mereka berpisah.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Muhammad bin Abdillah duduk sendirian. Buhaira menghampirinya dan berkata: "Wahai anak kecil, demi kedudukan Lata dan 'Uzza, sudikah kiranya engkau memberitahu aku terhadap apa yang aku tanyakan kepadamu?" Buhaira ingin mengetahui sikap anak ini terhadap berhala kaumnya. Anak kecil itu menjawab: "Jangan engkau bertanya kepadaku tentang Lata dan 'Uzza. Demi Allah, tidak ada sesuatu yang lebih aku benci daripada keduanya." Buhaira berkata: "Dengan izin Allah aku ingin bertanya kepadamu." Anak kecil itu menjawab: "Tanyalah apa saja yang terlintas di benakmu."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Buhaira bertanya kepada anak kecil itu tentang keluarganya, kedudukannya di tengah-tengah kaumnya, mimpinya dan pendapat-pendapatnya. Dialog tersebut terjadi jauh dari pantauan kaum karena mereka tidak akan diam ketika mendengar bahwa Muhammad membenci berhala-berhala mereka. Kemudian Muhammad menjawab pertanyaan-pertanyaan Buhaira dengan yakin, hingga membuat Buhaira mantap bahwa ia sekarang duduk bersama seorang Nabi yang kabar berita gembiranya disampaikan oleh Nabi Isa sebagaimana disampaikan oleh nabi-nabi dari kaum Israil dari kaum Nabi Musa. Setelah itu, ia bangkit meninggalkan anak kecil itu dan menuju ke Abu Thalib ia bertanya tentang kedudukan anak kecil itu di sisinya. Abu Thalib menjawab: "Ia adalah anakku." Buhaira berkata: "Tidak mungkin ayahnya masih hidup." Abu Thalib berkata: "Benar. Ia anak saudaraku. Ayahnya dan ibunya telah meninggal." Buhaira berkata: "Engakau benar, kembalilah kamu ke negerimu dan hati-hatilah dari kaum Yahudi." Abu Thalib bertanya tentang rahasia dari apa yang dikatakan oleh pendeta itu. Pendeta itu mulai mengetahui bahwa ia telah berbicara lebih dari yang semestinya. Lalu ia berkata: "Ia akan memiliki kedudukan tertentu." Buhaira tidak menjelaskan lebih dari itu dan ia tidak menentukan kedudukan yang dimaksud.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Lalu berlalulah peristiwa tersebut tanpa terlintas dari benak seseorang atau tanpa menggugah kesadaran di antara mereka. Kisah tersebut tidak membawa pengaruh berarti bagi kafilah atau kepada Nabi sendiri. Kafilah menganggap bahwa penghormatan pendeta kepada Muhammad bin Abdillah dan memberitahunya akan kedudukan yang akan disandangnya adalah semata-mata basa-basi yang biasa diucapkan di atas meja makan ketika para tamu memuji kedermawanan tuan rumah. Dan sebagai balasannya, orang yang mengundang akan memuji akhlak para pemuda mereka. Alhasil, peristiwa tersebut tidak membawa pengaruh apa pun, baik bagi Muhammad maupun bagi sahabat-sahabat yang ikut dalam kafilah, sehingga mereka tidak mengetahui rahasia perkataan pendeta dan mereka tidak menyebarkan pembicaraan yang mereka dengar darinya. Peristiwa itu tersembunyi meskipun ia sungguh sangat membingungkan Muhammad.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Apa gerangan yang terjadi antara dirinya dan orang-orang Yahudi, sehingga pendeta perlu mengingatkan pamannya dari ancaman mereka? Apa kedudukan yang akan diembannya seperti yang diceritakan oleh pendeta itu? Dan apa hubungan semua ini dengan kesedihan-kesedihannya yang dalam serta kebingungannya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut sedikit demi sedikit berputar di benaknya. Kemudian seperti biasanya kafilah tersebut kembali ke Mekah. Muhammad kembali menuju keterasingannya. Ia memperhatikan keadaan alam di sekitarnya. Kemudian ia melihat kembali penderitaannya; ia berusaha untuk mendapatkan kehidupannya; ia mengabdi kepada manusia dan mengorbankan apa saja demi kemuliaan mereka.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Hari demi hari berlalu. Muhammad saw tampil dengan pakaian ketulusan kasih sayang, dan amanah serat cinta, sebagaimana pelita dipenuhi oleh cahaya, sehingga kejujurannya terkenal di tengah-tengah kaumnya. Bahkan kejujuran dan amanatnya tidak bakal diragukan oleh seseorang pun dari penduduk Mekah. Dan ketika beliau datang dengan membawa risalahnya dan beliau ditentang mayoritas masyarakatnya, namun tak seorang pun yang berani meragukan kejujurannya. Mereka hanya menuduh bahwa ia terkena sihir atau kesadarannya telah hilang.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pada tahun ketiga belas dari masa kenabian, ketika semua kabilah sepakat untuk membunuhnya dan mengucurkan darahnya di antara para kabilah dan mereka mengepung rumahnya, maka di saat situasi yang sulit ini beliau menetapkan untuk berhijrah. Tetapi sebelumnya beliau mewasiatkan kepada Ali bin Abi Thalib, anak pamannya untuk tetap tinggal di rumahnya agar ia dapat mengembalikan amanat yang dititipkan oleh semua musuhnya dan para sahabatnya. Ini beliau maksudkan agar Ali dapat menyerahkan amanat tersebut di waktu pagi kepada para pemiliknya. Anda dapat melihat betapa para musuhnya merasa aman terhadap harta mereka ketika dijaga oleh Muhammad saw.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Hari demi hari berlalu dan tahun demi tahun pun lewat. Sementara itu, kesucian dan kejujuran Muhammad saw semakin meningkat. Dan di tengah lautan keheningan yang mencekam, ketika Muhammad bin Abdillah menyebarkan layar perahunya yang putih, maka ia harus menemui hakikat azali yang bertemu dengan-nya semua nabi dan rasul. Muhammad bin Abdillah mengetahui bahwa alam yang besar ini mempunyai Tuhan Pengatur dan Pencipta; Tuhan yang Maha Satu dan yang tiada tuhan selain-Nya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Muhammad dijauhkan dari suasana kenikmatan dan foya-foya yang biasa dilakukan oleh para pemuda seusianya. Dan ketika pemuda Mekah berbangga-bangga dengan banyaknya minuman keras yang mereka minum dan banyaknya bait-bait syair yang mereka katakan tentang wanita, maka Muhammad bin Abdillah telah menemukan jati dirinya di suatu gua yang tenang di gunung yang besar. Ia memilih untuk menghabiskan waktunya di dalam keheningan gua tersebut. Ia merenung dengan hatinya tentang keadaan alam; ia memikirkan keagungan rahasia-rahasianya dan rahmat Penciptanya serta kebesaran-Nya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pada tahun yang kedua puluh lima, beliau mengenal Ummul Mu'minin, isterinya yang pertama, yaitu Khadijah binti Khuwailid yang saat itu berusia empat puluh tahun. Khadijah adalah wanita yang mulia dan mempunyai cukup harta. Ia berdagang dan suaminya telah meninggal. Banyak orang yang mendekatinya dengan alasan untuk mendapatkan kekayaannya. Khadijah mencari seseorang laki-laki yang dapat membawa harta dagangannya menuju Syam, lalu Khadijah mendengar berita yang cukup banyak berkenaan dengan kejujuran dan amanat serta kesucian Muhammad bin Abdilah. Akhirnya, Khadijah mengutus Muhammad saw untuk membawa barang dagangannya. Muhammad saw pergi dalam perjalanannya yang kedua ke Syam saat beliau berusia dua puluh lima tahun. Allah SWT memberkati perjalannya di mana beliau kembali dengan membawa keuntungan yang berlipat ganda yang diserahkannya kepada Khadijah. Muhammad saw tidak peduli dengan harta Khadijah dan tidak peduli kepada kecantikannya; Muhammad saw hanya memandang kemuliaan yang dipegangnya. Kemudian Khadijah merasakan getaran cinta terhadap Muhammad saw. Dan Akhirnya, ia mengutarakan keinginan untuk menikah dengannya, hingga Muhammad saw pun setuju.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Paman Muhammad saw, Abu Thalib berdiri dan menyampaikan khotbah pada saat perayaan perkawinannya: Muhammad saw tidak dapat dibandingkan dengan seorang pun dari kaum Quraisy karena ia adalah seorang yang mulia, baik dari sisi akal maupun ruhani. Meskipun ia seorang yang fakir namun harta adalah naungan yang akan hilang dan benda yang bersifat sementara.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Setelah menikah, Muhammad saw justru mendapatkan kesempatan yang lebih besar untuk merenung dan menyendiri serta beribadah. Kemudian kehidupan yang dijalaninya justru meningkatkan kemuliaannya, sehingga keutamaannya tersebar di sana sini. Beliau tidak pernah terlibat dalam pergulatan yang keras untuk memperebutkan materi-materi dunia. Beliau selalu menggunakan akal sehatnya daripada terlibat dalam kesesatan mereka dan kegelapan berhala yang menyelimuti banyak orang pada saat itu. Kemudian usianya kini mendekati empat puluh tahun.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Setelah merasakan kesunyian di tengah-tengah masyarakat, beliau lebih memilih untuk menjauh dari mereka. Beliau mencari-cari hakikat, sehingga Allah SWT membimbingnya untuk menyendiri di gua Hira. Akhirnya, beliau dapat keluar dari Mekah. Beliau berjalan beberapa mil. Kemudian beliau mulai mendaki dan mendaki. Setiap kali ia mendaki gunung, maka tempat itu semakin luas. Udara tampak lembut dan tersingkaplah hijab, dan pandangan semakin terbentang. Kemudian beliau memasuki gua. Keheningan menyelimuti segala sesuatu, namun hati tetap sadar dan tidak ada sesuatu yang dapat menghalang-halangi pandangan internal yang dalam. Dalam suasana kesunyian terkadang lahirlah pemikiran-pemikiran yang cemerlang yang kemudian menyebarkan sayap-sayapnya dan membumbung, pertama-tama di atas angkasa gua lalu tersebar menuju ke tempat yang lebih luas. Tidak ada sesuatu pun yang membatasinya atau mengekang kebebasannya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kita tidak mengetahui pikiran-pikiran apa yang terlintas pada manusia termulia dan terbesar di atas bumi itu saat beliau duduk di gua Hira beberapa bulan. Apa yang beliau pikirkan dan apa gerangan yang beliau risaukan? Mimpi apa yang ada di benaknya dan perasaan-perasaan apa yang lahir dalam hatinya? Bagaimana keadaan batu-batu yang ada di sisinya? Apakah atom-atom batu yang berputar di sekelilingnya menyahuti tasbihnya yang diam, seperti atom-atom batu yang bersahut-sahutan bersama Daud saat ia membaca kitabnya Zabur.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kami tidak mengetahui secara pasti bentuk kelahiran yang terjadi dalam dirinya. Yang kita ketahui adalah bahwa beliau tidak berpikir tentang kenabian dan beliau tidak berpikir untuk memberikan petunjuk kepada manusia; beliau tidak melakukan praktek-praktek sufisme karena beliau sudah menjadi seorang sufi sebelum diutus di tengah-tengah manusia. Kemudian Allah SWT memilihnya sebagai Nabi lalu beliau meninggalkan uzlahnya dan turun ke medan serta membawa senjata. Beliau mempertahankan kebenaran, sehingga beliau bertemu dengan Tuhannya. Mula-mula lahirlah tasawuf dan setelahnya lahirlah jihad di jalan Allah SWT. Tasawuf bukanlah puncak atau hasil sebagaimana diyakini oleh manusia sekarang, tetapi ia adalah permulaan jalan yang panjang di mana pada akhirnya yang bersangkutan menggunakan senjata sebagai bentuk usaha untuk membela manusia dan kehormatannya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pada suatu hari beliau duduk di gua Hira dan tiba-tiba beliau dikagetkan dengan kedatangan Jibril yang berdiri di depan pintu gua. Malaikat tersebut memeluknya erat-erat lalu memerintahkannya untuk membaca sambil berkata: "Bacalah!" Muhammad bin Abdillah menjawab: "Aku tidak mampu membaca." Beliau ingin mengatakan bahwa beliau tidak mengenal bacaan dan tulisan. Kalau begitu, apa yang harus beliau baca? Malaikat kembali memeluknya dengan kuat sehingga Rasulullah saw menganggap bahwa ia meninggal. Kemudian malaikat melepasnya dan memerintahkannya untuk membaca. Beliau kembali menjawab: "Aku tidak bisa membaca." Malaikat yang mulia kembali memeluknya dan kembali memerintahkan untuk membaca. Dan lagi-lagi Rasulullah saw menjawab dengan gemetar: "Apa yang aku baca?" Kemudian Jibril membaca permulaan ayat-ayat yang turun kepada beliau:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS. al-'Alaq: 1-5)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Setelah peristiwa itu, Jibril menghilang secara tiba-tiba sebagaimana ia muncul secara tiba-tiba. Rasulullah saw merasakan dalam dirinya kejadian yang luar biasa yang pernah dirasakan oleh Nabi Musa saat beliau mendengar panggilan-panggilan suci di lembah Thuwa. Sebagaimana Nabi Musa lari ketakutan, maka Muhammad bin Abdillah pun segera menuju ke rumahnya dalam keadaan ketakutan. Ia turun ke gunung dan kembali ke rumahnya dan kembali ke isterinya. Tubuhnya yang mulia bergetar denga keras dan beliau merasakan ketakutan dan kegelisahan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Apakah beliau kali ini berhubungan dengan jin atau alam perdukunan? Apakah beliau telah mengigau sehingga beliau mendengar suara-suara dan melihat wajah-wajah yang belum pernah dilihatnya? Rasulullah saw mengkhawatirkan dirinya karena beliau sangat benci kepada perdukunan. Beliau memasuki rumahnya dengan keadaan gemetar. Beliau berkata kepada isterinya: "Selimutilah aku, selimutilah aku!" Kemudian isterinya segera menyelimuti dengan selimut dari wol dan mengusap keringat yang berada di keningnya. Isterinya dikagetkan dengan kepucatan wajah beliau yang mulia dan kegemetaran tubuhnya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Khadijah bertanya kepadanya: "Apa yang sedang terjadi?" Kemudian Muhammad saw menceritakan secara detail apa yang dialaminya. Kemudian ia berkata: "Sungguh aku khawatir terhadap diriku." Khadijah mengetahui bahwa ia sekarang berhadapan dengan masalah yang serius, suatu berita gembira yang ia tidak mengetahui hakikatnya, suatu berita gembira yang seharusnya tidak dihadapi Muhammad saw dengan kekhawatirkan dan kegelisahan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Khadijah berkata dengan maksud untuk meredakan ketakutannya: "Tenanglah. Demi Allah, Allah SWT tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Sungguh engkau adalah seorang yang baik, yang menyambung tali silaturahmi, yang berbicara dengan jujur, dan yang menghormati tamu."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Meskipun kalimat-kalimat tersebut penuh dengan kedamaian dan kesejukan, tetapi kegelisahan Rasul saw juga belum hilang. Kemudian Khadijah pergi bcrsama beliau ke rumah Waraqah bin Nofel, yaitu anak dari paman Khadijah. Waraqah adalah seorang Nasrani dan dia mampu menulis kitab dalam bahasa Ibrani dan ia cukup mengetahui kitab-kitab Taurat dan Injil di mana matanya telah buta karena masa tua.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Khadijah berkata kepadanya: "Wahai putra pamanku, dengarlah dari anak saudaramu." Waraqah berkata: "Wahai anak saudaraku, apa yang engkau lihat?" Rasulullah saw menceritakan apa yang dialaminya secara sempurna. Waraqah berkata sambil mengangkat kepalanya yang tampak keheranan: "Itu adalah Namus (Jibril) yang Allah SWT turunkan kepada Musa." Sebagai seorang yang mengerti, Waraqah bin Nofel mengetahui bahwa ia berada di hadapan seorang Nabi yang berita gembiranya disampaikan oleh Taurat dan Injil.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Setelah keheningan sesaat, Waraqah berkata: "Seandainya aku masih hidup ketika kaummu mengeluarkanmu dan mengusirmu." Rasulullah saw bertanya: "Mengapa aku harus diusir oleh mereka?'' Waraqah menjawab: "Benar, tidak ada seorang pun yang akan datang seperti dirimu kecuali engkau akan mengalami penderitaan dan pengusiran. Seandainya aku hadir di saat itu niscaya aku akan menolongmu."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Demikianlah, akhirnya Islam pun dikembangkan. Kehendak Allah SWT terlaksana dan Allah SWT telah memilih Nabi yang terakhir di muka bumi dan orang Muslim yang pertama. Barangkali pembaca akan bertanya: Apa hakikat dari Islam? Apabila Muhammad saw sebagai Nabi yang terakhir yang diutus oleh Allah SWT di muka bumi dan kita mengetahui bahwa para nabi semuanya sebagai Muslim, maka bagaimana beliau dapat dikatakan mendahului mereka dalam keislaman dan menjadi orang Muslim yang pertama?</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Islam yang dibawa oleh Muhammad saw tidak berbeda dalam esensinya dengan Islam yang dibawa oleh Nabi Nuh, Nabi Musa, Nabi Isa atau nabi yang lain, tetapi yang berbeda adalah bentuknya, sedangkan esensinya tetap seperti semula, yakni berdasarkan tauhid. Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw berbeda dalam bentuknya dengan Islam yang dibawa nabi-nabi sebelumnya karena sebab yang penting, yakni bahwa Islam ini merupakan ajaran yang universal dan berisi aspek kemanusiaan yang abadi. Islam tidak terbatas atas orang-orang Arab tetapi ia berlaku atas semua golongan. Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw tidak terbatas untuk kabilah tertentu atau bangsa tertentu atau bumi tertentu atau lingkungan tertentu atau zaman tertentu, tetapi ia untuk semua manusia. Atau dengan kata lain, ia merupakan ajakan untuk membangkitkan akal manusia di mana saja mereka berada tanpa ada batasan tempat atau waktu.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Universalitas ajaran Islam tidak dikenal pada risalah-risalah Ilahi sebelumnya di mana setiap risalah itu diperuntukkan bagi bangsa tertentu dan zaman tertentu. Oleh karena itu, mukjizat-mukjizat yang mengagumkan yang bersifat temporal seringkali mendukung risalah-risalah yang dahulu. Ketika Islam datang sebagai bentuk ajakan untuk menghidupkan akal manusia secara bebas, maka di sana tidak ada alasan untuk membawa mukjizat yang mengagum-kan. Hanya ada satu kata yang dapat dijadikan pembuka untuk berdakwah dan membuka akal manusia, yaitu kata "iqra"' (bacalah). Dan hendaklah bacaan ini berdasarkan nama Allah SWT. Dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Coba Anda renungkan permulaan pertumbuhan dan puncak pencapaian. Di sini tersembunyi mukjizat yang hakiki jika Anda berusaha mencari mukjizat yang hakiki.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Mulia, yang memberikan nikmat penciptaan dan rezeki serta rahmat dan kelembutan. Dia Maha Mulia yang mengajarkan manusia apa saja yang tidak diketahuinya. Demikianlah esensi dari Islam, yaitu ajakan untuk membaca. Ia adalah dakwah yang menunjukkan kedudukan ilmu. Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah orang-orangyang berilmu (ulama)." (QS. Fathir: 28)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Takut kepada Allah SWT tidak akan muncul kecuali berdasarkan ilmu. Mustahil kebodohan dengan bentuk apa pun akan melahirkan rasa takut. Oleh karena itu, dalam pandangan Islam ilmu adalah hal yang pokok. Ia bukan kemewahan dan bukan hanya perhiasan. Kaum Muslim telah mengalami masa kemuliaan dan kejayaan dan mereka berhasil menguasai bumi ketika mereka memahami Islam secara benar, tetapi ketika pemahaman ini jauh dari mereka, maka mereka kembali dalam keadaan yang paling buruk, bahkan lebih buruk daripada masa jahiliah.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Jadi, ilmu dalam Islam merupakan tujuan yang mulia dan utama dalam penciptaan alam wujud. Kisah Nabi Adam dan Hawa, sebagaimana diceritakan oleh Al-Qur'an adalah bukan semata-mata kisah kesalahan memakan pohon tcrlarang, tetapi ia juga kisah yang memiliki dimensi-dimensi yang dalam dan aspek-aspek yang beraneka ragam. Ketika Anda menyclami kedalamannya, maka Anda akan dapat menemukan simbol-simbol dari makna-makna yang lebih penting.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Dialog internal yang dialami oleh para malaikat tentang rahasia pemilihan Nabi Adam untuk memakmurkan bumi dan menjadi khalifah di dalamnya serta pengajaran yang diperoleh Nabi Adam tentang nama-nama semuanya dan bagaimana beliau mengemukakan nama-nama tersebut kepada para malaikat, serta ketidaktahuan mereka tentang nama-nama itu, kemudian usaha Nabi Adam untuk memberitahu mereka tentang apa yang diketahuinya serta pengetahuan para malaikat tentang rahasia pemilihan Nabi Adam dan para keturunannya untuk memakmurkan bumi, semua ini menjadikan tujuan dari penciptaan manusia adalah pencapaian ilmu atau ma'rifah secara umum. Pandangan tersebut dikuatkan oleh firman Allah SWT:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Dan Ahu tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-(Ku)." (QS. adz-Dzariat: 56)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Lalu bagaimana kita memahaminya saat ini dan bagaimana generasi yang pertama dari kaum Muslim dan dari sahabat-sahabat Rasul saw dan para pengikutnya dan para tentaranya memahaminya? Saat ini kita memahaminya dengan pemahamam yang sederhana. Kita mengetahui bahwa kalimat "untuk menyembah-Ku " berarti ritualitas dalam beribadah dan aspek-aspek lahiriahnya, seperti mengucapkan kalimat syahadat, salat, puasa, haji, zakat dan lain-lain. Sehingga orang-orang yang salat diperbolehkan untuk menyembah Allah SWT di negeri mereka atau di rumah-rumah mereka, meskipun mereka hidup di bawah pemikiran orang-orang Barat dan membeli produk-produk yang dibuat mereka serta memanfaatkan ilmu dan kecanggihan tehnologi orang-orang Barat. Namun mereka sendiri tidak menghasilkan apa-apa. Mereka tidak dapat memberikan kontribusi kepada kehidupan; mereka tak ubah-nya seperti bulu yang dimainkan oleh ombak. Sedangkan pemahaman yang dahulu berkaitan dengan kalimat tersebut sebagai berikut:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-(Ku). " (QS. adz-Dzariat: 56)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Ibnu Abbas membacanya: "Illa liya'rifuun." (Agar mereka mengetahui). Perhatikanlah bagaimana pentingnya perbedaan antara praktek-praktek ibadah dengan bentuk-bentuknya dan kedalamannya yang jauh dalam ma'rifah yang menyebabkan rasa takut kepada Allah SWT. Orang Muslim yang pertama meyakini bahwa Allah SWT menciptakannya agar ia mengetahui Allah SWT atau agar ia mengenal Allah SWT. Sehingga ambisi orang Muslim yang pertama sangat mengagumkan. Mereka pergi untuk membebaskan dunia semuanya: satu tangan berpegangan dengan Al-Qur'an dan tangan yang lain memegang pedang untuk menghancurkan belenggu-belenggu yang menyeret manusia kepada kesesatan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian jatuhlah dari Islam hakikat ilmu, sehingga umat Islam tidak dapat memimpin kehidupan dan mereka justru men-dapatkan kehinaan. Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam." (QS. Ali 'Imran: 18)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Setelah kesaksian kepada Allah swt dan kesaksian kepada malaikat, maka disebutlah secara langsung kesaksian kepada orang-orang yang berilmu. Maka, adakah penghormatan terhadap ilmu yang lebih besar daripada penghormatan ini? Ilmu dalam Islam berbeda dengan ilmu dalam peradaban Barat. Memang benar bahwa Islam yang bertanggung jawab terhadap tumbuhnya pandangan ilmiah dan metode eksperimental di mana berdasarkan metode ini tegaklah peradaban Barat yang kemudian melahirkan berbagai produksi, pembuatan, dan penemuan. Dan metode eksperimental adalah metode al-Istiqra, yaitu suatu metode yang mengikuti bagian-bagian terkecil (parsial) melalui jalan eksperimen yang dapat tunduk terhadap eksperimen dan melalui jalan memperhatikan hal-hal yang tidak dapat tunduk terhadap suatu eksperimen, atau melalui jalan matematis murni yang membutuhkan kepada matematis murni di mana hal itu bertujuan untuk menyingkap hukum-hukum yang menguasai benda. Sistem ini bidangnya adalah alam dan alatnya adalah panca indera dan akal. Sistem ini dimanfaatkan oleh seorang Eropa yang bernama Roger Bikun. Ia mengakui bahwa ia sangat berhutang kepada kaum Muslim dan peradaban Islam.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Seorang guru yang bernama Bruicll dalam bukunya Abna' al-Insaniah menceritakan tentang dasar-dasar peradaban Barat di mana ia berkata: "Roger Bikun mempclajari bahasa Arab dan ilmu-ilmu Arab di sekolah Oxford kepada guru-gurunya yang berasal dari Arab di Andalus. Dan Roger Bikun dan Fenessis Bikun tidak dapat menisbatan keutamaan yang mereka peroleh dalam menciptakan sistem eksperimental kepada diri mereka sendiri. Roger Bikun hanya seorang duta dari duta-duta ilmu. Oleh karena itu, ia tidak malu ketika menyatakan bahwa mempelajari bahasa Arab dan ilmu-ilmu Arab adalah jalan satu-satunya untuk mengetahui kebenaran."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Demikianlah pernyataan pakar-pakar Barat yang jujur. Yang demikian ini bisa dijadikan sanggahan terhadap orang-orang Barat yang tidak jujur agar mereka mengetahui bahwa mereka sebenarnya mengambil senjata yang sebenarnya berasal dari Islam. Dan jika dikatakan bahwa rahasia kebangkitan Barat saat ini dan keunggulannya atas Timur kembali kepada pengambilannya terhadap sebab-sebab metode eksperimental, yaitu metode Islam, maka rahasia kehancuran Barat dan kebingungannya serta kegelisahannya adalah karena mereka tidak menghubungkan metode tersebut dengan kebesaran Allah SWT sebagaimana semestinya. Metode eksperimen-tal—sebagaimana diambil orang-orang Barat—dimulai dari alam dan berakhir kepadanya sebagai sesuatu tujuan. Jadi, ruang lingkup pembahasan mereka adalah berkisar kepada materi, dan alat-alat pembahasan adalah eksperimen dan pengamatan serta istiqra.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Tiada setelah alam kecuali kematian dan kematian adalah rahasia yang misterius dan melawannya adalah hal yang mustahil. Kita tidak mengetahui apa yang terjadi setelah kematian; kita tidak mengetahui sesuatu pun tentang ruh. Tidak ada hubungan antara ilmu dan akhlak; tidak ada jawaban dari ilmu tentang tujuan kehidupan ini. Kita hanya mempelajari aspek-aspek lahiriah dan mencapai hukum-hukumnya saja. Demikianlah pandangan Barat tentang ilmu di mana ia hanya sekadar alat dan sarana untuk mengatur alam dan berusaha menguasainya. Sedangkan metode ilmiah dalam Islam menyatakan bahwa gerakan atom dengan gerakan sistem tata surya di bawah kendali Zat Yang Maha Tahu dan Zat Yang Maha Pencipta. Ilmu dalam Islam justru membimbing manusia untuk menuju Allah SWT:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Dan bahwasannya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesua-tu). " (QS. an-Najm: 42)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Ilmu justru mengantarkan manusia untuk mencapai rasa takut kepada Allah SWT sebagaimana membimbingnya beribadah kepadanya dan mencintai-Nya:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah orang-orang yang berilmu (ulama)." (QS. Fathir: 28)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Islam datang dan mengajak manusia untuk membaca, mengetahui, dan takut kepada Allah SWT serta hanya beribadah kepadanya. Jika ilmu merupakan sayap pertama di dalam Islam, maka sayap yang kedua adalah kebebasan. Rasulullah saw memberitahu dan menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT dan tidak ada sembahan selain Allah SWT.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Seruan ini mengisyaratkan keruntuhan tuhan-tuhan yang mengusai bumi semuanya, baik tuhan yang berupa kepentingan-kepentingan pribadi, kekayaan, raja, penguasa, pemikiran-pemikiran yang mengusai manusia, warisan para kakek dan nenek, berhala-berhala yang terbuat dari batu dan kayu, maupun berbagai macam tuhan lain yang bohong. Adalah salah jika seseorang membayangkan bahwa kalimat "tiada Tuhan selain Allah" hanya sekadar hiasan mulut seorang Muslim di mana segala sesuatu yang ada di sekitarnya penuh dengan kebohongan dan tidak membenarkan apa yang dikatakannya. Kalimat tersebut dalam Islam merupakan per-gulatan besar bersama kegelapan yang ada pada diri manusia, suatu pergulatan yang berakhir pada penyerahan diri; pergulatan yang akan berpindah pada kehidupan yang lebih berat, sehingga kehi-dupan akan berserah diri. Dan mustahil pergulatan itu akan terjadi kecuali jika terpenuhi suatu kebebasan: kebebasan akal untuk meragukan dan menolak dan kebebasan yang berakhir kepada pencapaian batas-batasnya dan kemampuannya serta kebebasan yang meninggi untuk mencapai keimanan yang dalam dan kokoh. Itu adalah tanggung jawab yang berarti bahwa ia harus memikul senjata untuk membebaskan orang lain sebagaimana ia membebaskan dirinya sendiri. Demikianlah esensi dari Islam, yaitu ilmu yang berdiri di atas kebebasan dan tanggung jawab yang tumbuh dari kebebasan, dan buah terAkhirnya adalah tauhid dalam kedalamannya yangjauh.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Jika tauhid dipahami secara benar, maka manusia akan terbebas dari penyembahan selain Allah SWT: manusia akan bebas terhadap rasa takut dari kematian, kekhawatiran atas rezeki, manusia akan terbebas dari sikap bakhil dan ketakutan terhadap hari-hari yang akan datang.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Muhammad bin Abdillah datang nntuk menyerukan bahwa hanya Allah SWT yang patut disembah dan bahwa semua manusia adalah hamba-hamba-Nya. Dcngan membebaskan manusia dari menyembah sesama mereka, maka kebcbasan yang hakiki telah dimulai. Rasulullah saw memberitahu bahwa kematian adalah perpindahan dari satu rumah ke rumah yang lain. Ia bukan akhiran yang misteri dari kehidupan yang tidak dapat dipahami, tetapi ia hanya sekadar perpindahan. Takut kepada kematian tidak akan menyelamatkan dari kematian itu sendiri, dan cinta kepada kehidupan tidak akan memanjangkan ajal. Pada setiap ajal ada ketentuannya. Maka keberanian merupakan unsur dari unsur-unsur pembentukan kepribadian Islam dan bagian dari bagian-bagian sel yang ada dalam tubuh seorang Muslim.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Rasulullah saw juga menyatakan bahwa rezeki di dunia sudah dijamin dan ditentukan oleh Allah SWT:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya. " (QS. Hud: 6)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Jibril mewahyukan kepada Rasul saw bahwa suatu jiwa tidak akan memenuhi ajalnya sehingga rezekinya disempurnakan. Jika demikian halnya, maka tidak ada alasan bagi manusia untuk khawatir terhadap rasa lapar dan gelisah terhadap hari esok. Semua ini terjadi dalam ruang lingkup mengambil atau melalui jalanjalan menuju sebab. Yakni berusaha untuk mencapai rezeki yang merupakan kewajiban bagi orang Muslim dan percaya terhadap kedermawan Allah SWT yang juga merupakan suatu kewajiban bagi orang Muslim untuk mempercayainya. Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu. " (QS. adz-Dzariat: 22)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Allah SWT telah menjamin rezeki di dunia dan memerintahkan manusia untuk berusaha mencapai rezeki di akhirat. Rezeki di dunia adalah sesuatu yang sudah dijamin, sehingga manusia tidak perlu melakukan usaha yang terlalu sengit untuk mencapainya. Cukup baginya untuk berusaha secara benar dan seimbang. Sedangkan berkenaan dengan rezeki akhirat, Allah SWT memerin-tahkan manusia untuk berusaha mencapainya karena ia adalah rezeki yang Allah SWT tidak menjaminnya kecuali jika manusia berhasil melampaui dua jihad: jihad yang besar dan jihad yang kecil. Jihad besar adalah jihad melawan hawa nafsu dan jihad kecil adalah jihad melawan musuh di medan perang.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Dengan terbebasnya seorang Muslim dari kerisauan pada kematian, rezeki, dan rasa takut, maka Islam memberi seorang Muslim senjatanya dan alat-alatnya dan ia memerintahkannya untuk mulai memerangi kekuatan-kekuatan kelaliman di muka bumi. Allah SWT berfirman tentang umat Islam:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah." (QS. Ali 'Imran: 110)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Perhatikanlah, bagaimana Allah SWT menyebutkan amal makruf nahi mungkar sebelum keimanan kepada Allah SWT. Ini dimaksudkan agar akal manusia tergugah akan pentingnyajihad di jalan Allah SWT. Amal makruf dan nahi mungkar tidak terwujud semata-mata dengan memegang tongkat dan mencambukannya kepada punggung orang-orang Islam yang tidak salat; ia juga tidak berupa usaha untuk menahan orang-orang Muslim yang tidak berpuasa. Masalah itu lebih penting dan lebih besar dari sekadar memperhatikan hal-hal yang bersifat lahiriah, sedangkan hal-hal yang bersifat batiniah tidak diperhatikan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Ayat tersebut berarti, hendaklah seorang Muslim membawa senjata dan berdakwah di jalan Allah SWT serta memerangi orang-orang lalim di muka bumi. Abu Bakar berkata: "Wahai manusia, kalian membaca ayat berikut ini:"</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu. Tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk," (QS. al-Maidah: 105)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Dan aku mendengar Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya ketika masyarakat melihat orang yang lalim dan mereka tidak menghentikannya, maka Allah SWT akan menimpakan azab kepada mereka semua."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Penafsiran Abu Bakar terhadap ayat tersebut sangat jelas artinya. Yakni bahwa pelaksanaan ayat tersebut dapat diwujudkan dengan adanyajihad di jalan Allah SWT dengan mengangkat senjata sebagai usaha untuk menghentikan orang-orang yang lalim. Setelah itu, seorang Muslim dapat mengatakan: "Aku telah melaksanakan tugasku dan tidak akan berdampak kepadaku orang yang sesat setelah aku memberikan petunjuk."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Demikianlah pemahaman orang-orang Islam yang pertama. Maka bandingkanlah pemahaman tersebut dengan pemahaman kita saat ini di mana kita telah kchilangan keberanian, dan rasa takut telah menghinggapi tubuh orang-orang Islam. Kaum Muslim lebih mengutamakan keselamatan diri mcrcka daripada memerangi orang-orang yang lalim.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Muhammad bin Abdillah datang dengan membawa risalah Islam yang di dalamnya terdapat perintah Ilahi untuk rnemerangi orang-orang yang lalim dan mempertahankan kehormatan orang-orang yang tertindas di muka bumi. Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Karena itu, hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan, maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar. Mengapa kamu tidak mau berperang dijalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: 'Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini yang lalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi-Mu, dan berilah kami penolong dari sisi-Mu. " (QS. an-Nisa': 74-75)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Muhammad bin Abdillah membacakan kepada kaumnya tentang penafsiran Allah SWT berkenaaan dengan makna kejayaan yang besar:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah?, maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar." (QS. at-Taubah: 111)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Bacalah ayat tersebut dua kali dan renungkanlah tentang kedermawan Allah SWT. Betapa tidak, Dia membeli jiwa orang-orang mukmin dan harta mereka, padahal jiwa tersebut dan harta tersebut pada hakikatnya adalah milik-Nya sendiri. Lihatlah bagaimana kemuliaan Allah SWT di mana Dia membeli harta milik-Nya yang khusus dengan surga dan bagaimana Allah SWT menganjurkan orang-orang Islam untuk berperang, dan Dia memberitahu mereka bahwa urusan memerangi orang-orang lalim dan orang-orang yang tersesat bukanlah hal yang baru atas orang-orang Islam. Allah SWT telah memerintahkan hal tersebut dalam Injil dan Taurat. Sebagaimana Nabi Isa diutus dengan pedang, seperti yang disebutkan dalam lembaran-lembaran atau buku-buku orang-orang Nasrani, maka Nabi Musa pun diutus dengan membawa pedang. Dan ketika Bani Israil berkata kepada Nabi Musa, "pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah, dan kami hanya di sini duduk-duduk saja,", maka kehendak Ilahi menetapkan agar mereka mendapatkan kesesatan selama empat puluh tahun sebagai akibat dari perbuatan mereka itu, agar generasi yang lemah dan hina itu hancur yang mereka justru tidak memenuhi panggilan Allah SWT dan mereka membiarkan Nabi Musa bersama Tuhannya berperang, padahal peperangan itu merupakan tanggung jawab mereka dan tugas mereka yang harus mereka emban sebagai pengikut Nabi Musa.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Demikianlah esensi dari ajaran Islam sebagaimana yang dibawa oleh Muhammad bin Abdillah. Yakni ajakan untuk membaca dan menggali ilmu serta mendapatkan kebebasan dan yang terpenting adalah usaha melawan kekuatan-kekuatan lalim. Suatu ajakan yang universal yang tidak dikhususkan untuk kalangan tertentu atau untuk waraa kulit tertentu atau untuk kaum tertentu atau untuk tempat tertentu; suatu ajakan kemanusiaan yang komprehensif yang universal yang ingin mengikat ilmu dan kebebasan dan jihad dengan tujuan yang lebih tinggi, yaitu mencapai tauhid kepada Allah SWT dan menyucikan-Nya serta keimanan terhadap hari kemudian dan kebangkitan manusia semuanya di hadapan Allah SWT.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Adalah salah jika ada orang yang menganggap bahwa Islam hanya memperhatikan aspek akhirat dan melupakan aspek duniawi. Menurut Islam dunia adalah lembar-lembar jawaban yang akan dikoreksi di hari akhir. Ia adalah ujian dan tempat percobaan bagi manusia agar manusia mengetahui apakah ia layak untuk menda-patkan kemuliaan dari Allah SWT yang telah diberikan kepada Adam. Atau apakah iajustru layak untuk jadi bagian dari tanah neraka Jahim dan batunya, sebagaimana firman Allah SWT:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Yang bahan bakarnya manusia dan batu. " (QS. al-Baqarah: 24)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Rasulullah saw telah menjelaskan hikmah dari penciptaan manusia, penciptaan kehidupan dan kematian ketika beliau menyampaikan firman Allah SWT dalam surah al-Mulk:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amabiya. " (QS. al-Mulk: 2)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Dunia adalah rumah pergulatan. Dan Allah SWT telah menciptakan kehidupan dan kematian agar manusia menyadari siapa di antara mereka yang terbai amalnya. Tentu pengetahuan ini tidak akan menambah kekuasaan Allah SWT. Pengetahuan itu justru dibutuhkan oleh manusia. Allah SWT menciptakan manusia agar menusia mengetahui, danpengetahuan yang paling penting adalah pengetahuan atau pengenalan terhadap diri. Dan pada hari kiamat manusia akan mengenal dirinya secara sempurna dan ia akan mengenal balasan yang akan diterimanya secara sempurna. </div><div align="justify"> </div><div align="justify">Dan barangkali mukadimah yang kami sarikan dari hari akhir ini mengharuskan kehidupan di atas bumi dipenuhi dengan kesucian dan kebersihan, yaitu diliputi dengan kemanusiaan yang sempurna yang di dalamnya manusia layak untuk hidup. Demikianlah Islam yang dibawa oleh Muhammad saw. Inilah asasnya dan hakikatnya. Itu adalah pondasi dan hakikat yang tidak diciptakan oleh Muhammad saw dan tak didahului oleh rasul-rasul sebelumnya. Hakikat risalah-risalah yang dulu semuanya adalah tauhid dan mempertahankan kebenaran serta keimanan terhadap hari akhir dan menyerahkan jiwa dan anggota tubuh hanya kepada Allah SWT. Yang baru dalam Islam adalah ilmu, kebebasan dan universalitas ajaran Islam serta warna keadilan yang sangat kental, sehingga sangat tepat jika dikatakan bahwa karakter dari Islam adalah keadilan. Barangkali bagian ini perlu diperhatikan. </div><div align="justify"> </div><div align="justify">Meskipun agama-agama samawi pada esensinya satu, tetapi kehendak Allah menuntut turunnya lebih dari agama dan lebih dari satu nabi. Kehendak tersebut menuntut agar pada setiap agama terdapat karakter yang khusus yang menggambarkan bentuk yang paling tepat sesuai dengan kebutuhan utama yang di situ agama itu diturunkan dan sesuai dengan waktu saat itu. Orang-orang Yahudi misalnya, mereka hidup di tengah-tengah suasana penyembahan berhala dikalangan orang-orang Mesir kuno. Yahudisme diturunkan pada Bani Israil yang suka membangkang dan karena itu, karakter utamanya adalah ketegasan (as-Sharamah) agar mereka tidak terpengaruh dengan fenomena berhalaisme ala Mesir atau mereka terkena pengaruh dari tindakan semena-mena Fir'aun. Dengan ketegasan inilah agama Yahudi selamat dan dapat menjadi risalah penyelamatan dan pembebasan. </div><div align="justify"> </div><div align="justify">Namun Bani Israil yang memperbudak manusia dan mempunyai hati yang keras pada saat yang sama mereka keluar dari Fir'aun untuk masuk ke cengkraman orang-orang Romawi di mana orang-orang Romawi justru lebih lalim dan lebih kuat dari orang-orang Mesir. Oleh karena itu, orang-orang Masehi bertanggung jawab untuk melakukan pembebasan baru tetapi dengan cara yang berbeda sesuai dengan perubahan keadaan. Cara tersebut adalah menjauhkan penggunaan kekuatan bersenjata karena kekuatan orang-orang Romawi mengungguli kekuatan saat itu dan menguasai bumi secara keseluruhan. Maka kemenangan yang mungkin dapat diperoleh adalah dengan cara menghindari tindak kekerasan dan lebih mengutamakan pendekatan cinta. Dan pada kali yang lain orang-orang Masehi memperoleh kemenangan melalui cara kedamaian dan cinta yang disebarkannya atas imperialisme Romawi dengan segala senjatanya dan kekuasaannya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Adapun Islam datang sebagai agama yang terakhir dan menyeluruh yang layak untuk diterapkan di muka bumi, sehingga Allah SWT mewariskan bumi dan apa saja yang ada di dalamnya kepada orang-orang yang berhak mewarisinya. Oleh karena itu, agama yang terakhir ini harus mempunyai karakter khusus dan karakter itu adalah karakter keadilan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Ketegasan hanya cocok untuk zaman tertentu dan kelompok tertentu dan keadaan tertentu, sedangkan cinta adalah contoh yang tertinggi, tetapi ia tidak dapat menjadi sesuatu tolok ukur untuk dibandingkan dengan tindakan-tindakan tertentu atau untuk dijadikan alat untuk melakukan sesuatu. Dan jika ia menjadi tolok ukur bagi orang-orang yang memilki perasaan yang tinggi atau budaya yang tinggi, maka ia tidak dijadikan tolok ukur umum dan universal. Adapun keadilan, maka ia menjadi karakter Islam yang berarti keseimbangan dalam sifat-sifat keutamaan dan meletakkan segala sesuatu pada tempatnya. Ini adalah tolok ukur yang menyeluruh dan barometer yang akhir. Dan barangkali kebesaran keadilan dan pengaruhnya dalam pengaturan alam bersandarkan kepada firman Allah SWT:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan Dia. Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu)." (QS. Ali 'Imran: 18)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Apabila Allah SWT dalam Islam merupakan cermin yang tertinggi, maka keadilan yang disaksikan oleh Allah SWT terhadap diri-Nya sendiri harus menjadi karakter Islam dan kaum Muslim. Keadilan dalam Islam bukan hanya keadilan ekonomi atau keadilan hukum atau keadilan dalam balasan, tctapi ia mencakup semuanya. Sebelum semua ini dan sesudahnya, kcadilan dalam Islam merupakan suatu sistem dalam kehidupan dan metode utama dalam Islam.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Ketika Anda memalingkan pandangan Anda dalam Islam, maka Anda akan menemukan keadilan menghiasi seluruh wajah Islam. Di sana terdapat keadilan antara agama-agama yang dulu, keadilan antara individu dan masyarakat, keadilan antara dunia dan agama, keadilan antara pria dan wanita, keadilan untuk orang-orang yang fakir dan orang-orang yang kaya, keadilan antara para penguasa dan rakyat, bahkan dengan keadilan itu sendiri bumi dan langit ditegakkan dan Allah SWT menyebut diri-Nya sebagai al-'Adl (Yang MahaAdil).</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Selanjutnya, Islam adalah agama yang sudah lama sebagaimana lamanya kedatangan para nabi. Nabi Nuh as berkata dalam surah Yunus:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikit pun darimu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepadanya)." (QS. Yunus: 72)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail as berkata dalam surah al-Baqarah saat keduanya membangun Ka'bah:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan Kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduh patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji hami, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang. " (QS. al-Baqarah: 127-128)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Nabi Ibrahim tidak lupa untuk berwasiat kepada keturunannya dan di antara mereka adalah Yakub agar mereka mati dalam keadaan Islam. Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anaknya, Demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): 'Hai anak-anakku, Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah hamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.'" (QS. al-Baqarah: 132)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Ketika kematian mendekati Yakub, beliau mengumpulkan anak-anaknya di sekelilingnya dan bertanya kepada mereka:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Apa yang kamu sembah sepeninggalku? Mereka menjawab: 'Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenak moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan hhaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepadanya.'" (QS. al-Baqarah: 133)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Allah SWT memberitahu kita dalam surah Yunus tentang perkataan Nabi Musa kepada kaumnya:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri." (QS. Yunus: 84)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sementara itu, Nabi Sulaiman adalah seorang Muslim sesuai dengan nas ayat-ayat yang menceritakan tentang kisahnya bersama Ratu Saba' ketika Ratu tersebut berkata:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat lalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam." (QS. an-Naml: 44)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Demikian juga Nabi Yusuf, beliau berdoa kepada Allah SWT dan meminta kepadanya agar mematikannya sebagai orang Muslim dan memasukannya dalam kelompok orang-orang yang saleh. Allah SWT berfirman dan bercerita tentang Yusuf dalam surah Yusuf:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagaian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian ta'bir mimpi. (Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi, Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh." (QS.Yusuf: 101)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sementara itu dalam surah al-Maidah, Allah SWT mewahyukan kepada kaum Hawariyin agar mereka beriman kepadanya dan kepada rasul-Nya lalu mereka berkata:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu)." (QS. al-Maidah: 111)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Jadi, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Yakub, Nabi Musa Harun, Nabi Sulaiman, Nabi Yusuf, Nabi Isa adalah nabi-nabi yang Muslim sesuai dengan nas ayat-ayat tersebut. Maka seluruh nabi adalah orang-orang Muslim, lalu bagaimana Nabi Muhammad saw sebagai Nabi yang terakhir dikatakan sebagai orang Muslim yang pertama?</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Allah SWT berfirman dalam surah al-An'am yang ditujukan kepada Nabi yang terakhir:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Katakanlah: 'Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).'" (QS. al-An'am: 162-163)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Maka, bagaimana beliau menjadi orang Muslim yang pertama, padahal penamaan umat beliau dengan sebutan al-Muslimin adalah penamaan yang sebenarnya sudah dahulu dikenal di kalangan nabi-nabi yang terdahulu dan kedatangannya ke alam wujud dan penamaan agamanya dengan sebutan al-Islam sebenarnya berhutang kepada kakeknya yang jauh, yaitu Nabi Ibrahim. Allah SWT berfirman dalam surah al-Hajj:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu. " (QS. al-Hajj: 78)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Tidak ada pertentangan dalam pendahuluan para nabi dengan sebutan al-Muslimin daripada Rasulullah saw dan kedudukan beliau sebagai orang Muslim yang pertama. Tentu kata al-Awwal (yang pertama) di sini tidak dipahami dari sisi waktu atau masa kemunculan, tetapi yang dimaksud dengan orang Muslim di sini adalah akmalul muslimin (orang yang paling sempurna di antara orang-orang Muslim). Suatu kali Aisyah pernah ditanya tentang akhlaknya Rasulullah saw lalu dia menjawab dengan kalimatnya yang singkat: "Akhlak beliau adalah Al-Qur'an."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kita mengetahui bahwa Al-Qur'an al-Karim menetapkan akhlak yang mulia meskipun dalam batasannya yang sederhana dan rendah, dan menyebutkan keutamaan akhlak dalam tingkatannya yang tinggi. Oleh karena itu, akhlak seperti apa yang dimiliki oleh Rasulullah saw: apakah beliau memiliki akhlak yang sifatnya tengah-tengah, atau apakah beliau mendahului dalam kebaikan, atau apakah beliau termasuk ashabul yamin (orang-orang yang berasal di sebelah kanan), atau apakah beliau termasuk al-Muqarrabin (orang-orang yang dekat dengan Allah SWT)?</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Rasulullah saw tidak hanya memiliki semua karakter tersebut dan atribut tersebut, bahkan kedudukan beliau lebih dari itu semua. Beliau berada di puncak dari segala puncak keutamaan akhlak, sehingga beliau berhak untuk mendapatkan sebutan dari Allah SWT:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Dan sungguh pada dirimu terdapat budi pekerti yang agung. " (QS. al-Qalam: 4)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Para Mufasir berbeda pendapat tentang makna dari al-Huluqul 'adzim (budi pekerti yang agung). Sebagian mereka mengatakan bahwa yang dimaksud adalah Al-Qur'an. Sebagian yang lain mengatakan itu adalah Islam. Ada juga yang mengatakan bahwa beliau tidak memiliki sesuatu kecuali keinginan untuk menuju jalan Allah SWT.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Dalam Al-Qur'an al-Karim terdapat penjelasan tentang derajat beliau yang tinggi dalam dua ayat yang mulia. Ayat yang pertama adalah firman-Nya:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Katakanlah: 'Sesungguhnya Shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).'" (QS. al-An'am: 162-163)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Beliau adalah orang yang paling utama di antara manusia semuanya; beliau memiliki keutamaan yang melebihi semua manusia; beliau memiliki rahmat dan kemuliaan yang tidak dapat ditandingi oleh seseorang pun. Meskipun beliau datang sebagai Nabi yang terakhir namun justru karena posisi beliau sebagai Nabi yang terakhir, maka beliau menjadi bata yang terakhir dalam pembangunan rumah kenabian yang tinggi, sehingga bata yang terakhir itu harus menjadi puncak pembangunan manusia. Sedangkan ayat yang kedua adalah firman-Nya:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Dan Kami tidak mengutusmu kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta." (QS. al-Anbiya': 107)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Beliau bukan hanya menjadi rahmat bagi orang-orang Arab saja; beliau bukan hanya menjadi rahmat bagi orang-orang Quraisy dan beliau bukan menjadi rahmat bagi zamannya saja, begitu juga beliau tidak menjadi rahmat bagi jazirah Arab saja, tetapi beliau menjadi rahmat bagi alam semesta; beliau senantiasa menjadi rahmat bagi alam semesta: dimulai dari diturunkannya wahyu kepadanya dengan kalimat iqra hingga Allah SWT mewariskan bumi dan apa saja yang ada di dalamnya kepada orang-orang yang berhak mewarisinya sampai hari kiamat. Alhasil, beliau adalah rahmat yang dihadiahkan kepada manusia; beliau adalah rahmat yang tidak menonjolkan mukjizat yang mengagumkan, tetapi beliau adalah rahmat yang memulai dakwah dengan mengutamakan fungsi akal atau pembacaan dua kitab: pertama, pembacaan kitab alam atau Al-Qur'an yang diciptakan atau kalimat-kalimat Allah SWT yang terdiri dari jutaan bentuk dan kedua pembacaan Al-Qur'an yang diturunkan melalui malaikat Jibril di mana ia merupakan kalamullah yang abadi. Dan kitab alam dibaca dengan ribuan cara: dibaca melalui penelusuran dunia:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Katakanlah: 'Berjalanlah kamu di mnka bumi dan amat-amatilah.'" (QS. an-Naml: 69)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Atau dibaca melalui usaha menyingkap misteri dan penggunaan akal:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. " (QS. Fushilat: 53)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Atau dibaca melalui ilmu dan pengamatan:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang telah menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut 1 Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui." (QS. an-Naml: 61)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Jika di sana terdapat ribuan jalan atau cara untuk membaca kalimat-kalimat Allah SWT dan kitab alam, maka di sana terdapat satu jalan untuk membaca kalamullah yang abadi, yaitu hendaklah Al-Qur'an dibaca dengan mata hati dan kecermelangan basirah, sehingga Al-Qur'an menjadi bagian akhlak dari yang membaca sesuai dengan kemampuannya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sebelum turunnya Al-Qur'an, dunia diliputi dengan kekurangan, baik secara materi, ruhani, undang-undang maupun dari dimensi kehidupan yang biasa melekat pada manusia saat itu. Dan sebelum diutusnya Rasul saw yang beliau adalah manusia yang sempurna dan paling utama, alam belum mencapai puncak dari penyerahan diri kepada Allah SWT atau puncak dari keutamaan akhlak. Ketika Rasulullah saw diutus, maka manusia mengalami kesempurnaan dan mampu mencapai tingkat kesempurnaannya. Dengan Kitab yang mulia ini dan Nabi yang pengasih, Allah SWT yang menyempurnakan agama bagi manusia dan menyempurnakan nikmat-Nya atas mereka, sebagaimana firman-Nya:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itujadi agama bagimu. " (QS. al-Maidah: 3)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Namun semua itu tidak terwujud begitu saja, Nabi yang mulia harus berjuang secara serius dan sungguh-sungguh, sehingga beliau menjadi manusia yang paling layak untuk mendapatkan pujian pendduduk bumi dan penduduk langit. Dan Rasulullah saw telah melakukan semua itu. Kita tidak mengenal seorang nabi yang perasaannya dihina dan dicaci maki lebih dari apa diterima oleh Muhammad bin Abdillah; kita tidak mengenal seorang nabi yang memikul berbagai penderitaan, dan memiliki kesabaran yang mengagumkan di jalan Allah SWT sebagaimana yang ditunjukkan oleh Nabi kita.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian, seorang yang diutus oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi alam semesta tidak akan mengajak manusia menuju kebenaran kecuali jika manusia tersebut dari kalangan orang-orang yang kafir dan membangkang. Beliau berdakwah bagi orang yang berhak mendapatkan dakwah; beliau siap memikul tanggung jawab dakwah dengan berbagai tantangan dan cobaannya; beliau menunjukkan kesabaran yang luar biasa. Setelah itu, beliau datang kepada Allah SWT dengan hati yang puas dan air mata yang bercucuran dan dengan suara berbisik berkata: "Ya Allah, jika tidak ada kemurkaan pada diri-Mu, maka aku tidak akan peduli dengan manusia." Segala sesuatu akan menjadi mudah jika di sana terdapat ridha Allah SWT.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Setelah turunnya wahyu kepada Rasul saw, beliau memulai tahapan dakwah dan mengajak manusia untuk menyembah Allah SWT. Dimulailah dakwah secara rahasia yang berlangsung selama tiga tahun dalam persembunyian.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Mula-mula Ummul Mu'minin, Khadijah binti Khuwailid beriman kepadanya, lalu beriman juga sahabatnya, Abu Bakar sebagaimana beriman kepadanya anak pamannya, Ali bin Abi Thalib yang saat itu masih kecil dan hidup di bawah asuhan Muhammad, dan juga beriman kepadanya Zaid bin Tsabit, seorang pembantunya. Kemudian Abu Bakar juga ikut berdakwah, sehingga ia memasukkan dalam dakwah teman-temannya, seperti Usman bin Affan, Thalha bin Ubaidilah, dan Sa'ad bin Abi Waqas. Juga beriman seorang Masehi, yaitu Waraqah bin Nofel dan Rasulullah saw melihatnya setelah kematiannya tanda kesenangan yang itu menunjukkan ketinggian derajatnya di sisi Allah SWT. Setelah itu, Abu Dzar al-Ghifari juga masuk Islam, lalu disusul oleh Zubair bin Awam dan Umar bin 'Anbasah serta Sa'id bin 'Ash. Jadi, Islam mulai mengepakkan sayapnya secara rahasia di Mekah.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian berita tersebarnya akidah yang baru ini sampai kepada pembesar-pembesar Quraisy, tetapi mereka tidak begitu peduli. Barangkali mereka membayangkan bahwa Muhammad telah menjadi—karena uzlah yang dilakukannya di gua Hira—salah seorang juru bicara tentang ketuhanan sebagaimana pernah dilakukan oleh Umayah bin Shalt dan Qas bin Sa'adah.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Demikianlah dakwah secara rahasia berhasil mengembangkan misinya dan dapat melindungi akidah yang baru. Dan selama perjalanan tiga tahun yang dibutuhkan tahapan dakwah secara rahasia keimanan telah tertanam dalam hati kaum Muslim yang pertama. Rasulullah saw telah mendidik mereka dan telah menanamkan kepada diri mereka sifat-sifat kemuliaan dan telah menciptakan mereka sebagai benih pertama dari pasukan Islam. Pada suatu hari Jibril turun dengan membawa firman Allah SWT:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat." (QS. asy-Syu'ara': 214)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Demikianlah, datanglah perintah Ilahi agar Rasulullah saw berdakwah secara terang-terangan. Lalu berkumpullah di sekeliling Nabi sekelompok tentara yang besar dan datanglah perintah Ilahi agar beliau menyampaikan dakwah secara terang-terangan dan mengingatkan keluarga dekatnya. Ketika Nabi melakukan hal tersebut, maka dakwah memasuki tahapan yang kedua. Dan tahapan dakwah yang baru ini berakibat pada timbulnya penekanan terhadap para dai di mana mereka mengalami penindasan, bahkan mereka didustakan oleh masyarakat serta diboikot.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Orang-orang Quraisy mengetahui bahwa Muhammad berbahaya bagi mereka. Beliau bukan hanya berbicara tentang ketuhanan, tetapi beliau mengajak rnanusia untuk mengikuti agama baru, yaitu agama yang mencoba untuk menyingkirkan berhala-berhala dan patung-patung mereka serta tuhan-tuhan mereka yang mereka yakini; agama yang mencoba menyingkirkan kedudukan sosial mereka dan kepentingan-kepentingan ekonomi mereka; agama yang menyatakan bahwa tiada tuhan lain selain Allah SWT, dan tiada hukum lain selain hukum-Nya, serta tiada penguasa lain selain Dia. Kedatangan agama tersebut menyebabkan penduduk kota Mekah membencinya dan orang-orang yang memegang kekuasaan di dalamnya merasa gelisah.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Setelah pengumuman dakwah secara terang-terangan, dimulailah dan ditabuhlah gendrang peperangan. Kemudian peperangan yang dahsyat terjadi antara para pembesar Quraisy dan para pengikut Rasulullah saw. Orang yang pertama kali menyerang Islam adalah seorang tokoh Mekah yang bernama Abu Lahab.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah saw menaiki bukit Shafa dan beliau mulai memanggil-manggil tokoh Quraisy dan para kabilah Mekah. Dan ketika semua berkumpul, beliau bertanya kepada mereka: "Apakah kalian percaya jika aku memberitahu kalian bahwa seekor kuda akan datang menyerang kalian?" Mereka menjawab: "Tentu, kami belum pernah melihatmu berbohong." Beliau berkata: "Aku seorang yang diutus sebagai pemberi peringatan terhadap kalian. Di hadapanku terdapat siksaan yang berat jika kalian menentang." Abu Lahab berkata: "Sungguh celaka engkau, apakah karena ini engkau mengumpulkan kami."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Dengan penghinaan inilah, peperangan terhadap Islam dimulai. Ketika kaum Muslim tidak mampu mempertahankan diri mereka, maka mula-mula Allah SWT membantu mereka dan menolong mereka dengan menurunkan surah yang pendek yang mengecam tindakan Abu Lahab:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah bermanfaat kepadanya harta bendanya dan apa yang dia usahahan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) isterinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut. " (QS. Allahab: 1-5)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Dengan ayat-ayat yang pendek dan tepat tersebut, Abu Lahab memasuki kancah sejarah dari pintunya yang paling pendek. Gambaran tentang kejahatan Abu Lahab tertulis selama-lamanya. Abu Lahab adalah seorang yang menentang dakwah kebenaran karena ia mengkhawatirkan kedudukannya dan kekayaannya, padahal harta yang dipertahankannya dan dijaganya tidak memiliki arti sama sekali di sisi Allah SWT karena ia sekarang berada dan dijebloskan di tengah-tengah neraka yang menyala-nyala, sedangkan isterinya membawa kayu bakar, sehingga menambah nyala api itu sendiri. Dan di lehernya terdapat suatu belenggu sebagai simbol keterikatannya dengan dunia binatang yang tidak berakal. Sebagian besar orang-orang yang menentang dakwah adalah orang-orang yang berhubungan dengan dunia binatang yang tidak sadar.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu). " (QS. al-Furqan: 44)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Seandainya hari ini kita merenungkan reaksi orang-orang kafir dan orang-orang musyrik, maka kita akan terheran-heran.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: 'Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta. Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan'." (QS. Shad: 4-5)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Coba perhatikan bagaimana kebodohan kaum itu di mana mereka menganggap bahwa pada hakikatnya terdapat multi tuhan dan mereka jutru merasa heran ketika terdapat hanya satu tuhan atau tuhan yang esa. Mereka justru merasa heran ketika berhadapan dengan masalah yang fitri dan jelas ini.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Dan apabila mereka melihat kamu (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan kamu sebagai ejekan (dengan mengatakan): 'Inikah orangnya yang diutus Allah sebagai rasul? Sesungguhnya hampirlah ia menyesatkan kita dari sembahan-sembahan kita, seandainya kita tidak sabar (menyembah)nya. " (QS. al-Furqan: 41-42)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Perhatikanlah betapa nekatnya kaum itu di mana mereka mulai menghina dan mengejek Rasulullah saw, padahal beliau telah datang di tengah-tengah mereka untuk menyelamatkan mereka dari api neraka, dan coba perhatikan bagaimana pandangan mereka terhadap tuhan-tuhan mereka. Mereka membayangkan bahwa mereka nyaris tersesat jika mereka tidak bersabar dalam membela tuhan-tuhan tersebut. Demikianlah kesesatan mengejek kebenaran dan kebodohan menghina ilmu. Mereka justru merasa heran terhadap kepandaiannya yang dapat menyelamatkannya dari meninggalkan tuhan-tuhannya yang terbuat dari batu dan kayu, bahkan terkadang mereka membuat tuhan dari adonan roti di mana mereka menyembahnya kemudian memakannya. Mereka mengatakan bahwa tuhan-tuhan kami menyelamatkan kami dari rasa lapar atau mereka mengatakan bahwa kami menyembah mereka agar mereka dapat mendekatkan kami pada Allah sedekat-dekatnya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Meskipun demikian, dakwah Nabi terus berlanjut dan tertanam di muka bumi. Mereka orang-orang musyrik menuduh Nabi sebagai seorang dukun; mereka menuduhnya juga sebagai seorang gila, bahkan mereka menuduhnya sebagai seorang penyihir; mereka menuduh bahwa beliau berbohong atas nama kebenaran dan beliau dibantu oleh kaum yang lain; mereka mengatakan ini adalah dongengan orang-orang yang dahulu.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Mereka meminta kepada beliau untuk mendatangkan mukjizat dengan bentuk tertentu; mereka memberitahu bahwa mereka tidak akan beriman kepadanya, sehingga terdapat suatu mata air yang memancar dari bumi atau terwujud di depan mereka suatu taman dari pohon kurma dan anggur yang memancar di tengah-tengahnya sungai, atau langit akan runtuh sebagaimana yang beliau sampaikan kepada mereka sebagai bentuk azab atau beliau datang dengan Allah SWT dan para malaikat dan mereka semua menjamin kebenaran dakwah yang diserukannya, atau beliau memiliki rumah dari emas atau beliau mampu mendaki langit dan mereka masih belum beriman terhadap pendakian itu meskipun ia mendaki di hadapan mata mereka dan kembali dengan selamat, kecuali jika ia menghadirkan kitab kepada mereka yang dapat mereka baca dari langit.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Nabi tidak peduli dengan usaha mereka untuk menyakiti hati beliau; Nabi tetap memberitahu mereka dengan penuh kelembutan bahwa apa saja yang mereka minta itu tidak sesuai dengan Islam. Sebab, Islam hanya menyeru akal dan berusaha menciptakan kebebasan. Beliau menyampaikan kepada mereka bahwa beliau hanya sekadar manusia yang diutus oleh Tuhan; beliau datang kepada mereka untuk mengingatkan mereka akan suatu hari di mana seorang tua tidak akan menyelamatkan anaknya dan tidak bermanfaat di dalamnya harta dan anak-anak, dan mereka tidak akan selamat di dalamnya dari siksaan. Orang-orang yang mempunyai kedudukan atau para tokoh mereka adalah para tiran-tiran di muka bumi di mana semua itu tidak akan bermanfaat bagi mereka pada hari kiamat. Siksaan yang bakal mereka terima tidak dapat mereka hindari dan mereka pun tidak dapat meringankannya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Demikianlah Islam—sebagaimana agama-agama sebelumnya— mengumpulkan di sekelilingnya orang-orang yang berakal dan orang-orang yang fakir serta orang-orang yang menderita di muka bumi. Berimanlah sekelompok orang-orang fakir di mana mereka menjadi kelompok sosial yang tertindas dan tersingkirkan di Mekah. Mereka menjadi makanan empuk kelompok-kelompok yang lalim.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Islam bukan hanya memberikan solusi ekonomi terhadap tragedi kehidupan atau masyarakat, tetapi Islam memberikan solusi Ilahi terhadap keberadaan manusia secara umum; Islam meyakini bahwa manusia bukan hanya sekadar perut yang harus dikenyangkan dan naluri seksual yang harus dipuaskan, manusia bukan hanya dilihat dan dinilai dari sisi ini, namun Islam justru meletakkan manusia pada tempatnya yang hakiki, tanpa membesar-besarkan atau mengecilkannya. Dalam pandangan Islam, manusia terdiri dari bangunan fisik dan ruhani, terdiri dari akal dan ambisi dan terdiri dari celupan dari Allah SWT dalam ruhnya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Islam tidak mementingkan fisik saja dan meninggalkan ruhani, begitu juga sebaliknya. Terkadang fisik boleh jadi mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan, tetapi ruhani justru mengalami penderitaan yang luar biasa. Karena itu, pemuasan salah satu dimensi dari dimensi manusia tidak akan membawa manusia kepada kesempurnaan atau kebahagiaan. Maka, Islam datang untuk membawa suatu solusi yang dapat menyelamatkan manusia dari dalam dirinya sendiri dan Islam membebankan tugas ini, yakni tugas perubahan ini kepada Al-Qur'an.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Al-Qur'an menjadi cermin dalam kehidupan di mana ayat-ayatnya diturunkan kepada Rasul saw, lalu beliau mengajarkannya kepada kaum Muslim. Kemudian Al-Qur'an berubah menjadi orang-orang yang berjalan di pasar-pasar dan mengancam singgasana kebencian yang menguasai Mekah, sehingga orang-orang musyrik justni meningkatkan usaha pengejekan dan penghinaan terhadap Rasul saw. Oleh karena itu, beliau semakin sedih lalu Allah SWT menghiburnya. Allah SWT memberitahu beliau bahwa mereka tidak mendustakannya, tetapi mereka justru melalimi diri mereka sendiri. Mereka mulai menentang Nabi dan ayat-ayat Allah SWT, padahal Nabi adalah salah satu dari ayat Allah SWT.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasannya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah hamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang lalim itu mengingkari ayat-ayat Allah." (QS. al-An'am: 33)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian kaum musyrik meningkatkan penindasan kepada Rasul saw dan para pengikutnya. Peperangan dimulai: dari peperangan urat saraf sampai peperangan fisik. Mereka mulai menyiksa para pengikut Rasul saw, bahkan membunuhnya. Pada saat itu, musuh-musuh Islam membayangkan bahwa dengan cara menindas kaum Muslim dan menekan mereka dakwah Islam akan berhenti dan kaum Muslin akan enggan untuk berdakwah. Mereka menganggap bahwa kaum Muslim justru memilih untuk menyelamatkan diri mereka. Namun para tokoh-tokoh Quraisy dan para tokoh-tokoh Mekah dikagetkan ketika melihat penekanan yang mereka lakukan justru semakin membakar semangat kaum Muslim untuk berdakwah. Saat itu kaum Muslim merasa yakin bahwa benih yang telah ditanam Rasulullah saw dalam diri mereka menjadikan mereka tetap bersemangat untuk menyebarkan risalah Allah SWT di muka bumi, yaitu suatu risalah yang mengembalikan bumi menuju kematangan (kesempurnaan) yang telah hilang darinya dan kema-nusiaan yang telah disia-siakan serta kehormatan yang telah ditumpahkan dan kebebasan yang telah hilang.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kaum Muslim yakin bahwa mereka bukan hanya membangun suatu negeri yang kecil di Mekah, dan mereka bukan hanya memperbaiki masyarakat yang rusak, yaitu masyarakat jazirah Arab, tetapi mereka mengetahui bahwa mereka akan membangun suatu manusia yang baru. Mereka akan menciptakan manusia seutuhnya; mereka akan menghadirkan dunia dalam bentuk yang baru dan dalam gambar yang baru yang merupakan cermin dari gambar kebesaran sang Pencipta.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sebelum kedatangan Islam, orang-orang Arab tidak dikenal. Dibandingkan dengan peradaban yang dahulu dan modern, orang-orang Arab tidak memiliki apa-apa. Mereka tidak memberikan kontribusi kepada dunia dalam bentuk ilmu, seni, atau peninggalan apa pun yang dapat dijadikan sebagai kebanggaan. Namun ketika Islam turun kepada mereka, mereka menjadi cermin kejayaan manusia di mana mereka dapat memberikan sumbangan nyata pada umat manusia. Bahkan orang-orang Barat banyak berhutang kepada mereka dalam kemajuan yang mereka capai saat ini. Sebaliknya, ketika mereka berpaling dari Islam di mana Islam hanya menjadi lembaran cerita-cerita dan kertas-kertas yang tidak berguna, maka saat itulah orang-orang Barat dapat menguasai kaum Muslim karena mereka justru mendapatkan ilmu dari Kaum Muslim itu sendiri. Mereka justru mencapai kemajuan ketika kaum Muslim meninggalkan agama mereka. Jadi, ketika kaum Muslim memahami Islam secara benar dan berusaha untuk memnghidupkan ajaran-ajarannya niscaya mereka akan mencapai puncak keilmuan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pada awal-awal masa tersebarnya Islam, kaum Muslim menyadari bahwa mereka menghadapi peperangan yang tidak akan berhenti. Selama kehidupan ada, maka pertentangan pun tetap ada. Oleh karena itu, ketika mereka mendapatkan penganiayaan dan siksaan, maka keimanan mereka justru semakin meningkat, dan setiap penganiayaan yang dilakukan oleh kaum Quraisy, maka mereka tetap bertahan untuk mempertahankan kebenaran. Sebagai contoh, Amar bin Yasir mengalami penderitaan dan penganiayaan. Ia adalah salah seorang budak yang menjadi korban dari sistem ekonomi yang berlaku saat itu, yaitu ekonomi yang berdasarkan kepada sistem perbudakan. Seorang yang beriman tersebut disiksa di Mekah di mana ia tidak memperoleh kebebasannya yang hakiki kecuali setelah ia memeluk Islam. Mereka mengeluarkannya ke gurun dan menyiksanya beserta ibunya. Bahkan siksaan semakin meningkat atas ibunya agar ia kembali menjadi musyrik. Ketika ia tetap mempertahankan keimanannya dan dengan tegas menolak ajakan untuk menentang Islam, maka Abu Jahal menikamnya dengan belati yang ada di dua tangannya. Ia pun meninggal. Dan Islam mengorbankan syahidnya yang pertama. Wanita mulia itu bernama Sumayah, ibu dari Amar bin Yasir.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Banyak kalangan orang-orang bodoh mengatakan tentang persetujuan Islam terhadap sistem perbudakan, atau Islam mendiamkan sistem perbudakan. Mereka lupa bahwa Islam dibangun berdasarkan suatu prinsip yang ingin membebaskan perbudakan dengan segala bentuknya; Islam ingin mengeluarkan manusia dari kepemilikan sesama manusia menuju kepemilikan kepada Allah SWT.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Jika Islam tidak turun dengan nas-nas yang terperinci yang mengharamkan sistem perbudakan, maka dasar-dasarnya secara umum dan prinsip-prinsip utamanya menghentikan—baik dalam tindakan maupun ucapan—sumber-sumber sistem ini. Allah SWT sebagai pemilik syariat mengetahui bahwa sistem perbudakan adalah sistem ekonomi yang sementara yang akan berubah dengan perubahan waktu, dan karena Islam tidak turun pada waktu yang terdapat perbudakan saja, tetapi ia turun secara umum dan menyeluruh untuk setiap zaman, maka Islam sengaja melewati bentuk-bentuk yang temporal ini dari bentuk-bentuk eksploitasi menuju unsur yang pertama atau dasar pertama yang menimbulkan bentuk-bentuk eksploitasi tersebut, sehingga Islam mengharamkannya. Dengan cara demikian, Islam mengharamkan sistem perbudakan secara bertahap, seperti proses pengharaman khamer. Jadi, keseriusan Islam sangat menonjol dalam usaha menghapus dan mengharamkan perbudakan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Jika dikatakan kepada kita bahwa Islam membolehkan para tentaranya untuk memperbudak para tawanan perang, maka kita akan mengatakan bahwa Islam menerapkan sistem ini sebagai bentuk pembalasan terhadap perlakuan yang sama di mana musuh-musuh Islam menjadikan kaum Muslim sebagai budak-budak mereka ketika mereka menawannya. Oleh karena itu, secara alami orang-orang Islam pun menawan mereka sebagai budak-budak. Jika Islam tidak melakukan yang demikian, maka boleh jadi Islam akan dimain-mainkan dan ada kesempatan besar bagi orang-orang musyrik untuk memperdaya Islam.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Demikianlah bahwa dakwah Islam mengalami berbagai macam hambatan dan penindasan. Dan ketika orang-orang yang tersiksa mengadu kepada Rasulullah saw atas penindasan yang mereka terima, maka Rasulullah saw memberitahu mereka dengan pembicaraan yang jelas bahwa para dai di jalan Allah SWT harus mengorbankan kesenangan mereka, kedamaian mereka, dan darah mereka sebagai harga yang pantas untuk tersebarnya dakwah Islam. Kebebasan bukan diperoleh dengan cuma-cuma. Sejarah kehidupan menceritakan kepada kita bahwa ia dipenuhi dengan gumpalan darah yang harus dibayar oleh masyarakat untuk memerangi musuh-musuhnya dari luar dan dari dalam. Jika ini dialami setiap orang yang menuntut kebebasan pada zaman dan tempat tertentu, maka bagaimana dengan orang-orang yang menuntut kebebasan manusia secara keseluruhan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Seorang Muslim hendaklah sadar bahwa dengan mengumumkan dakwahnya, maka ia pasti akan menerima pengusiran, penindasan, penjara, pengepungan dan pembunuhan. Ini adalah harga yang pantas yang harus dibayar ketika berdakwah di jalan Allah SWT; inilah harga kebebasan. Bahkan terkadang kaum yang batil pun membayamya dengan senang hati, maka bagaimana mungkin orang-orang yang bersama kebenaran ragu untuk melakukannya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pada hakikatnya, manusia cinta kepada keabadian. Secara naluri manusia merasa takut pada azab dan kematian. Dan barangkali yang membedakan orang-orang Islam yang hakiki dengan yang lainnya adalah bahwa mereka terbebas dari rasa ketakutan dan cinta keabadian. Ini adalah tolok ukur yang pasti untuk membedakan antara seorang Muslim yang hakiki dan seorang Muslim yang hanya namanya atau Muslim warisan atau hanya klaim semata.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Seorang Muslim yang hakiki menyadari bahwa ajal di tangan Allah SWT, rezeki adajuga di tangan-Nya, begitu juga keamanan semua ada di tangan-Nya. Dengan keimanan seperti ini, ia memulai pergulatannya untuk menyebarkan dakwah. Ia siap untuk menerima penyiksaan dan penderitaan di jalan Allah SWT; ia pun siap meneteskan darahnya sebagai harga yang pantas yang diberikannya dalam rangka memperoleh kebebasan. Ini semua dilakukanya dengan begitu sederhana dan tidak ada rasa takut karena Islam membebaskannya dari rasa ketakutan. Dahulu para pembangkang menggergaji orang-orang yang menyeru di jalan Allah SWT dengan menggergaji saat mereka dalam keadaan hidup-hidup.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Khabab bin Irit pergi menemui Rasulullah saw dan meminta tolong kepada beliau dari penyiksaan orang-orang Quraisy, sambil berkata: "Tidakkah engkau menolong kami, wahai Rasulullah? Tidakkah engkau berdoa kepada kami, ya Rasulullah?" Rasulullah saw menjawab: "Sungguh sebelum kalian terdapat orang-orang yang berdakwah di jalan Allah SWT lalu mereka dimasukkan dalam suatu galian tanah lalu mereka digergaji di mana tubuh mereka dipisah menjadi dua, namun mereka tetap mempertahankan agamanya. Demi Allah, sungguh Allah SWT akan menolong masalah ini tetapi kalian terlalu tergesa-gesa."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Dengan kalimat-kalimat yang penuh kesabaran dan keberanian ini, Rasulullah saw ingin memahamkan kepada orang tersebut bahwa termasuk dari kesempurnaan iman adalah membayar harga kebebasan. Jelas sekali bahwa Islam tidak memberikan keuntungan bagi orang yang memeluknya. Orang-orang Islam yang pertama tidak bertanya dan mengatakan: "Apa yang kita peroleh dari agama ini?" Sebaliknya, mereka bertanya: "Apa yang kita bayar untuk Islam?" Jawabannya adalah: "Segala sesuatu dimulai dari suapan-suapan roti sampai darah yang tertumpah." Jadi, kaum Muslim yang pertama telah membayar ongkos kebebasan. Mereka merasakan kedamaian yang luar biasa untuk mempertahankan agama Allah SWT; mereka mendapatkan kepercayaan yang tinggi tentang kemenangan kebenaran yang datang kepada mereka; mereka justru memberitahu orang-orang musyrik bahwa mereka akan dapat mengalahkan raja-raja Kisra dan Kaisar. Dengan dakwah yang mereka lakukan, mereka akan menjadi pemimpin-pemimpin di muka bumi. Kaum musyrik justru memanfaatkan kepercayaan ini untuk mengejek mereka dan menertawakan mereka.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Ketika Aswad Ibnu Matlab dan orang-orang yang bersamanya melihat sahabat-sahabat Nabi, maka mereka mengejek dan mengatakan: "Telah datang kepada kalian pemimpin-pemimpin bumi yang esok akan mengalahkan raja-raja Kisra dan Kaisar, kemudian mereka bersiul dan bertepuk tangan." Namun kaum mukmin tidak peduli dengan ejekan tersebut. Demikianlah bahwa ejekan demi ejekan terus menyertai dakwah kaum Muslim. Kemudian kaum Quraisy mengadakan pertemuan yang bersejarah untuk menyatukan pandangan dalam rangka menyerang Rasulullah saw. Kaum musyrik menuduhnya bahwa beliau adalah seorang ahli sihir, dan pada kali yang lain mereka menuduhnya bahwa beliau adalah dukun, dan pada kali yang lain lagi mereka menuduhnya bahwa beliau adalah penyair, bahkan pada kali yang lain mereka menuduhnya bahwa beliau adalah seorang yang gila. Kemudian mereka semua sepakat untuk menuduh bahwa beliau adalah seorang penyihir.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Walid bin Mughirah yang terkenal sebagai orang yang terpandang di kalangan mereka menuduh Rasulullah saw sebagai penyihir yang dapat memisahkan antara sesama saudara dan antara seseorang dengan isterinya. Kemudian mereka membikin kelompok-kelompok yang mengingatkan para pendatang di Mekah bahwa Muhammad adalah seorang penyihir. Meskipun demikian, dakwah Islam tetap berlangsung. Ia tetap tersebar dengan pelan namun pasti dan kalimat-kalimat yang diutarakan Nabi justru mengingatkan perjanjian yang pernah dilakukan oleh manusia, yaitu perjanjian saat Allah SWT menyaksikannya ketika mereka masih di alam atom di punggung Adam:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Bukankah aku Tuhan kalian? Mereka menjawab: 'Benar.'" (QS. al-A'raf: 172)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Bertambahlah jumlah kaum Muslim hingga kaum Quraisy merasakan ketakutan. Mereka mulai melihat bahwa penggunaan cara-cara kekerasan tidak selalu berhasil. Kemudian mereka memilih untuk menggunakan cara baru, yaitu bagaimana seandainya mereka menggunakan perdamaian dan perundingan. Orang-orang Quraisy mengutus 'Utbah bin Rabi'ah, seorang lelaki yang terkenal dengan kecerdasan dan kebijaksanaan sebagai juru runding.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">'Utbah berkata kepada Rasul saw: "Wahai anak saudaraku, kami mengetahui kedudukanmu di sisi kami dari sisi nasab. Engkau datang kepada kaummu dengan suatu hal yang besar di mana engkau memisahkan kelompok-kelompok mereka. Maka dengarkanlah aku karena aku ingin berbicara tentang beberapa hal. Barangkali engkau akan menerima sebagiannya." Rasul saw berkata: "Silakan berbicara wahai 'Utbah." 'Utbah berkata: "Jika engkau menginginkan harta niscaya kami akan mengumpulkan harta bagimu, sehingga engkau akan menjadi orang yang paling kaya di antara kami, dan jika engkau menginginkan kehormatan, maka kami akan memberi kehormatan itu bagimu dan jika engkau menginginkan kekuasaan, maka kami akan menyerahkan kekuasaan padamu dan jika engkau terkena penyakit yang engkau tidak mampu menolaknya dari dirimu, maka kami akan mencarikan tabib bagimu dan kami akan mengeluarkan harta kami sehingga engkau sembuh."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Demikianlah 'Utbah mengakhiri pembicarannya. Kemudian ia menunggu reaksi Nabi. Lalu Rasulullah saw berkata:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Haa miim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyanyang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui. Yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (darinya);, maka mereka tidak (mau) mendengarkan. Mereka berkata: 'Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; Sesungguhnya kami bekerja (pula).' Katakanlah: 'Bahwasannya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasannya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepadanya dan mohonlah ampun kepadanya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-(Nya), (yaitu) orang-orangyang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (hehidupan) akhirat. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh mereka mendapat pahala yang tiada putus-putusnya.' Katakanlah: 'Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam. Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: 'Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.' Keduanya menjawab: 'Kami datang dengan suka hati.' Maha Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perhasa lagi Maha Mengetahui. Jika mereka berpaling, maka katakanlah: 'Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum 'Ad dan kaum Tsamud." (QS. Fushilat: 1-13)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Rasulullah saw telah menjawab tawaran 'Utbah di mana beliau memilih untuk menghadapi tawaran dan iming-iming tersebut dengan membaca sebagian dari surah Fhusilat yang merupakan salah satu surah Al-Qur'an yang diturunkan oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril. 'Utbah bangkit dari tempatnya ketika Rasulullah saw sampai pada firman-Nya:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Jika mereka berpaling, maka katakanlah: 'Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum "Ad dan kaum Tsamud. " (QS. Fushilat: 13)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">'Utbah berdiri dalam keadaan takut dan segera menuju kaum Quraisy. Bayang-bayang azab dunia terngiang di telinganya. Dan ketika ia sampai ke orang Quraisy, ia mengusulkan agar orang-orang Quraisy membiarkan apa saja yang dilakukan Muhammad. Gagallah perundingan dengan seorang Muslim yang pertama, yaitu Rasulullah saw. Gagalnya perundingan tersebut sebagai bentuk pemberitahuan tentang kembalinya tindak kekerasan dan penyiksaan terhadap sahabat-sahabat Rasul saw. Kemudian kaum musyrik semakin meningkatkan penindasan terhadap kaum Muslim. Rasulullah saw sangat menderita melihat hal yang dirasakan para sahabatnya. Ketika kaum Muslim membayar harga yang paling mahal sebagai konsekuensi dari akidah yang mereka anut dan mereka dengan sabar memikul penderitaan di jalan Allah SWT, maka Rasulullah saw mengisyaratkan mereka untuk berhijrah. Beliau memberikan izin untuk berhijrah bagi orang yang ingin hijrah.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian Dimulailah gelombang hijrah. Itu terjadi pada lima tahun dari turunnya wahyu setelah dua tahun diumumkannya dakwah. Maka berhijrahlah ke Habasyah enam belas orang Muslim. Mereka keluar secara rahasia dan mereka menuju ke laut. Mereka berlayar meskipun orang-orang yang tinggal di gurun sebenarnya tidak ingin berlayar karena mereka takut dari laut dan mereka yakin bahwa manusia yang berlayar di laut akan menjadi ulat di atas kayu-kayu yang berenang.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Selanjutnya, gelombang hijrah yang kedua pun dimulai. Kali ini diikuti oleh delapan puluh tiga orang laki-laki dan sembilan belas perempuan. Kemudian orang-orang Quraisy berusaha untuk mengirim beberapa orang dan tetap berusaha menyiksa dan menyakiti orang-orang yang berhijrah. Mereka mengutus ke Najasyi, Raja Habasyah, orang-orang yang dapat mempengaruhinya untuk menentang orang-orang yang berhijrah. Mereka menuduh kaum Muslim meninggalkan agama nenek moyang mereka di Mekah dan mereka juga tidak menganut agama Najasyi, yaitu agama Kristen. Kemudian orang-orang Quraisy tidak lupa mengirim hadiah kepada Najasyi sebagai bentuk suapan kepadanya. Tampaknya Najasyi seorang yang berakal lalu ia mengutus seseorang kepada kaum muhajirin dan bertanya kepada mereka tentang agama baru yang mereka anut. Kemudian kaum muhajirin menceritakan kepadanya tentang Islam.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Najasyi bertanya tentang Isa lalu mereka menjawab: "Ia adalah hamba Allah SWT dan rasul-Nya dan ruh-Nya serta kalimat-Nya yang diletakkan kepada Maryam, wanita yang perawan yang suci." Kemudian Najasyi mengambil satu kayu kecil dari bumi dan mengatakan: "Penjelasan tentang Isa yang kalian katakan tidak lebih dari kayu kecil ini. Pergilah kalian dan kalian akan aman." Najasyi mengembalikan hadiah kaum Quraisy dan mengatakan: "Allah tidak mengambil suap dariku sehingga aku tidak mungkin mengambilnya dari kalian."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Demikianlah kaum muhajirin tinggal di negeri yang damai, yaitu Habasyah negeri yang dipimpin oleh seorang laki-laki yang diberi kematangan berpikir di mana ia cenderung mengimani karakter al-Masih sebagai seorang manusia. Dan salah satu keajaiban kekuasaan Ilahi adalah bahwa masyarakat Islam yang berhijrah tersebut tidak mengalami kelemahan dalam akidahnya, namun mereka justru merasakan kekuatan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Allah SWT memperkuat dakwah Islam dengan masuknya dua lelaki besar dalam Islam, yaitu Hamzah, paman Nabi dan Umar bin Khatab. Kedua orang itu mempunyai kepribadian yang tangguh di Mekah di mana masing-masing dari mereka terkenal di tengah-tengah kaumnya. Allah SWT berkehendak untuk memberi Islam dua orang lelaki yang tangguh di Mekah dan Allah SWT telah meletakkan rahmat yang terpancar dalam hati mereka. Hamzah masuk Islam karena dorongan emosi, fanatisme, dan rahmat terhadaporang-orang yang tidak memberikan pembelaan kepada Muhammad saw.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Salah seorang perempuan berkata kepada Hamzah: "Seandainya engkau melihat apa yang diperoleh oleh anak dari saudaramu, Muhammad dari Abil Hakam bin Hisyam (Abu Jahal). Sungguh Abu Jahal telah mencelanya dan menyakitinya, sedangkan Muhammad hanya terdiam dan tidak mengatakan apa-apa." Mendengar pengaduan itu, darah mendidih berkobar dalam urat-urat Hamzah. Dengan kemarahan yang sangat, Hamzah mencari-cari Abu Jahal lalu ia melihatnya sedang duduk-duduk di tengah-tengah kaumnya. Hamzah mengangkat tangannya lalu memukulkannya ke kepala Abu Jahal sambil berteriak: "Apakah engkau akan mengejek Muhammad, padahal aku berada di atas agamanya."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Demikianlah permulaan keislaman Hamzah. Hamzah adalah seorang yang mulia di mana perasaannya berkobar ketika ia melihat anak saudaranya disiksa dan dianiaya dan dia tidak mendapati seorang pun yang membelanya. Beginilah sebab-sebab pertama dari keislaman Hamzah, namun sebab yang paling dalam dan yang paling menentukan adalah rahmat Allah SWT yang telah dianugerahkan kepadanya, meskipun Hamzah tidak mengetahuinya, yaitu rahmat yang mendorongnya untuk tidak membiarkan seseorang pun menyakiti lelaki yang berdakwah di jalan Allah SWT hanya karena ia seorang yang lemah dan tidak mempunyai penolong. Jadi, Hamzah adalah penolongnya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sedangkan Umar bin Khatab terkenal dengan ketangguhan sikap dan kekerasan perilaku. Seringkali kaum Muslim mendapat siksaan darinya ketika ia masih menganut jahiliah. Dan salah seorang yang mendapatkan siksaan ciarinya adalah Amir bin Rabi'ah dan isterinya. Amir beserta istcrinya menetapkan untuk berhijrah ke Habasyah. Umar bin Khatab menemuinya lalu ia mendapati isteri Amir dan tidak mencmukan suaminya. Umar melihat wanita itu sedang bersiap-siap untuk berhijrah lalu Umar berkata (saat itu sumber rahmat telah memancar pada dirinya): "Apakah engkau akan pergi wahai Ummu Abdillah?" Dengan nada jengkel, wanita itu berkata: "Benar, demi Allah kami akan keluar dan menuju tanah Allah SWT. Engkau telah menyiksa kami dan telah memaksa kami untuk berhijrah. Kami akan pergi sehingga Allah SWT akan memberikan kelapangan kepada kami." Umar berkata: "Mudah-mudahan Allah SWTmenemanimu."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Wanita itu melihat tanda-tanda kelembutan dan kesedihan pada wajah Umar. Dan ketika suaminya kembali, ia menceritakan kepadanya bahwa ia sangat berharap kepada keislaman Umar. Lalu suaminya menjawab: "Ia tidak mungkin masuk Islam sampai keledai Umar masuk Islam." Ia mengatkan demikian karena ia melihat betapa bengisnya dan kejamnya Umar. Namun perasaan lembut wanita itu lebih kuat daripada pandangan pikiran lelaki itu dan keputusannya yang terlalu cepat kepada Umar.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Belum lama mereka berhijrah sehingga Umar masuk Islam. Orang-orang muhajirin mengeluarkan penutup sumur rahmat dalam dirinya. Dan barangkali Umar merasa kebingungan lalu ia menetapkan untuk membunuh Rasul saw. Dengan menghunuskan pedangnya, ia pergi menuju Rasul saw. Kemudian ia bertemu dengan orang-orang yang memergokinya dalam keadaan kebingungan, lalu mereka bertanya kepadanya, hendak kemana ia akan pergi? Umar menjawab: "Aku hendak ke Muhammad aku akan membunuhnya sehingga orang-orang Arab merasa tenteram." Dengan nada mengejek, seseorang berkata: "Tidakkah engkau memulai dari keluargamu sebelum engkau membunuh Muhammad." Dengan nada jengkel, Umar berkata: "Apa yang terjadi pada keluargaku?" Lelaki itu menjawab: "Saudara perempuanmu dan suaminya telah masuk Islam, sedangkan engkau tidak mengetahuinya." Umar segera mencari saudara perempuannya dan suaminya di mana saat itu keduanya sedang membaca Al-Qur'an.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Ketika melihat Umar, mereka menyembunyikan Al-Qur'an. Umar bertanya: "Sepertinya aku mendengar suara bisikan dari luar." Tetapi saudara perempuannya mengatakan: "Tidak." Kemudian suaminya ikut campur dan Umar pun tampak marah kepadanya. Wanita itu bangkit untuk membela suaminya lalu Umar memukulnya sehingga darah segar mengucur darinya. Darah itu justru membangkitkan sumber rahmat dari diri Umar. Akhirnya, Umar mengambil air wudhu agar mereka mengizinkan untuk membaca Al-Qur'an. Umar pun membacanya. Belum lama Umar membacanya sehingga ia pergi menemui Rasul saw.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Tanpa ragu, Umar memilih untuk masuk Islam. Dan pedang yang dibawanya itu menjadi pedang yang paling kuat yang dengannya ia mempertahankan agama Muhammad saw. Kemudian ia mengetuk pintu untuk menemui Rasul saw di mana saat itu beliau bersama sahabatnya. Dari celah-celah pintu, sahabat Nabi melihat Umar bin Khatab sedang menghunuskan pedang. Kemudian sahabat itu kembali kepada Nabi dengan membawa berita yang sangat mengejutkan ini. Ia menduga bahwa Umar datang dengan maksud jahat.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Rasulullah saw bangkit dan memerintahkan para sahabatnya agar membiarkan Umar. Rasulullah saw membukakan pintu Kemudian ia menyambut Umar bin Khatab dan bertanya kepadanya apa yang diinginkannya. Umar menjawab bahwa ia datang untuk mengucapkan dan bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Orang-orang Quraisy mulai merasa bahaya akan mereka temui setelah keislaman Umar dan Hamzah. Para tokoh-tokoh Mekah dan orang-orang yang dihormati telah masuk Islam. Sebelum Umar masuk Islam, kaum Muslim bertawaf di Ka'bah secara rahasia dan dengan malu-malu, namun ketika Umar masuk Islam ia menampakkan keislamannya dan ia menantang orang yang mencegahnya untuk bertawaf, bahkan banyak orang-orang memberikan jalan padanya saat tawaf. Mekah mengetahui bahwa ia menghadapi suatu dakwah yang akan dapat mengubah jazirah Arab.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Rasa ketakutan mulai menghantui para pemuka Quraisy dan mereka menetapkan metode baru untuk menghadapi kaum Muslim. Mereka yang sebelumnya menggunakan metode penghinaan dan pengejekan kini mulai mencoba untuk memblokade kaum Muslim secara ekonomi dan kemanusiaan. Kaum musyrik mengadakan perkumpulan dan pertemuan untuk memboikot kaum Muslim. Mereka mengadakan pertemuan itu di Ka'bah, sebagai penghormatan kepadanya. Orang-orang musyrik menghormati Ka'bah meskipun mereka memenuhinya dengan berbagai macam patung yang mereka sembah dalam rangka mendekatkan mereka kepada Allah. Pasal kesepakatan itu menetapkan, hendaklah penduduk Mekah tidak menjual barang apapun kepada kaum Muslim dan hendaklah mereka tidak menikah dengan kaum Muslim. Dengan ketetapan yang kejam tersebut, mereka ingin menghancurkan kaum Muslim dan membunuh perekonomian mereka. Rasulullah saw dan orang-orang yang beriman kepadanya terpaksa berlindung di dusun Bani Hasyim. Mereka dilindungi oleh keturunan Bani Muthalib, baik mereka orang-orang kafir maupun orang-orang beriman kecuali musuh Allah SWT, Abu Jahal di rnana ia bersama orang-orang Quraisy menentang kaummnya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian Dimulailah blokade ekonomi terhadap kaum Muslim di mana tidak ada makanan dan minuman yang datang kepada mereka, sehingga penderitaan yang sulit kini dialami oleh sahabat-sahabat Nabi. Ketika kafllah perdagangan datang ke Mekah dan salah seorang dari sahabat Nabi menemui mereka di pasar untuk membeli makanan untuk keluarganya, maka Abu Lahab berdiri dan berkata kepada para penjual, wahai para pedagang, mahalkanlah dagangan kalian terhadap sahabat-sahabat Muhammad, sehingga mereka tidak mampu membelinya dan aku menjamin kerugian yang kalian alami, bahkan aku akan membeli apa saja yang ingin mereka beli dari kalian.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Mendengar hal tersebut, para pedagang pun menjual barang dagangannya dengan harga yang tidak wajar, sehingga seorang Muslim kembali ke rumah keluarganya tanpa membawa sedikit pun makanan. Kemudian padagang itu pergi ke Abu Lahab dan memin-ta kepadanya agar membeli barang yang ingin dibeli orang Muslim. Demikianlah peperangan tersebut terus terjadi sehingga kaum Muslim merasakan penderitaan yang sangat luar biasa di mana mereka dalam keadaan kelaparan dan kekurangan pakaian yang layak. Peperangan ekonomi ini terjadi selama tiga tahun penuh. Saking menderitanya para sahabat sampai-sampai Sa'ad bin Abi Waqas pernah keluar pada suatu hari untuk memenuhi hajatnya, lalu ia mendengar suara gemerincing di bawah air kencing. Tiba-tiba ia menemukan sepotong kulit unta yang kering lalu ia mengambilnya dan membasuhnya. Kemudian ia membakarnya dan mencucinya dengan air sampai bersih lalu ia menjadikannya makanan selama tiga hari.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Selama tiga tahun tersebut wahyu tetap turun kepada Rasul saw dan seakan-akan ia melupakan bencana yang keras ini. Allah SWT ingin mendidik para pengikut agama-Nya agar mereka mampu memikul segala penderitaan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Meskipun kaum Muslim mendapatkan berbagai ujian selama tiga tahun tersebut, tetapi aktifitas dakwah Islam tidak pernah padam dan tidak pernah surut. Kaum Muslim bertemu orang-orang selain mereka pada musim haji lalu mereka berbicara kepada orang-orang tersebut tentang keberadaan Allah SWT dan mereka meminta kepada para pengujung itu untuk mencari rahmat Allah SWT dan ampunan-Nya. Keteguhan kaum Muslim dan keberanian mereka telah memikat banyak orang sehingga mereka masuk Islam. Bahkan orang-orang musyrik mulai bertanya kepada diri mereka dan mempertanyakan kebenaran apa tindakan mereka. Lalu kecemburuan kepada kebenaran mulai menyerang hati.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian Selesailah peperangan ekonomi terhadap kaum Muslim di mana kaum musyrik melihat itu tidak berdampak terlalu besar bagi kaum Muslim. Meskipun kaum Muslim menerima penderitaan dan kerugian namun jumlah mereka tetap bertambah dan keimanan mereka semakin kuat serta kepercaayaan kepada Allah SWT pun semakin meningkat. Lalu datanglah tahun kesedihan kepada Nabi. Belum lama Rasulullah saw merasakan dan menghirup udara segar setelah tiga tahun masa blokade dan beliau ingin memulai kehidupan barunya dan dakwahnya, sehingga beliau dikagetkan dengan kematian isteri tercintanya Ummul Mukminin Khadijah dan kematian pamannya yang tercita Abu Thalib.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Abu Thalib adalah seorang yang besar yang memiliki kewibawaan di tengah-tengah kaum Quraisy, sehingga usaha kaum Quraisy untuk menyakiti Nabi menjadi terbatas ketika mereka berhadapan dengan "tembok perlindungan" Abu Thalib kepada kemenakannya. Sedangkan Khadijah merupakan tempat perlindungan dan kedamaian bagi Nabi. Ia adalah hati yang sangat penyayang yang banyak menghibur Nabi saat beliau berdakwah. Khadiijah adalah sebaik-baik teman dan sebaik-baik isteri. Begitu juga, bagi Khadijah Rasulullah saw adalah sebaik-baik teman, sebaik-baik suami, sebaik-baik pembantu, dan sebaik-baik sahabat.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Rasulullah saw sangat sedih ketika kehilangan dua orang yang sangat berpengaruh dalam kehidupannya itu, bahkan para sejarawan menamakan tahun tersebut dengan tahun kesedihan. Sebaliknya, orangorang musyrik justru bergembira dengan kesedihan Rasul saw itu. Mereka menganggap bahwa Rasul saw tidak lagi memiliki seorang tua yang mampu melindunginya dan tidak lagi memiliki seorang isteri yang dapat meringankan beban penderitaannya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Setelah kematian dua orang tcrscbut, penindasan dan penganiayaan kaum Quraisy kepada Nabi semakin meningkat dan orang-orang musyrik memilih waktu yang tepat untuk menyembelih binatang di Mekah lalu mereka membawa usus-usus atau jeroan dari unta dan mereka melemparkannya dan meletakkannya di atas punggung Nabi saat beliau sujud. Kemudian berita memilukan itu sampai kepada putri tercintanya, Fatimah az-Zahrah, sehingga ia segera datang dan berusaha membela ayahnya dan membersihkan kotoran yang ada di pundak ayahnya itu. Demikianlah kemuliaan Siti Fatimah az-Zahra yang senantiasa melindungi ayahnya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Betapa sedihnya Nabi saw ketika beliau melihat bahwa keadaan beliau sampai pada batas di mana anak perempuan beliau pun turut membelanya. Namun beliau tetap bersabar dalam berdakwah di jalan Allah SWT. Pada suatu hari beliau berpikir untuk pergi ke Tha'if di mana di sana dihuni oleh kaum Tha'if. Barangkali beliau berkata dalam dirinya: jika di sini aku mendapati hati-hati yang telah membeku dan telah berhubungan mesra dengan kebatilan ialu mengapa aku tidak pergi ke Tsaqif. Barangkali Allah SWT akan membukakan pintu dakwah di sana. Mungkin di sana masih terdapat hati yang akan terbuka guna menerima kebenaran.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Saat itu kaum musyrik memberlakukan blokade umum atas dakwah yang dipimpin oleh Rasulullah saw sehingga tekanan kepada beliau semakin meningkat sampai pada batas di mana pergerakan dakwah tidak dapat bergerak satu langkah pun. Keadaan demikian ini sangat menggelisahkan Nabi. Beliau ingin untuk melepaskan belenggu yang mengikatnya. Lalu beliau memutuskan untuk pergi ke Tha'if. Jarak antara Mekah dan Tha'if lebih dari tujuh puluh kilo meter. Nabi menempuh perjalanan itu dengan jalan kaki, pergi dan pulang.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kita tidak mengetahui pemikiran-pemikiran apa yang terlintas dalam benak Rasulullah saw saat beliau pergi dan menemui kabilah yang kafir kepada Allah SWT ini. Yang kita ketahui adalah bahwa beliau pergi ke sana dengan membawa rahmat dunia dan akhirat. Tetapi mereka justru membalas sikap baik Rasulullah saw itu dengan tindakan jahiliyah. Mereka bersikap buruk kepada beliau dan mendustakannya. Rasulullah saw tinggal di sana selama sepuluh hari. Beliau mondar-mandir dari satu rumah ke rumah yang lain dan dari pasar ke pasar yang lain dan dari satu jalan ke jalan yang lain. Tak seorang pun yang mendengar kedatangan beliau di sana; tak seorang pun yang mau mendengar dakwah beliau dan tak seorang pun yang mau beriman kepada ajakannya. Bahkan masyarakat di situ semakin menjadijadi dalam menyerang Rasulullah saw dan mengejeknya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pada hari yang terakhir yang mana beliau telah menetapkan untuk kembali ke Mekah. Rasulullah saw berdiri di Tha'if dan mengharap kepada masyarakat di sana agar merahasiakan kunjungannya kepada mereka sehingga pencelaan yang beliau terima di Mekah terhadap agama yang dibawanya tidak semakin menjadi-jadi. Tetapi penduduk Tha'if menolak permohonan yang terakhir ini. Mereka tidak cukup melakukan hal itu tetapi mereka melakukan perbuatan terburuk yang dilakukan manusia terhadap sesama manusia. Mereka menahan keluarga orang-orang yang bodoh dan orang-orang biasa untuk membentuk dua barisan dan memerintahkan mereka untuk melempari Rasulullah saw dengan batu dan mengejeknya. Nabi keluar dari Tha'if dan beliau mendapatkan lemparan bertubi-tubi dari keluarga Tha'if bahkan beliau merasakan kepedihan saat kakinya terkena lemparan batu itu sehingga darah suci mengucur dari kaki beliau.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian Rasulullah saw diusir sehingga beliau sampai di suatu kebun yang dimiliki oleh dua orang dari orang-orang kaya Tha'if. Di sana beliau duduk di bawah naungan pohon anggur. Dua orang pemilik kebun itu merasa kasihan melihat keadaan orang yang terusir dan terluka itu. Mereka membawa kepadanya setangkai anggur dengan seorang pembantu. Pembantu mereka adalah seorang Nasrani yang bernama Adas. Si pembantu meletakkan setangkai anggur itu depan Rasul saw lalu beliau mengulurkan tangannya kepadanya sambil berkata: "Bismillahirahmanirrahim (Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). Adas berkata kepada Nabi, perkataan ini tidak begitu dikenal oleh penduduk negeri ini. Nabi berkata: "Anda dari daerah mana?" Adas menjawab: "Aku adalah seorang Nasrani dari Nainawa." Nabi berkata: "Apakah engkau dari desa lelaki saleh Yunus bin Mata?" "Bagaimana engkau tahu tentang Yunus?, sambung lelaki itu. Nabi berkata: "Itu adalah saudaraku. Ia adalah seorang Nabi aku pun seorang Nabi."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Mendengar jawaban Rasul saw, Adas segera merobohkan tubuhnya di depan kedua kaki Rasul saw lalu ia menciuminya sambil menangis. Akhirnya, pembantu Nasrani itu masuk Islam sehingga ia menambah barisan kaum Muslim. Ia adalah seorang yang menjadi Muslim ketika Rasulullah saw berhijrah ke Tha'if. Inilah harga yang harus dibayar Rasulullah saw sclania dua minggu saat beliau berada di Tha'if, dan kemudian bcliau terkena cobaan dengan mengucurnya darah dari kaki beliau akibat lemparan batu penghuni Tha'if.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian Rasulullah saw kcmbali ke Mekah beliau kembali dalam keadaan ditolak oleh pcnduduk Tha'if dan kini beliau kembali menerima penolakan itu di Mekah. Meskipun demikian, beliau merasakan kesedihan yang mendalam melihat sikap kaumnya. Namun ketika kebencian semakin deras mengalir kepada beliau, hati beliau justru semakin bersemangat dan semakin dipenuhi dengan rahmat kemudian datanglah kepada Nabi masa di mana tampak di dalamnya Islam asing, dan tampak di dalamnya Nabi seorang diri, tanpa penolong.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pada saat demikian ini ketika manusia mulai meninggalkan Rasulullah saw lalu langit turut campur dan terjadilah peristiwa besar dan mukjizat terbesar pada diri Nabi, yaitu Isra' dan Mi'raj. Ia adalah mukjizat yang tidak berhubungan dengan dakwah Islam; ia tidak datang untuk memperkuat dakwah ini atau menetapkannya tetapi ia datang semata-mata untuk memperkuat keteguhan Nabi dan sebagai penghormatan kepadanya. Seakan-akan Allah SWT ingin berkata kepada Nabi, jika saja penduduk bumi tidak memujimu, maka penduduk langit mengenal kedudukanmu dan memberikan pujian yang layak kepadamu dan jika manusia menolak dakwahmu dan menolak keberadaanmu, maka sesungguhnya Allah SWT memilihmu dan memuliakanmu.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Untuk melihat tanda-tanda kebesaran-Nya, munculnya mukjizat Isra' dan Mi'raj dalam sejarah para nabi sebagai mukjizat satu-satunya yang tiada tandingannya dibandingkan dengan kisah nabi yang lain. Kita mengetahui bahwa di deretan para nabi ada nabi-nabi yang dinamakan oleh Allah SWT sebagai para kekasih-Nya dan sebagai para pendamping-Nya, seperti Nabi Ibrahim. Kita juga melihat bahwa di antara para nabi ada seseorang yang diajak bicara oleh Allah SWT tanpa perantara, seperti Nabi Musa. Kita juga melihat di antara para nabi ada yang didukung oleh Allah SWT dengan ruhul kudus, seperti Nabi Isa. Tetapi untuk pertama kalinya kita berada di hadapan seorang nabi yang diajak dan dipanggil oleh Allah SWT untuk menuju ke sisi-Nya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Beliau naik bersama Jibril dengan jasadnya dan ruhaninya sehingga Jibril berdiri di suatu tempat dan Nabi maju sendirian. Itu adalah tingkat dari tingkat kehormatan di mana pena terasa keluh untuk mengungkapkannya dan sejarawan tidak dapat menulis apa yang terjadi saat itu. Kita telah melihat dalam kisah para nabi seorang nabi yang meminta kepada Tuhannya agar memperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan orang-orang yang mati. Allah SWT bertanya kepadanya, apakah ia belum beriman akan hal itu? Ibrahim menjawab: Bahwa ia beriman tetapi ia ingin menenangkan hatinya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kita juga melihat dalam kisah para nabi seorang nabi yang cintanya kepada Allah SWT memancar dalam kalbunya sehingga ia meminta:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". (QS. al-A'raf: 143)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Namun Allah SWT menjawab kepada Musa tentang kemustahilan melihat Allah SWT atas manusia. Nabi Musa memahami bahwa makhluk manapun tidak akan mampu menahan beban penampakan dari Zat sang Pencipta.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Adapun Muhammad bin Abdillah ia tidak bertanya kepada Tuhannya dan meminta kepadanya untuk diberi mukjizat atau kejadian yang luar biasa; ia tidak meminta kepada Tuhannya agar dapat melihat Zat-Nya dan ia tidak berusaha mencari ketenangan dalam hatinya. Cintanya kepada Allah SWT termasuk bentuk cinta yang sulit untuk dipahami atau diselami kedalamannya oleh para tokoh pecinta dan cintanya tersebut bukan termasuk bentuk yang menimbulkan berbagai pertanyaan. Cinta beliau melampaui tingkat permintaan menuju ketingkat penyerahan dan kepuasan atau ridha. Segala sesuatu yang menggelisahkan Nabi adalah ridha Allah SWT.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Rasulullah saw berkata saat beliau dalam keadaan ditolak dan diusir dan terluka akibat perbuatan kaum Tha'if: "Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka aku tidak peduli dengan mereka."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Lihatlah tingkat cinta yang tinggi itu: bagaimana tingkat tersebut menyebabkan beliau merasa rendah diri sehingga beliau berkata, "jika Engkau tidak murka kepadaku ..." Seakan-akan beliau tidak menginginkan selain ridha Allah SWT dan yang beliau khawatirkan adalah kemarahan Allah SWT.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sungguh adab yang diterapkan Rasulullah saw kepada Tuhannya adalah adab yang paling layak dan paling tinggi yang sesuai dengan kedudukan beliau sebagai orang Muslim yang paling sempurna.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Demikianlah mukjizat Isra' dan Mi'raj. Mukjizatyang tujuannya adalah menghormati kepribadian Rasulullah saw; mukjizat yang membangkitkan peranan akal dan hati secara bersama. Para nabi tanpa terkecuali didukung oleh bcrbagai macam mukjizat yang terjadi di muka bumi bahkan para nabi yang diangkat ke langit seperti Nabi Idris dan Nabi Isa, maka pengangkatan mereka sebagai bentuk menyelamatkan mereka dari usaha pembunuhan atau penyaliban. Mukjizat mereka saat mereka diangkat ke langit adalah bentuk akhir dari aktifitas mereka di muka bumi.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Ini adalah kali pertama ketika kita mendapati suatu mukjizat yang tempat utamanya di langit; suatu mukjizat yang terwujud bersama seorang Nabi yang diangkat ke langit dengan jasadnya dan ruhaninya saat beliau masih hidup. Di sana Allah SWT memperlihatkan kepadanya tanda-tanda kekuasaan-Nya. Kemudian beliau kembali ke bumi di mana beliau akan mendapatkan berbagai macam tantangan dan cobaan yang biasa diterima oleh penduduk bumi. Muhammad bin Abdillah adalah manusia yang pertama melewati planet bumi dan beliau menembus bulan dan matahari dan bintang-bintang. Kita menyaksikan di zaman kita manusia pertama atau astronot pertama yang mampu menembus ruang angkasa. Ruang angkasa itu baru dapat ditembus oleh manusia setelah empat belas abad dari turunnya risalah Muhammad saw, namun sejak empat belas abad yang lalu Nabi Islam telah dapat menembus ruang angkasa itu, bahkan beliau mencapai Sidratul Muntaha dan puncak al-Muntaha.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Beliau sampai pada batas yang di situlah alam makhluk diakhiri dan beliau menembus alam gaib. Bukankah surga bagian dari alam gaib? Beliau sampai di surga. Allah SWT menamakannya dengan Jannatul Ma'wah. Beliau sampai pada batas terputusnya ilmu manusia dan tiada yang mengetahui hakikat ilmu tersebut kecuali Allah SWT. Mukjizat Isra' bukanlah mukjizat Mi'raj, meskipun kedua-duanya terjadi di satu malam. Peristiwa Isra' dan Mi'raj dikutip oleh dua surah yang berbeda dalam Al-Qur'an al-Karim. Allah SWT berfirman tentang mukjizat Isra':</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. al-Isra': 1)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sedangkan berkaitan dengan mukjizat Mi'raj, Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauiya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar." (QS. an-Najm: 13-18)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pada malam Isra' dan Mi'raj, Nabi Muhammad berkeliling di sekitar Ka'bah dan berdoa kepada Allah SWT. Beliau dalam keadaan pucat wajahnya dan kedua air matanya mengucur; beliau tidak bertawaf bersama seseorang pun; beliau tawaf sendirian lalu orang-orang kafir dan orang-orang musyrik memandang beliau dengan pandangan kebencian saat beliau bertawaf dan berdoa. Allah SWT melihat hamba-Nya yang khusuk itu lalu Allah SWT menurunkan perintah-Nya kepada Ruhul Amin yaitu malaikat Jibril agar menemani hamba-Nya dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha Kemudian membawanya naik ke langit agar dia dapat melihat tanda-tanda kebesaran Tuhannya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Di suatu rumah yang mulia dan sederhana dari rumah-rumah yang ada di Mekah, Nabi saw sedang tidur dan datanglah waktu pertengahan malam. Jibril turun dan memasuki rumah sang Rasul saw. Jibril as berdiri di sisi kepala sang Nabi dan ia melihat kepadanya dengan pandangan cinta. Pandangan Jibril itu membangunkan Rasul saw kemudian beliau membuka kedua matanya dan bangkit dari tempat tidurnya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Jibril berkata kepada Nabi saw, salam kepadamu wahai Nabi yang mulia. Allah SWT ingin agar engkau melihat sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya di alam. Kemudian Jibril berjalan bersama Nabi saw. Mereka keluar dari rumah dan beliau menyaksikan Buraq yaitu makhluk yang menyerupai burung dan mempunyai sayap seperti burung garuda; makhluk yang terbuat dari kilat. Karena itu, ia dinamakan dengan Buraq. Kilat adalah listrik dan listrik adalah cahaya. Cahaya adalah makhluk yang tercepat yang kita kenal di bumi. Kilauan cahaya pada satu detik saja mencapai 186 ribu mil. Kita tidak akan terlibat terlalu jauh tentang kendaraan luar angkasa yang digunakan dalam perjalanan itu; kita tidak akan bertanya bagaimana Nabi saw menembus alam ruang angkasa tanpa ada latihan sebelumnya dan berapa lama waktu yang beliau gunakan untuk pulang pergi; kami juga tidak akan bertanya tentang kecepatan Buraq; kami tidak heran dengan usaha penembusan luar angkasa ini; kita tidak akan bertanya tentang semua itu karena kita mempunyai satu jawaban dari semuanya: Allah SWT berkehendak agar hal itu terjadi dan untuk itu Allah SWT mengatakan kun jadilah, maka jadilah.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Para ulama beselisih pendapat tentang apakah Isra' dan Mi'raj terjadi dengan ruh saja atau dengan ruhani dan jasad sekaligus. Ahli hakikat mengatakan bahwa itu terjadi dengan ruh dan jasad. Tentu perselisihan itu berakibat pada perselisihan akal dan terjerumus dalam perangkap kaifa (bagaimana) dan bertanya tentang kekuasaan Allah SWT dan usaha untuk menundukkan masalah ini terhadap sebab-sebab yang biasa atau hukum-hukum kita yang alami atau logika kemanusiaan. Allah Maha Suci dan Maha Tinggi dari semua itu. Apakah seseorang akan bertanya, bagaimana Rasulullah saw naik berserta ruh dan fisiknya ke puncak segala puncak di langit kemudian beliau kembali sebelum tempat tidurnya dingin? Mukjizat apa yang terjadi di sini yang melebihi mukjizat berubahnya air mani menjadi manusia dan berubahnya benih menjadi pohon atau mukjizat air yang menghidupkan tanah, atau ia mampu memuaskan kehausan si dahaga atau mukjizat cinta yang mengikat dua hati yang belum pernah mengenal?</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sementara itu, Buraq menundukkan badannya kepada Nabi saw kemudian Nabi saw menungganginya bersama Jibril dan Buraq pergi bagaikan anak panah dari cahaya di atas gunung Mekah dan pasir-pasir menuju ke utara. Jibril mengisyaratkan agar menuju arah gunung Saina' lalu Buraq itu berhenti. Jibril berkata di tempat yang diberkati ini, Allah SWT berdialog dengan Musa as. Kemudian Buraq kembali pergi ke Baitul Maqdis, Nabi saw turun dari pesawat ini yang berjalan lebih cepat dari cahaya dan jutaan kali lebih cepat darinya dan ia tidak berubah dari cahaya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Nabi berjalan bersama Jibril dan memasuki Baitul Maqdis. Beliau memasuki masjid dan beliau mendapati semua nabi sedang menunggunya di sana. Allah SWT membangkitkan gambar para nabi-Nya dari kematian dan mengumpulkan mereka di Mesjid Aqsha. Para malaikat memberinya suatu bejana yang di dalamnya terdapat susu dan bejana yang lain yang di dalamnya terdapat khamer. Lalu beliau memilih susu dan meminumnya. Dikatakan pada beliau, sesungguhnya engkau telah memilih fltrah dan umatmu akan memilih fitrah.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Para nabi mengitari Rasul saw dan datanglah waktu salat. Para nabi bertanya di antara sesama mereka, siapa di antara mereka yang menjadi imam salat, apakah itu Adam, Nuh, Ibrahim, Musa atau Isa? Jibril berkata kepada Muhammad saw, sesungguhnya Allah SWT memerintahkanmu untuk salat bersama para nabi. Rasulullah saw berdiri dan salat bersama para nabi. Mereka semua adalah orang-orang Muslim dan beliau adalah orang-orang Muslim yang pertama. Secara logis bahwa beliau layak menjadi imam dari para nabi sebagaimana kitabnya dijadikan kitab yang terbaik daripada kitab-kitab yang mendahuluinya. Beliau membacakan Al-Qur'an kepada mereka dan beliau menangis saat membacanya. Kekhusukan beliau saat membacanya membuat para nabi pun menangis. Dan ketika para nabi sujud di belakang imam mereka, pohon-pohon dan bintang-bintang pun turut bersujud.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Selesailah waktu salat dan para nabi membubarkan diri. Setiap nabi kembali ke langit yang mereka tinggal di dalamnya. Nabi keluar dari masjid bersama Jibril dan mereka kembali menunggang Buraq seperti panah dari cahaya. Buraq semakin meninggi dan ia melewati langit pertama lalu beliau menyaksikan Nabi Adam. Kemudian ada panggilan dari Allah SWT: "Hendaklah hamba-Ku semakin meninggi dan menjauh." Kemudian hamba Allah SWT Muhammad bin Abdillah semakin terbang menjauh ia melampaui langit demi langit. Beliau melampaui tempat materi dan mulai menjangkau tempat ruhani dan melewatinya. Beliau bersiap berdiri di haribaan Ilahi; beliau semakin tinggi dan jauh di tingkat dan dipuncak ruhani dalam kecepatan yang tidak kurang dari kecepatan kilat.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Beliau melampaui kedudukan Nabi Adam di langit pertama dan melampaui kedudukan Nabi Yahya dan Nabi Isa di langit kedua. Lalu Tuhan pemilik kemuliaan memanggil, "hendaklah hamba-Ku lebih tinggi lagi." Kemudian hamba Allah SWT dan Nabi-Nya yang mulia mencapai tingkat yang lebih tinggi lagi. Beliau melampaui langit yang ketiga, keempat, kelima, keenam, dan ketujuh. Beliau melampaui alam materi semuanya dan melampaui alam ruhani. Akhirnya, beliau sampai ke Sidratul Muntaha. Beliau sampai di tempat yang suci yang Allah SWT menamakannya dengan sebutan Sidratul Muntaha dan di sana Nabi melihat dan menyaksikan Jannatul Ma'wa. Beliau menyaksikan yang kita tidak mampu mengetahuinya dan memahaminya bahkan membayangkannya:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidnk (pula) melampauinya." (QS. an-Najm: 16-17)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sungguh terjadilah pada tempat itu apa yang terjadi dengannya. Dengan kebesaran yang misteri ini, Allah SWT memberitahu kita bahwa terjadilah hal penting di sana meskipun hakikat hal tersebut tersembunyi dari kita. Sesuatu yang Allah SWT sembunyikan dari kita tersebut disaksikan oleh Rasul saw. Itu adalah mukjizat yang khusus baginya; itu adalah tingkat cinta yang tidak tersingkap tabirnya karena ketinggiannya yang tidak mampu ditangkap oleh pengetahuan manusia biasa.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian Tuhan pemilik surga dan neraka memanggil, "hendaklah hamba-Ku lebih tinggi lagi." Hamba Allah SWT Muhammad bin Abdillah menaik ke tempat yang tinggi. Kali ini beliau melihat Jibril yang berada di belakangnya lalu beliau mendapatinya dalam keadaan bertasbih kepada Allah SWT. Jibril tidak berada dalam wujud manusia seperti yang Nabi saksikan ketika berada di dunia. Jibril as kembali ke dalam wujud malaikatnya. Nabi melihat Jibril dan ia merupakan tanda kebesaran Allah SWT yang Allah SWT janjikan untuk diperlihatkan kepadanya:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya." (QS. an-Najm: 17)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pemandangan itu terjadi dengan hati dan mata serta panca indera yang dikenal dan yang tidak dikenal. Pemandangan itu benar-benar jelas. Di sana bukan mimpi, bukan khayalan, dan bukan gambaran. Rasul saw melihat semua itu dengan jasadnya dan ruhaninya:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya." (QS. an-Najm: 17)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian Rasulullah saw menuju ke tempat yang tinggi dan lebih tinggi lagi. Beliau semakin naik ke tingkat yang makin tinggi sampai beliau berdiri di hadapan Tuhan Pencipta langit dan bumi dan Penebar kasih sayang di dunia dan di akhirat. Orang Muslim yang paling sempurna itu bersujud di hadapan Tuhan Sang Pencipta sambil berkata: "Sungguh penghormatan dan keberkatan serta shalawat yang baik tertuju hanya kepada Allah SWT." Allah SWT membalasnya: "Salam kepadamu wahai Nabi dan rahmat Allah SWT serta berkat-Nya juga tercurah kepadamu." Para malaikat pun ketika mendengar ucapan itu bertasbih dan mengatakan: "Salam kepada kita dan kepada hamba-hamba Allah SWT yang saleh."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Ungkapan-ungkapan tersebut merupakan permulaan tahiyat (penghormatan) yang diucapkan orang-orang Muslim saat mereka melaksanakan salat pada setiap hari. Salat telah diwajibkan atas kaum Muslim pada kesempatan yang besar ini. Hal populer di kalangan umumnya kaum Muslim adalah, bahwa Allah SWT mewajibkan atas Nabi mula-mula lima puluh salat sehari. Kemudian Nabi turun dari langit lalu beliau menemui Nabi Musa. Selanjutnya Nabi Musa bertanya kepadanya tentang jumlah salat yang diwajibkan Allah SWT kepada umatnya. Nabi menceritakan bahwa Allah SWT telah menentukan lima puluh kali salat. Nabi Musa berkata sungguh umatmu tidak akan kuat untuk melakukan salat itu, maka kembalilah kepada Tuhanmu dan mohonlah kepadanya agar Dia meringankan bagi umatmu. Lalu Nabi kembali kepada Tuhan-Nya sehingga Allah SWT meringankan salat hingga sepuluh kali. Setelah itu, Nabi kembali bertemu dengan Nabi Musa. Lagi-lagi Nabi Musa memperingatkannya. Kemudian Nabi kembali lagi kepada Allah SWT sehingga sampai diturunkan salat dari lima puluh kali menjadi lima kali sehari. Namun salat yang lima kali itu pahalanya sama dengan salat yang lima puluh kali.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Menurut hemat kami, kisah tersebut tidak memiliki sandaran dalam kitab-kitab ulama yang benar-benar teliti. Kami kira, kisah itu tersebut merupakan rekayasa orang-orang Yahudi di mana mereka masuk Islam dan mereka memenuhi kitab-kitab dengan dongeng-dongeng khurafat dan mereka menisbatkannya kepada Rasul. Prasangka tersebut didukung oleh pemilihan Musa sebagai seorang Nabi yang mengusulkan kepada Rasul saw agar meminta keringanan atas umatnya sehingga terkesan Nabi Musa menjadi seseorang yang lebih mengetahui sesuatu yang tidak diketahui oleh Nabi Muhammad. Kami sendiri cenderung untuk menolak kisah tersebut dengan keyakinan bahwa pertemuan Nabi dengan Allah SWT menimbulkan rasa kebesaran dan kewibawaan yang luar biasa sehingga ketika Nabi telah pergi, maka sangat berat baginya untuk kembali lagi.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Nabi menyaksikan dan melihat hal-hal yang tidak mampu diungkap oleh lisan dan tidak mampu ditulis dengan pena. Beliau berada di suatu keadaan yang tidak dapat dipahami oleh manusia biasa. Al-Qur'an al-Karim sengaja tidak mcnyebutkan apa saja yang dilihat oleh Nabi karena itu mernpakan rahasia antara Nabi dan Tuhannya dan mukjizat yang khusus yang diperuntukkan baginya sebagai bentuk penghormatan kcpadanya. Jadi Al-Qur'an sengaja tidak menyebutkan itu semua untuk menegaskan bahwa beliau melihat tanda dari tanda-tanda kebesaran Tuhannya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kami tidak mengetahui apa yang dilihat oleh Nabi. Hal yang dapat kami bayangkan adalah, bahwa Nabi bersujud dengan khusuk di hadapan Tuhannya dan beliau menangis karena gembira. Kesedihan hatinya telah hilang selamanya. Setelah Nabi melihat rahasia dan setelah penghormatan yang besar ini, beliau kembali menemani Buraq dan pergi bersama Jibril untuk kembali ke bumi. Beliau kembali dan mendapati tempat tidurnya masih dingin. Bagaimana beliau pergi dan kembali sementara tempat tidumya belum dingin? Berapa lama waktu yang diperlukannya saat melakukan perjalanan tersebut? Hanya Allah SWT semata yang mengetahui. Yang kita ketahui adalah, bahwa Rasulullah saw kembali ke tempat tidurnya setelah Isra' dan Mi'raj dan hatinya dipenuhi dengan kegembiraan serta dadanya dipenuhi dengan ketenangan dan kepuasan serta kefanaan dalam cinta kepada Allah SWT.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian datanglah waktu pagi. Nabi menceritakan perjalanan dan pengalaman tersebut kepada sahabat-sahabatnya dan orang-orang Musyrik sehingga berimanlah orang-orang yang beriman padanya dan mendustakan kepadanya orang-orang yang mendustakannya. Namun beliau tidak peduli dengan semua itu. Nabi terus melangsungkan perjuangannya dengan penuh kesabaran.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Akhirnya, datanglah suatu masa di mana Nabi saw mengetahui bahwa dakwah Islam di Mekah telah mengalami penekanan yang luar biasa sehingga keadaan sangat tidak mendukung bagi kaum Muslim. Rasulullah saw bergerak dengan dakwahnya. Lalu Allah SWT mewahyukan kepadanya agar ia berhijrah. Kemudian mulAllah Nabi berhijrah di jalan Allah SWT setelah tiga belas tahun beliau di Mekah. Islam ingin membangun negaranya dan ingin menghilangkan pengepungan dan serangan kaum musyrik. Mula-mula terjadilah perubahan sedikit dalam keadaan kaum Muslim.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Rasulullah saw keluar dalam musim haji untuk menunjukkan dirinya pada kabilah-kabilah Arab sebagaimana yang beliau lakukan pada setiap musim. Beliau berada di tempat yang bernama 'Aqabah, lalu beliau bertemu dengan jamaah dari Khazraj. Rasulullah saw berkata kepada mereka, "siapa kalian?" Mereka menjawab: "Kami berasal dari kelompok Khazraj." Beliau berkata. "apakah kalian termasuk pembantu kaum Yahudi?" Mereka menjawab, "benar." Beliau berkata, "maukah kalian duduk bersama aku karena aku ingin sedikit berbicara dengan kalian." Mereka menjawab: "Boleh." Kemudian mereka duduk bersama Nabi lalu beliau mengajak mereka untuk mengikuti agama Allah SWT.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Rasulullah saw sedikit menceritakan Islam kepada mereka dan membacakan Al-Qur'an. Enam orang mendengarkan apa yang disampaikan oleh Nabi saw. Setelah beliau selesai dari pembicaraannya, mereka membenarkannya dan beriman kepadanya. Kemudian mereka menceritakan kepada Nabi saw bahwa mereka meninggalkan kaumnya karena kaum mereka terlibat peperangan dan kebencian. Mudah-mudahan Allah SWT mengumpulkan mereka dengan kedatangan Nabi saw yang mulia ini. Mereka memberitahu Nabi saw bahwa mereka akan menceritakan kepada kaumnya apa yang mereka dengar dari Nabi saw dan akan mengajak mereka untuk memenuhi dakwah Nabi.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Keenam lelaki itu kembali ke kota Madinah yang berubah namanya menjadi Madinah Munawarah yang sebelumnya ia bernama Yatsrib di zaman jahiliah. Allah SWT berkehendak untuk meneranginya dengan Islam. Para lelaki itu kembali ke Madinah dan mereka membawa Islam di hati mereka sehingga banyak orang yang masuk Islam.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian datanglah musim haji dan keluarlah dari Madinah dua belas orang lelaki dari orang-orang yang beriman yang di antara mereka terdapat enam orang yang Rasulullah saw telah berdakwah kepada mereka pada musim yang dulu dan Nabi saw menemui mereka di 'Aqabah. Kemudian Nabi melakukan baiat pada mereka agar mereka mempertahankan keimanan dan membela dakwah kebenaran serta kemanusiaan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kaum lelaki itu kembali ke Madinah disertai salah seorang yang terpercaya dari tokoh Islam yaitu Mus'ab bin Umair di mana ia menjadi utusan Rasulullah saw di Madinah dan ia mengajari manusia tentang agama mereka dan membacakan kepada mereka Al-Qur'an dan menyerukan kebenaran kepada manusia sehingga tersebarlah Islam di Madinah. Penduduk Madinah mulai bertanya-tanya, mengapa saudara-saudara kita kaum Muslim Mekah ditindas? Mengapa Rasul saw keluar untuk berdakwah dan menebarkan rahmat tetapi beliau justru mendapatkan angin kebencian? Sampai kapan kita akan membiarkan Rasulullah saw teraniaya dan terusir di Mekah?</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Demikianlah, pergilah tujuh puluh orang ke Mekah, tujuh puluh orang dari penduduk Madinah Munawarah. Mereka pergi ke 'Aqabah dalam keadaan sendirian dan berkelompok-kelompok. Islam telah menghasilkan buah pertamanya dalam hati mereka sehingga hati mereka dipenuhi cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya serta kaum Muslim. Penderitaan yang dialami kaum Muslim mempengaruhi jiwa mereka dan mencegah mereka dari mendapatkan kenikmatan tidur dan nikmatnya memakan dan nikmatnya kehidupan. Orang-orang yang baik itu datang dan berbaiat kepada Rasul saw untuk membela beliau menolongnya dan melindunginya serta siap untuk mati di jalannya. Mereka datang setelah hati mereka diliputi oleh Islam dan mereka memberikan segala sesuatu untuk dakwah yang baru; mereka datang sebagai pecinta-pecinta kebenaran.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kitab-kitab hadis yang suci meriwayatkan apa yang terjadi pada baiat 'Aqabah al-Kubra. Dalam kitab tersebut dikatakan bahwa Abbas Ibnu Abdul Muthalib datang bersama Nabi dan saat itu ia masih berada dalam agama kaumnya. Ia ingin menyelesaikan urusan anak pamannya. Ketika ia duduk dan berbicara, ia mengatakan suatu pernyataan yang mengisyaratkan bahwa Muhammad saw mendapatkan kemuliaan dari kaumnya dan kekuatan di negerinya tetapi ia enggan dan memilih untuk bergabung bersama kalian wahai penduduk Madinah. Jika kalian memenuhi janjinya dan melindunginya, maka ambillah ia, namun jika kalian khawatir jika suatu saat nanti akan mengkhianatinya, maka mulai dari sekarang biarkanlah ia di negerinya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kata-kata Abbas tersebut berasal dari fanatisme kesukuan dan ikatan darah keluarga namun penduduk Madinah tidak begitu peduli dengan kalimat Abbas itu karena ia bukan termasuk dari agama mereka dan ia tidak mengetahui tingkat cinta kepada Rasul saw yang mereka capai. Abbas bin Abdul Muthalib menunggu jawaban dari penduduk Madinah. Lalu mereka berkata kepadanya, "Kami telah mendengar apa yang engkau katakan, maka berbicaralah ya Rasulullah, ambilah untuk dirimu dan Tuhanmu apa saja yang engkau sukai."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kita ingin mengamati jawaban sekelompok orang yang mukmin dari penduduk Madinah ini sehingga Rasulullah saw berbicara. Jawaban yang dicari oleh Abbas bin Abu Muthalib tersembunyi dalam pernyataan Nabi. Demikianlah setelah Rasulullah saw mengucapkan kalimatnya, maka tidak keluar pemyataan apa pun. Cukup hanya Nabi yang berbicara dan mereka hanya menaatinya. Mereka meminta kepada beliau agar mengambil pada dirinya dan Tuhannya apa saja yang beliau sukai; mereka merasa tidak memiliki apa-apa dan tidak memiliki keputusan. Nabi berbicara lalu beliau membaca Al-Qur'an dan mengajak ke jalan Allah SWT. Kemudian beliau bebicara tentang Islam dan beliau membaiat mereka agar membantu beliau sehingga mereka pun membaiat kepadanya. Demikianlah terjadinya baiat 'Aqabah al-Kubra.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Orang-orang yang terpilih oleh Allah SWT itu mengetahui bahwa sebentar lagi mereka akan diajak untuk mengangkat senjata: mereka diajak untuk mendapatkan kematian di bawah naungan pedang. Mereka menenangkan Rasulullah saw bahwa beliau akan mendapati orang-orang yang sudah terlatih dalam peperangan karena mereka mewarisi dari kakek-kakek mereka.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Salah seorang dari tujuh puluh orang itu menyebutkan masalah yang penting. Abul Haitsyam berkata: "sesungguhnya di antara orang-orang Madinah dan Yahudi terdapat suatu tali ikatan, maka mereka boleh jadi akan memutuskannya lalu, apakah sikap yang harus kita ambil jika mereka lakukan hal itu dan memusuhi orang-orang Yahudi," kemudian Allah SWT menolong Nabi dan memenangkan atas kaumnya, lalu ia kembali kepada mereka dan meninggalkan mereka di bawah kasih sayang orang-orang Yahudi.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Perhatikanlah bahwa pertanyaan tersebut berkisar pada kecintaan kepada Nabi dan keinginan agar Nabi tetap bersama mereka selama perjalanan hari dan bulan. Masalah yang dituntut oleh Abbas bin Abdul Muthalib secara jelas adalah masalah perlindungan mereka kepada Nabi, di mana hal tersebut tidak lagi diperdebatkan oleh orang-orang yang terpilih dari penduduk Madinah. Namun masalah yang mereka inginkan adalah masalah perlindungan Nabi dan keberadaan Nabi bersama mereka di Madinah.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Nabi tersenyum dan beliau mengatakan kalimat-kalimat yang justru menekankan bahwa ikatan akidah lebih kuat daripada ikatan darah. Beliau berkata: "Tetapi darah adalah darah dan kehancuran adalah kehancuran. Aku dari kalian dan kalian dariku aku akan memerangi orang-orang yang kalian perangi dan aku akan berdamai dengan orang-orang yang kalian berdamai dengan mereka."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Akhirnya, penduduk Madinah pergi dan kembali ke negeri mereka. Kemudian berita tentang baiat ini sampai ketelinga orang-orang Mekah dan para tokoh musyrik, lalu mereka justru menambah penekanan kepada Rasulullah saw dan kaum Muslim.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Para preman Mekah berkumpul di Darul Nadwah. Mereka menetapkan akan mengambil sesuatu keputusan penting berkaitan dengan Nabi. Salah seorang dari mereka mengusulkan agar beliau dibelenggu dengan besi lalu dibuang di penjara sehingga beliau mati kelaparan. Sebagian lagi mengusulkan agar beliau dibuang dari Mekah dan diusir. Abu Jahal mengusulkan agar mereka mengambil dari setiap keluarga dari keluarga-keluarga Quraisy seorang pemuda yang kuat, kemudian setiap dari mereka diberi pedang yang terhunus dan hendaklah mereka memukulkan pedang itu ke tubuh Nabi. Jika mereka berhasil membunuhnya niscaya semua kabilah bertanggung jawab terhadap darah sang Nabi dan Bani Hasyim tidak akan mampu menuntut dan memerangi orang Arab semuanya dan mereka akan menerima diat sebagai tebusan dari pembunuhan itu. Demikianlah persekongkolan itu digelar dan mereka sepakat untuk melaksanakan hal itu. Namun Al-Qur'an al-Karim menyingkap persekongkolan yang dilakukan orang-orang kafir itu dalam firman-Nya:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir memikirkan tipu daya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baih Pembalas tipu daya." (QS. al-Anfal: 30)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Allah SWT mewahyukan kepada Nabi-Nya agar ia berhijrah. Lalu Nabi mulai menyiapkan sarana-sarana untuk hijrahnya. Beliau menyembunyikan urusan tersebut bahkan beliau tidak memberitahu sahabat yang akan menemaninya. Rasulullah saw menyewa seorang penunjuk jalan yang pengalaman yang mengenal padang gurun seperti mengenal garis-garis tangannya. Yang mengherankan penunjuk jalan itu adalah seorang musyrik. Demikianlah Nabi memita bantuan kepada orang yang ahli tanpa memperhatikan keyakinannya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian datanglah malam pelaksanaan kejahatan itu. Rasulullah saw memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk tidur di tempat tidumya di malam tersebut. Datanglah pertengahan malam dan Rasulullah saw pun keluar dari rumahnya. Para pemuda Mekah mengepung rumah. Mereka menghunuskan pedangnya. Nabi menggenggam tanah lalu beliau melemparkannya ke arah kaum sehingga mereka pun merasa kantuk sehingga Nabi saw dapat menembus kepungan mereka. Beliau keluar dari Mekah dan berhijrah.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Dengan langkah yang diberkati ini, kaum Muslim menanggali tahun-tahun mereka. Tahun dalam Islam adalah tahun Hijiriah, sedangkan kaum Masehi menanggali tahun mereka dengan kelahiran Isa dan ini disebut dengan tahun Masehi. Adapun tahun-tahun Islam, maka ia ditanggali pertama kalinya saat Rasulullah saw keluar berhijrah di jalan Allah SWT. Hijrah Rasul bukan hanya lari dari penindasan tetapi lari dari kebekuan; hijrah tersebut bukan keluar dari keamanan tetapi keluar dari bahaya. Islam di Mekah hanya dapat mempertahankan dirinya tetapi ketika ia keluar ke Madinah ia mempertahankan dirinya ketika menyerang. Dan selama beberapa tahun masa yang dihabiskan di Mekah, tak seorang dari kaum Muslim yang mengangkat senjata. Ketika mereka keluar ke Madinah, mereka mulai membawa senjata dan mulai menyalakan obor peperangan. Islam mulai membawa senjata sebagaimana luka akan sembuh dengan syarat jika diobati. Nabi saw mengetahui bahwa Islam tidak akan menghabiskan usianya hanya untuk melawan serangan pada dirinya; Islam ingin tersebar; Islam ingin mendirikan negaranya yang pertama yaitu suatu negara yang belum pernah dikenal di muka bumi negara seperti itu. Negara yang mencapai keadilan, kasih sayang, dan idealisme yang begitu luar biasa di mana hukum Allah SWT ditegakkan dan kehormatan manusia benar-benar dijaga.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Inilah kedalaman hijrah yang mengesankan yaitu pendirian negara Islam setelah sebelumnya membangun individu masyarakat Muslim. Setelah Rasul saw membangun masyarakat Muslim dan membangun masjid, maka beliau membangun suatu negara Islam. Selanjutnya, sayap-sayap dakwah mengepak.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kami kira pembaca tidak akan bertanya, apa gunanya pembangunan masjid ditingkatkan sementara Islam masih mengalami penindasan di muka bumi. Kami kira pembaca lebih pintar daripada orang yang tidak mengetahui bahwa masjid yang dibangun Rasulullah saw di Madinah bukan tempat peristirahatan dari keletihan, tetapi masjid merupakan pusat dari kepemimpinan pergerakan Islam dan kepemimpinan menuju peperangan Islam.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Manusia mandi di masjid dengan cahaya Allah SWT setelah itu mereka mandi di kancah peperangan dengan darah mereka. Pertanyaannya adalah, siapakah di antara mereka yang akan terbunuh di jalan Allah SWT sebelum saudaranya? Demikianlah perlombaan dalam perbaikan terjadi di antara mereka. Dengan cara demikianlah Islam tersebar.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sementara itu, Nabi berlindung di suatu gua; di gunung yang bernama Tsur. Beliau masuk ke gua itu bersama sahabatnya Abu Bakar. Dan orang-orang musyrik pergi menyusul beliau dengan membawa pedang mereka. Lalu mereka sampai ke gunung itu. Abu Bakar berkata kepada Rasul saw dengan keadaan gelisah, "seandainya salah seorang mereka melihat di bawah kakinya niscaya mereka akan melihat kita."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Dengan tenang, Rasulullah saw menepis kegelisahan Abu Bakar dan berkata: "Wahai Abu Bakar apa yang kamu kira dengan dua orang yang ada di tempat yang sepi sementara Allah SWT menjadi ketiga di antara mereka?" Sebelum Rasulullah saw mengakhiri kalimatnya, terdapat laba-laba yang selesai dari menenun rumahnya di atas pintu gua. Kitab-kitab sejarah mengatakan bahwa kaum musyrik mengikuti jejak sang Nabi sehingga mereka sampai di gunung Tsur lalu di situlah mereka mengalami kebingungan. Mereka mendaki gunung dan mendaki gua itu. Lalu mereka melihat di atas pintu gua itu terdapat tenunan laba-laba. Mereka mengatakan, seandainya seseorang masuk di dalamnya niscaya tidak akan terdapat tenunan laba-laba di atas pintunya. Beliau tinggal di gua itu selama tiga malam.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Demikianlah keimanan tenunan laba-laba yang lembut dimenangkan atas ketajaman pedang kaum musyrik sehingga Nabi bersama sahabatnya pun selamat. Kini, kedua orang itu menuju Madinah. Dan Madinah pun menyambut mereka. Ketika Rasulullah saw dan sahabatnya memasuki Madinah, mula-mula masyarakat tidak mengenal siapa di antara mereka yang menjadi Rasul karena saking baiknya sikap Rasul terhadap sahabatnya. Akhirnya, Nabi menerangi kota Madinah. Beliau membangun masjid dan mendirikan negaranya serta memerangi musuh-musuhnya dan tersebarlah Islam dan Mekah pun ditaklukkan dan Baitul Haram disucikan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Beliau menanamkan dalam akal dan hati suatu cahaya yang tidak akan pernah padam. Kemudian berlangsunglah sepuluh tahun yang dilewatinya di Madinah di mana beliau tidak menggunakannya untuk berleha-leha. Demikian juga selama masa tiga belas tahun yang beliau lalui di Mekah, beliau pun tidak mendapatkan istirahat yang cukup. Semua kehidupan beliau hanya untuk Allah SWT dan hanya untuk Islam. Beban berat yang dipikul oleh punggung beliau yang mulia lebih berat dari beban yang dipikul oleh gunung. Meskipun beliau seorang diri, tetapi beliau mampu memikul amanat yang pernah Allah SWT tawarkan kepada langit dan bumi serta gunung namun mereka pun enggan untuk memikulnya. karena mereka menyadari bahwa mereka tidak akan mampu memikulnya. Lalu datanglah beliau dan beliau pun mampu memikul amanat itu dan melaksanakannya secara sempurna. Yaitu amanat untuk menyampaikan agama Allah SWT; amanat untuk menyucikan akal manusia dari polusi khayalisme dan khurafatisme: amanat yang mewarnai kehidupan dengan hanya sujud kepada Allah SWT.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian mengalirlah dalam memori Nabi saw suatu arus dari gambar-gambar hidup: bagaimana saat beliau memasuki Madinah. Lewatlah di hadapan akal beberapa memori dan nostalgia: bagaimana wahyu yang turun kepadanya dengan membawa risalah di gua Hira, kemudian berubahlah pandangan dan bertiuplah angin kebencian kepadanya, bahkan angin itu membawa pasir-pasir tuduhan-tuduhan yang dilemparkan ke wajah suci beliau. Beliau berdiri sambil tersenyum dan hatinya dipenuhi dengan kesedihan di hadapan gelombang gurun dan kesendirian serta badai kesengsaraan. "Wahai manusia, tiada Tuhan selain Allah SWT. Demikianlah kalimat yang beliau katakan. Meskipun kalimat itu tampak sederhana namun ia mampu membangkitkan dunia. Dan bergeraklah patung-patung yang begitu banyak yang memenuhi kehidupan dan mereka membekali dirinya dengan kegelapan dan kebencian yang dialamatkan kepada sang Nabi. Para pembesar. para penguasa, uang, emas, serta kebencian dan kedengkian setan yang klasik dan banyaknya orang-orang munafik, semua ini menjadi musuh nyata sang Nabi pada saat beliau mengatakan "tiada Tuhan selain Allah SWT." Nabi mengingat kembali Waraqah bin Nofel ketika menceritakan kepadanya apa yang terjadi dan apa yang dialami beliau di gua Hira. Tidakkah ia mengatakan kepadanya bahwa kaumnya akan mengusirnya?</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Hari-hari hijrah sangat panjang dan berat. Matahari sangat dekat dengan kepala dan rasa panas sangat mencekik tenggorokan dan rasa pusing-pusing pun semakin meningkat. Setelah hijrah, Nabi memasuki Madinah. Beliau disambut oleh kaum Anshar dengan sambutan luar biasa. Beliau datang sendirian lalu mereka menolongnya; beliau datang dalam keadaan takut lalu mereka mengamankannya; beliau datang dalam keadaan lapar lalu mereka memberinya makanan; beliau datang dalam keadaan terusir lalu mereka memberikan perlindungan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Bangunan Islam mulai ditancapkan di Madinah. Beliau mulai membangun negaranya setelah beliau membangun sumber daya manusia Islam yang tangguh. Yang pertama kali dibangunnya adalah sumber daya Islam, setelah itu beliau baru membangun negara. Tidak ada nilai yang berarti dari satu sistem yang hanya berdasarkan prinsip-prinsip besar yang tidak lebih dari sekadar tinta di atas kertas. Penerapan prinsip-prinsip adalah tolok ukur final dari nilai apa pun yang diberlakukan di dunia. Dan Islam telah berhasil menerapkan pada masa-masa pertamanya suatu sistem yang belum pernah dikenal dalam kehidupan manusia suatu sistem seperti itu. Yaitu sitem yang menunjukkan keadilan, persaudaraan, dan kasih sayang yang mengagumkan. Hal yang pertama kali dilakukan Rasulullah saw adalah membangun masjid di mana di situlah unta yang ditungganinya berhenti. Mesjid itu tampak sederhana. Tikarnya terdiri dari pasir-pasir dan batu-batu. Tiangnya terbuat dari batang-batang kurma. Barangkali ketika turun hujan, maka tanahnya akan menjadi lumpur karena mendapat siraman air hujan. Mungkin ketika angin bertiup dengan kecang, maka ia akan mencabut sebagian dari atapnya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Di bangunan yang sederhana ini, Rasulullah saw mendidik generasi Islam yang tangguh yang dapat menghancurkan orang-orang yang lalim dan para penguasa yang bejat dan mereka mampu mengembalikan kebenaran ke singgasananya yang terusir dan terampas. Mereka mampu menyebarkan Islam di muka bumi. Mesjid itu tampak kecil dan sederhana sekali tetapi ia dipenuhi dengan kebesaran; masjid itu tidak menunjukkan kemewahan sama sekali. Di dalamnya Al-Qur'an dibaca lalu orang-orang yang mendengarnya menganggap bahwa mereka benar dan mendapatkan perintah harian untuk menerapkan dan melaksanakan apa-apa yang mereka dengar.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Al-Qur'an dibaca di masjid bukan seperti nyanyian yang orang-orang duduk akan merasa terpengaruh dengan keindahan nyanyian dan suara pembaca. Dan masjid di dalam Islam bukanlah tempat satu-satunya untuk ibadah. Menurut kaum Muslim semua burni adalah masjid namun masjid adalah simbol peradaban yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, sebagaimana ia menyuarakan ilmu, kebebasan dan persaudaraan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Semua Nabi berbicara tentang persaudaraan dan mengajak kepadanya dengan ribuan kata-kata. Sedangkan Rasulullah saw telah mewujudkan persaudaraan itu secara praktis, yakni ketika karakter masyarakat saat itu mencerminkan Al-Qur'an. Nabi mulai mempersaudarakan kaum muhajirin dan Anshar di mana sahabat Anshar Sa'ad bin Rabi', seorang kaya dari Madinah dipersaudarakan dengan Abdul Rahman bin 'Auf, seorang yang berhijrah dari Mekah. Sa'ad berkata kepada Abdul Rahman: "Sesungguhnya, tanpa bermaksud sombong, aku memang memiliki harta yang banyak daripada kamu. Aku telah membagi hartaku menjadi dua bagian dan sebagiannya aku peruntukkan bagimu. Lalu aku mempunyai dua orang wanita, maka lihatlah siapa di antara mereka yang mampu memikatmu sehingga aku menceraikannya lalu engkau dapat menikahinya." Abdul Rahman bin 'Auf menjawab: "Mudah-mudahan Allah SWT memberkatimu, keluargamu, dan hartamu. Di manakah pasar yang engkau berdagang di dalamnya?"</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Abdul Rahman bin 'Auf keluar menuju ke pasar untuk berkerja. Ia kembali dan membawa sesuatu yang dapat dimakannya. Ia menolak dengan lembut sikap baik Sa'ad dan kedermawanannya. Ia bersandar pada keimanan kepada Allah SWT dan lebih memilih untuk bekerja dan membanting tulang. Tidak berlalu hari demi hari kecuali ia tetap bekerja sehingga ia mampu untuk membekali dirinya dan melaksanakan pernikahan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Demikianlah masyarakat Islam terbentuk dan menampakkan identitasnya berdasarkan cinta, kebebasan, musyawarah, dan jihad. Pekerjaan menurut Islam bukan suatu penderitaan untuk mendapatkan roti atau potongan daging sebagaimana dikatakan peradaban kita masa kini, tetapi pekerjaan dalam Islam melebihi ruang lingkup materi ini dan menuju puncak yang lebih tinggi:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Dan katakanlah: 'Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang muhmin akan melihat pekerjaanmu itu. " (QS. at-Taubah: 105)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kesadaran bahwa apa yang kita kerjakan akan dilihat oleh Allah SWT menjadikan perkerjaan itu mendapat cita rasa yang lain. Yaitu suatu rasa yang melampaui nikmatnya memakan roti dan daging. Setelah bekerja, datanglah cinta. Cinta dalam Islam bukan hanya perasaan yang menetap dalam hati dan tidak diwujudkan oleh suatu perbuatan; cinta dalam Islam merupakan langkah harian yang akan mengubah bentuk kehidupan di sekitar manusia menuju yang lebih tinggi dan mulia.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Seorang Muslim mencintai Tuhannya Pencipta alam semesta dan mencintai Rasulullah saw dan mencintai kaum Muslim dan orang-orang yang berdamai dengan orang-orang Muslim, meskipun keyakinan mereka berbeda dengannya. Bahkan seorang Muslim mencintai makhluk secara keseluruhan: ia mencintai anak-anak, hewan, bunga, pasir dan gunung bahkan benda-benda mati pun mendapat cinta dari seorang Muslim. Seorang Muslim jika dia benar-benar seorang Muslim akan merasakan dnta yang dialami oleh Nabi Daud terhadap alam dan lingkungan di sekitarnya. Ini adalah perasaan sufi yang tinggi. Seorang Muslim akan mewarisi cinta yang sebenarnya seperti yang diwarisi Nabi Isa terhadap lingkungan yang baik yang ada di sekitarnya di mana ketika Nabi Isa melihat tubuh anjing yang mati, maka Nabi Isa tidak melihat selain keputihan giginya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Demikianlah cinta yang tersebar dalam kehidupan kaum Muslim di mana cinta itu pun tertuju kepada binatang dan benda-benda mati. Cinta demikian ini tidak akan terwujud dengan suatu keputusan dan tidak ditetapkan dengan suatu undang-undang, tetapi cinta itu datang biasanya akibat dari kepuasaan akal dan hati dengan adanya kepemimpinan besar yang hati cenderung kepadanya dan akal mengambil darinya. Dan yang dimaksud dengan kepemimpinan besar tersebut adalah keberadaan sang Nabi. Beliau adalah cermin terbesar dari tingkat cinta yang tertinggi. Beliau adalah seorang yang paling banyak berbuat demi Islam dan paling banyak sedikit mengharapkan balasan darinya. Meskipun beliau seorang pemimpin namun beliau hidup dalam kesederhanaan. Beliau adalah seorang tentara yang paling sederhana. Tempat tidurnya bersih tetapi kasar, dan rumahnya tidak menampakkan kesibukan yang di dalamnya memasak berbagai macam hidangan. Beliau justru menyiapkan hidangan yang sangat sederhana. Makanan utama beliau adalah roti kering yang dicampur dengan minyak. Keinginan besar beliau adalah tersebarnya dakwah Islam.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kaum Muslim menyadari bahwa kesempurnaan Islam tidak akan terwujud kecuali ketika cinta Allah SWT dan Rasul- Nya lebih didahulukan daripada cinta diri sendiri, cinta kepada wanita, cinta kepada anak, kepentingan, kekuasaan, kehidupan, dan apa saja yang tidak ada hubungannya dengan Allah SWT dan Rasul-Nya. Demikianlah kaum Muslim sangat mencintai pemimpin mereka lebih dari kehidupan pribadi mereka. Di samping pekerjaan dan cinta tersebut, didirikanlah pemerintahan Islam yang berdasarkan kaidah-kaidah kebebasan, musyawarah dan jihad.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kebebasan dalam Islam bukan sekadar perhiasan yang dilekatkan kepada tubuh Islam tetapi ia merupakan tenunan dari sel-sel yang hidup itu. Allah SWT telah membebaskan kaum Muslim dari penyembahan selain dari-Nya. Dengan demikian, runtuhlah semua belenggu yang hinggap di atas akal, hati, dan masyarakat. Seorang Muslim memiliki—dalam Islam—suatu kebebasan yang diberikan kepadanya agar ia melihat sesuatu dengan akalnya dan mendebat segala sesuatu dengan akalnya. Dan hendaklah ia merasa puas dengan sesuatu yang dapat menenteramkan hatinya. Kebebasan dalam Islam bukan kebebasan mutlak yang menjurus kepada anarkisme dan diskriminasi tetapi kebebasan dalam Islam adalah kebebasan yang bertanggung jawab.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Dalam ruang lingkup nas-nas yang pasti yang terdapat dalam Al-Qur'an atau sunah tidak ada kebebasan di hadapan orang Muslim selain kebebasan untuk berlomba-lomba untuk menerapkan apa yang mereka pahami. Selain itu, seorang bebas sampai tidak terbatas, dan pintu ijtihad tetap terbuka sampai tidak ada batasnya, karena pintu ijtihad adalah akal dan menutup pintu ijtihad yakni menutup akal dan itu berarti akan membawa kematian baginya. Islam tidak menerima orang-orang yang mati akalnya atau menga-lami kemunduran; Islam pada hakikatnya memperlakukan manusia dari sisi akal dan hati.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah meng-hendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir." (QS. al-Anfal: 7)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Orang-orang Islam karena kekafiran mereka dan kebutuhan mereka serta situasi ekonomi yang memburuk, mereka ingin bertemu dengan pasukan yang tidak bersenjata; mereka ingin bertemu dengan kafilah yang kaya, bukan pasukan yang bersenjata; mereka membutuhkan harta untuk menyebarkan dakwah. Namun Allah SWT menginginkan mereka dengan keadaan seperti itu agar mereka berhadapan dengan pasukan kafir dan agar mereka mampu memutus tali kekuatan orang-orang kafir sehingga kebenaran akan menang.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Keluarlah orang-orang Muslim dalam peperangan Badar dengan membayangkan bahwa mereka akan mendapatkan keuntungan dan kesenangan dengan banyak mengambil ganimah. Namun Allah SWT menginginkan terjadinya peperangan yang berat, di mana itu berakibat pada jatuhnya tokoh-tokoh kaum kafir Mekah sebagai korban darinya dan agar Madinah dapat menahan penderitaan dan kefakiran yang dialaminya. Seharusnya pengikut Islam tidak membayangkan untuk mengambil keuntungan tetapi ia justru harus memberi kepadanya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Nabi mengetahui sebagai pemimpin pasukan ia harus mengingatkan pasukannya bahwa mereka akan menemui kesulitan dan penderitaan, dan bukan masalah sepele seperti yang mereka bayangkan. Nabi bermusyawarah dengan sahabat-sahabat. Beliau berbincang-bincang dengan Abu Bakar Shidiq, Umar bin Khattab, dan Miqdad bin Amr. Lalu mereka semua sepakat untuk terus melakukan peperangan apa pun hasilnya dan apa pun pengorbanan yang harus dilakukan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian Rasulullah saw berkata: "Wahai para sahabat, tunjukkanlah diri kalian." Rasulullah saw mengisyaratkan kepada kaum Anshar. Rasulullah saw khawatir jika mereka memahami bahwa baiat yang terjadi di antara mereka yang berisi agar mereka melindungi beliau jika beliau diserang di Madinah saja, dan memang pasal-pasal dari baiat itu mendukung hal itu. Tidakkah mereka mengatakan kepada beliau: "Ya Rasulullah, kami tidak akan bertanggung jawab kepadamu sehingga engkau sampai di negeri kami. Jika engkau sampai di negeri kami, maka kami akan bertanggung jawab untuk melindungimu."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Mayoritas pasukan terdiri dari orang-prang Anshar, maka Rasulullah saw ingin mengetahui keputusan mayoritas tentara sebelum dimulainya peperangan. Kaum Anshar mengetahui bahwa Rasul saw ingin mengetahui pendapat kaum Anshar. Oleh karena itu, Sa'ad bin 'Auf berkata: "Demi Allah, seakan-akan engkau menginginkan kami ya Rasulullah." Nabi menjawab, "benar." Kemudian kaum Anshar menyatakan apa yang mereka rasakan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Mendengar pernyataan kaum Anshar itu hilanglah kekhawatiran dan ketakutan Nabi, bahkan beliau bergembira dan wajahnya berseri-seri. Rasulullah saw telah mendidik mereka berdasarkan Islam dan Islam tidak mengenal pasal-pasal perjanjian namun ia justru tenggelam dalam esensinya dan kedalamannya yang jauh. Kaum Anshar meyakinkan Nabi bahwa mereka benar-benar beriman kepadanya, mencintainya dan akan mendengarkan apa saja yang beliau katakan serta akan benar-benar menaati beliau.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sa'ad bin Mu'ad berkata: "Ya Rasulullah, lakukanlah apa yang engkau inginkan dan kami akan bersamamu. Demi Zat yang mengutusmu dengan kebenaran, seandainya engkau membelah lautan lalu engkau menyelam di dalamnya niscaya kami akan menyelam bersamamu dan tidak ada seseorang pun di antara kami yang akan meninggalkanmu." Demikianlah keteguhan kaum Anshar. Kalimat tersebut menetapkan peperangan paling penting dan paling berbahaya dalam sejarah Islam.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Perasaan kaum Anshar dan Muhajirin dalam pasukan Rasul saw sangat berbeda dengan perasaan Nabi Musa ketika mereka mengatakan kepadanya, "pergilah engkau wahai Musa bersama Tuhanmu dan berperanglah, sesungguhnya kami di sini hanya duduk-duduk saja." Namun kaum Muslim menyatakan bahwa seandainya Rasul saw memerintahkan mereka untuk melalui lautan dengan berjalan kaki di atas ombaknya niscaya mereka akan melakukan hal itu walaupun berakibat pada tenggelamnya mereka dan kematian mereka dan tak seorang pun yang akan menentang perintah Rasul saw tersebut.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Akhirnya, kaum Muslim bersiap-siap untuk memasuki kancah peperangan lalu mereka membuat kemah-kemah yang di situ ditentukan tempat peristirahatan dan pergerakan tentara Islam. Tempat itu ditentukan oleh Rasul saw. Allah SWT membiarkan Rasul-Nya melakukan kesalahan dalam memilih tempat sehingga itu akan dapat menjadi pelajaran bagi kaum Muslim dalam kaidah umum dari kaidah-kaidah peperangan yaitu sikap pemimpin pasukan untuk mengambil suatu kebijakan yang penting yang berdasarkan pengalaman. Kemudian datanglah Habab bin Mundzir kepada Rasulullah saw dan bertanya kepadanya, "apakah tempat yang kita jadikan sebagai pusat pergerakan tentara kita merupakan pilihan dari Allah SWT dan Rasul-Nya hingga kita tidak dapat mendahuluinya dan mengakhirinya yakni kita tidak dapat memberikan pendapat kita ataukah itu hanya masalah yang bersifat tehnik yakni itu terserah pada pendapat kita dan sesuai kebijakan saat perang dan ia merupakan tipu daya semata?"</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Rasulullah saw berkata: "Tetapi itu adalah pendapat pribadi, peperangan, dan tipu daya." Habab berkata: "Ya Rasulullah ini adalah tempat yang tidak tepat." Sahabat yang sarat pengalaman ini memilih tempat di mana pasukan Madinah dapat minum darinya sedangkan pasukan Mekah tidak dapat mengambil darinya. Kemudian berpindahlah pasukan Muslim menuju tempat yang telah ditentukan oleh pengalaman militer.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sampailah pasukan Mekah di mana jumlah mereka mendekati seribu tentara dan mereka akan berhadapan dengan tiga ratus tujuh belas pasukan Muslim. Pasukan Quraisy berada di tempat yang jauh dari lembah.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pasukan kafir terdiri dalam perang Badar dari pemuka-pemuka Quraisy dan pahlawan-pahlawan mereka, sedangkan pasukan Muslim terdiri dari keluarga-keluarga, ipar-ipar dan keluarga dekat dari pasukan kafir. Allah SWT telah menentukan agar seorang anak bertemu dengan ayahnya, saudara bertemu dengan sesama saudara dan sesama ipar bertemu di medan peperangan. Mereka semua dipisahkan dengan suatu prinsip di mana mereka ditentukan oleh pedang. Akhirnya, peperangan Badar pun terjadi dan kaidah utama adalah kaidah persaudaraan sesama Muslim. Dan ketika pasukan Muslim berpegang teguh di atas dasar Islam, maka pasukan kafir mulai terpecah belah namun keadaan tersebut mereka sembunyikan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Lalu 'Utbah bin Rabi'ah berbicara di tengah-tengah pasukan Mekah dan mengajak mereka untuk menarik kembali dari peperangan. 'Utbah memberikan pernyataan sesuai dengan tuntutan akal sehat, "wahai orang-orang Quraisy demi Allah, jika kalian harus memerangi Muhammad, maka kalian akan menyesal karena kita berhadapan dengan saudara-saudara kita sendiri. Boleh jadi kita akan membunuh anak paman kita, atau salah seorang dari kerabat kita. Mengapa kalian tidak membiarkannya saja?"</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kalimat yang rasional tersebut cukup menggoncangkan pasukan Mekah. Sebagian tentara merasa puas dengan pernyataan tersebut karena mereka melihat bahwa tidak ada gunanya peperangan itu. Namun kebohohan justru memadamkan kalimat yang rasional itu. Abu Jahal menuduh bahwa yang mengucapkan kata-kata adalah orang yang penakut. Kemudian Abu Jahal lebih memilih pendapatnya untuk menetapkan terus memerangi kaum Muslim.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pemimpin pasukan kafir yaitu Abu Jahal mengetahui bahwa Muhammad tidak pernah berbohong. Kitab-kitab sejarah menceritakan bahwa Akhnas bin Syuraif menyendiri dalam perang Badar bersama Abu Jahal sebelum terjadinya peperangan tersebut dan bertanya kepadanya, "wahai Abul Hakam, tidakkah engkau melihat bahwa Muhammad pernah berbohong? Abul Hakam menjawab: "Bagaimana mungkin ia berbohong atas Allah, sedangkan kami telah menamainya al-Amin (orang yang dapat dipercaya)." Peperangan tersebut bukan sebagai usaha untuk mendustakan Rasul saw tetapi itu hanya semata-mata untuk menjaga kepentingan-kepentingan sesaat dan keadaan ekonomi. Demikianlah orang-orang kafir mempertahankan nilai yang paling rendah yang ada di muka bumi yang juga dipertahankan oleh binatang, sementara kaum Muslim justru mempertahankan nilai yang paling tinggi di bumi dan di langit yang ikut serta di dalamnya para malaikat.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian datanglah waktu malam menyelimuti dua kubu. Tiga ratus tentara yang mukmin sudah bersiap-siap dan mendekati seribu tentara musyrik. Orang-orang musyrik datang dengan menunggangi tunggangan mereka dan tampak mereka memiliki persenjataan yang lengkap, sedangkan setiap orang Muslim datang di atas satu kendaraan. Pakaian yang dipakai orang-orang musyrik tampak masih baru dan pedang-pedang mereka tampak mengkilat serta baju besi yang mereka gunakan sangat unggul dan kuat. Alhasil, mereka memiliki persiapan yang sangat mengagumkan sedangkan pakaian yang dipakai orang-orang Muslim tampak sudah usang dan pedang-pedang kuno pun mereka gunakan dan baju besi yang mereka gunakan tampak tidak sempurna. Nabi melihat keadaan pasukannya lalu hati beliau tampak sedih melihat pasukan tersebut. Beliau berdoa kepada Tuhannya: "Ya Allah, Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang lapar, maka kenyangkanlah mereka. Ya Allah, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang tanpa alas kaki, maka tolonglah mereka. Ya Allah, Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang tidak berpakaian, maka berilah mereka pakaian."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian rasa kantuk menghinggapi mata kedua pasukan lalu mereka beristirahat di tengah-tengah malam. Jatuhlah hujan kecil yang membuat tempat itu basah sehingga kelembaban mengitari kaum Muslim. Hujan tersebut membasuh tanah perjalanan dan menghilangkan debu-debu kepayahan serta menyucikan hati dan membangkitkan kepercayaan atas kemenangan dari Allah SWT.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteram dari-Nya, dan Allah menurunkan hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan setan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu)." (QS. al-Anfal: 11)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Datanglah waktu pagi di Badar lalu kaum Quraisy mulai menyerang, lalu Nabi memerintahkan pasukan Muslim untuk bertahan. Rasulullah saw bersabda: "Jika musuh mengepung kalian, maka usirlah mereka dengan panah dan janganlah kalian menyerang mereka sehingga kalian diperintahkan."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Demikianlah ketetapan militer yang sangat jitu yang berarti hendaklah kaum Muslim membentengi mereka di tempat-tempat mereka agar orang-orang musyrik mendapatkan kerugian dari serangan yang mereka lakukan. Kita mengetahui dari ilmu militer saat ini bahwa seorang yang menyerang memerlukan tiga atau tiga kali lipat dari jumlah yang biasa dilakukan sehingga serangannya betul-betul efektif; kita mengetahui bahwa jumlah pasukan musyrik tiga kali lipat dibandingkan dengan tentara Muslim. Kaum musyrik dilihat dari segi jumlah sangat memadai untuk memenangkan peperangan, dan persenjataan mereka lebih lengkap dari persenjataan kaum Muslim. Jumlah hewan yang mereka miliki pun sama dengan jumlah mereka, sedangkan tiap tiga orang Muslim berperang di atas satu tunggangan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Keadaan saat itu sangat menguntungkan kaum musyrik. Tanda-tanda kemenangan tampak menyertai bendera kaum musyrik, tetapi kemenangan peperangan bukan karena kebesaran jumlah pasukan dan persenjataan yang lengkap. Terkadang peperangan justru dimenangkan oleh unsur spiritual yang tidak kelihatan. Spiritualitas tentara dan keimanannya tentang persoalan yang dipertahankannya serta keinginannya untuk mendapatkan dua kebaikan: kemenangan atau kematian dan hasratnya yang tinggi untuk meneguk madu syahadah, semua itu dapat mengubah seorang tentara menjadi makhluk yang tidak terkalahkan. Boleh jadi ia akan merasakan kematian tetapi jauh dari kekalahan. Demikianlah keadaan pasukan Muslim.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sementara itu debu-debu berterbangan di atas kepala pasukan yang bertempur dan kaum Muslim mencurahkan tenaga yang keras dalam peperangan itu. Ketika dua pasukan saling bertemu dan bertempur, Nabi saw melihat mereka, lalu Nabi saw menyaksikan pasukannya terjepit. Pasukan yang berjumlah sedikit dengan persenjataan yang tidak lengkap itu kini ditekan oleh orang kafir. Dalam keadaan demikian, Nabi saw meminta pertolongan kepada Tuhannya: 'Ya Allah, kirimkanlah bantuan dan pertolongan-Mu. Ya Allah, wujudkanlah janji-Mu kepadaku. Ya Allah, jika kelompok ini dihancurkan, maka Engkau tidak akan disembah setelahnya di muka bumi." Renungkanlah, bagaimana kesedihan Nabi saat terjadi peperangan itu. Oleh karena itu, kita dapat memahami mengapa Nabi saw meminta agar pasukannya dimenangkan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pemimpin pasukan tertinggi Muhammad bin Abdillah keluar berperang di jalan Allah SWT dan saat ini kematian sedang mengitari kaum Muslim, lalu apa yang dipikirkan oleh Nabi saw pada keadaan yang sulit tersebut? Pemikiran Nabi saw melebihi hal yang sekarang dan menuju pada hal yang akan datang, dan yang menjadi fokus Nabi adalah penyembahan Allah SWT di muka bumi: "Ya Allah, jika kelompok ini dihancurkan, maka Engkau tidak akan disembah setelahnya di muka bumi."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Nabi tidak terlalu mengkhawatirkan kehancuran kaum Muslim karena Nabi justru mengkhawatirkan sesuatu yang lebih besar dari itu. Yang beliau khawatirkan adalah penyembahan kepada Allah SWT akan berhenti di muka bumi. Oleh karena itu, Nabi meminta tolong kepada Tuhannya dan mengingatkan kembali kepada Tuhannya dan Allah SWT lebih tahu dari hal itu. Kemudian turunlah bala tentara malaikat yang dipimpin oleh Jibril.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankankan-Nya bagimu: 'Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.' Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. al-Anfal: 9-10)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Setelah itu Nabi saw menghampiri sahabat Abu Bakar dan berkata: "Sampaikan berita gembira wahai Abu Bakar, sesungguhnya telah datang kepadamu bantuan dari Allah SWT."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Turunnya para malaikat merupakan cara untuk meneguhkan kaum Muslim dan berita gembira kepada mereka. Mukjizat itu bukan terletak pada penyertaan para malaikat dalam peperangan, namun melalui nas-nas ditegaskan bahwa peranan malaikat tidak lebih dari sekadar membawa berita gembira dan memberikan dukungan moril serta memenuhi hati dengan ketenangan. Kami kira bahwa Allah SWT ingin agar para malaikat menyaksikan manusia-manusia malaikat yang mempertahankan akidah tauhid.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Demikianlah Allah SWT mewahyukan kepada malaikat bahwa Dia bersama mereka. Oleh karena itu, hendaklah orang-orang yang beriman merasa tenang dan kebenaran akan tertancap pada hati mereka sedangkan orang-orang kafir pasti akan merasakan ketakutan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: 'Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman.' Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka. (Ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya; dan barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Allah amat keras siksaan-Nya. Itulah (hukum dunia yang ditimpakan atasmu), maka rasakanlah hukuman itu. Sesungguhnya bagi orang-orang yang kafir itu ada (lagi) azab neraka." (QS. al-Anfal: 12-14)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Lalu orang-orang kafir pun mengalami kekalahan. Setelah peperangan itu, terbunuhlah tujuh puluh kafir dan tujuh puluh tawanan dari mereka dan sebagian pasukan melarikan diri. Runtuhlah tokoh-tokoh kebencian dan kelaliman di peperangan tersebut. Hancurlahlah Abu Jahal, pemimpin pasukan, dan pahlawan-pahlawan Mekah kini terkapar.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Rasulullah saw berdiri di depan bangkai-bangkai orang-orang kafir dan berkata: "Wahai Utbah bin Rabi'ah, wahai Syaibah bin Rabi'ah, wahai Umayah bin Khalf, wahai Abu Jahal bin Hisam, apakah kalian menemukan apa yang dijanjikan oleh tuhan kalian kepada kalian. Sungguh aku telah menemukan apa yang dijanjikan Tuhanku." Orang-orang Muslim berkata: "Ya Rasulullah, apakah engkau memanggil kaum yang sudah mati?" Rasulullah berkata: "Kalian tidak mengetahui apa yang aku katakan kepada mereka, tetapi mereka tidak mampu menjawab perkataanku." Rasulullah saw tinggal tiga malam di Badar kemudian beliau kembali ke Madinah. Di depan beliau terdapat tawanan-tawanan perang dan ganimah.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kaum Muslim sangat menanggung beban berat dengan banyaknya tawanan perang. Mula-mula Rasulullah saw bermusyawarah dengan sahabat Abu Bakar dan Umar. Abu Bakar berkata: "Ya Rasulullah, mereka adalah keturunan dari saudara-saudara dan keluarga, dan aku melihat lebih baik engkau mengambil fidyah (tebusan) dari mereka sehingga apa yang engkau ambil tersebut merupakan kekuatan bagi kita terhadap orang-orang kafir, dan mudah-mudahan Allah SWT memberi petunjuk kepada mereka sehingga mereka menjadi tulang punggung kita."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian Rasulullah saw menoleh kepada Umar bin Khattab sambil berkata, "bagaimana pendapatmu wahai Ibnul Khattab?" Lelaki itu berkata: "Demi Allah, aku tidak sependapat dengan apa yang dikatakan Abu Bakar tetapi aku berpendapat, seandainya aku mampu untuk bertemu dengan salah seorang kerabatku, maka aku akan memukul lehernya, dan seandainya Ali mampu bertemu dengan keluarganya, maka ia pun akan memukul lehernya begitu Hamzah sehingga Allah SWT mengetahui bahwa tidak ada di hati kita kelembutan kepada kaum musyrik."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pasukan Madinah dan pasukan Mekah terdiri dari keluarga-keluarga yang terikat hubungan kekerabatan, namun kehendak Allah SWT menetapkan terjadinya peperangan sesama keluarga: antara anak dan orang tuanya. Umar menginginkan agar keadaan demikian terus berlanjut sehingga orang-orang musyrik mengetahui bahwa Islam tidak ingin berdamai. Kemudian Selesailah urusan itu dan terjadi peperangan di jalan Allah SWT dan mengangkat senjata dan berperang adalah suatu kewajiban yang tiada keraguan di dalamnya. Nabi saw menoleh kepada kaum Muslim dan mendapati sebagian besar mereka cenderung kepada pendapat Abu Bakar. Nabi saw mengikuti pendapat mayoritas saat itu. Pendapat mayoritas salah dan hanya Umar yang benar.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Ini adalah peperangan pertama yang dilalui oleh Islam. Hendaklah kaum Muslim harus meninggalkan dorongan kemanusiaan mereka, yakni orang-orang kafir harus dibunuh agar musuh-musuh Allah SWT mengetahui bahwa Islam telah memilih darah. Allah SWT telah mendukung Umar bin Khattab dalam Al-Qur'an sehingga Nabi saw dan Abu Bakar menangis ketika keduanya menyadari kesalahan mereka pada hari berikutnya, lalu Umar memergoki mereka dalam keadaan menangis dan ia bertanya, "apa yang menyebabkan Rasulullah saw dan temannya di gua menangis?" Kemudian Rasulullah saw membaca Al-Qur'an:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Tidak patut bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena tebusan yang hamu ambil." (QS. al-Anfal: 67-68)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kedua ayat itu mengatakan bahwa ini bukan saatnya melindungi para tawanan dan berusaha untuk menebus mereka. Waktu Demikian belum saatnya. Nabi tidak berhak memiliki tawanan kecuali jika ia telah melakukan banyak peperangan dan banyak berjihad dan telah banyak membunuh dan dakwahnya telah mapan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kedua ayat tersebut menyingkap tujuan di balik penebusan tawanan: "Kamu menghendaki harta benda duniawi sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu)."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Demikianlah pemikiran yang mempertimbangkan keadaan-keadaan aktual yang sulit. Itu adalah pemikiran yang bersifat taktik sebagaimana yang kita ungkapkan dalam istilah modern dan bukan pemikiran yang bersifat strategis. Kemudian para tawanan tersebut bukan tawanan biasa tetapi menurut istilah modern mereka adalah penjahat-penjahat perang. Oleh karena itu, nyawa mereka harus ditumpahkan saat mereka dapat ditangkap, meskipun mereka memiliki kekayaan yang banyak atau kedudukan yang tinggi. Islam tidak mengakui kekayaan atau kedudukan, yang diakuinya adalah keimanan, sedangkan pertimbangan-pertimbangan duniawi lainnya tidak dihiraukan oleh Islam.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Nas Al-Qur'an memperingatkan orang-orang yang menang bahwa kesalahan mereka bisa berakibat pada datangnya siksaan yang bakal mereka terima tetapi Allah SWT mengampuni mereka dan menurunkan rahmat-Nya: "Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena tebusan yang kamu ambil."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Siksaan tersebut memang lebih dekat daripada pohon yang dekat ini, kemudian Allah SWT mengampuni mereka dan Allah SWT mengampuni sahabat-sahabat yang terjun di perang Badar, baik dosa yang lalu maupun dosa mereka yang akan datang. Demikianlah Al-Qur'an ingin mendidik kaum Muslim agar mereka tidak banyak mempertimbangkan urusan manusiawi saat berperang. Jadi, Islam memulai peperangannya yaitu peperangan yang hanya ditujukan kepada Allah SWT dan hendaklah peperangan tersebut dihilangkan dari pertimbangan-pertimbangan yang sulit sehingga sahabat-sahabat Nabi mengetahui bahwa kecenderungan kepada kesenangan duniawi akan berakibat pada kekalahan mereka.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Dalam peperangan Uhud jumlah kaum musyrik tiga ribu sedangkan jumlah kaum Muslim tiga ratus pasukan setelah pemimpin orang-orang munafik Abdullah bin Saba' mengundurkan diri pasukan. Kaum Muslim diletakkan di gunung dan Rasulullah saw membuat rencana yang jitu untuk memenangkan pertempuran di mana beliau membagi pasukan pemanah di puncak gunung untuk melindungi punggung kaum Muslim dan melinduingi mereka dari serangan dari arah belakang. Rasulullah saw memberi pengertian kepada pasukan panah itu agar mereka tetap di tempatnya baik kaum Muslim menang maupun kalah. Yakni bahwa pasukan pemanah tidak boleh turun dari gunung dan meski berusaha untuk melindungi kaum Muslim. Rasulullah saw berkata kepada mereka. "lindungilah punggung-punggung kami. Jika kalian melihat kami sedang bertempur, maka kalian tidak usah turun darinya dan tidak usah menolong kami, dan jika kalian melihat kami memperoleh kemenangan dan mengambil ganimah, maka kalian tidak boleh ikut serta bersama kami."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Setelah membuat keputusan tersebut, Rasulullah saw kembali ke pasukan yang lain, lalu beliau membikin suatu rencana untuk menyerang. Dan Dimulailah peperangan kemudian pasukan Islam mendorong pasukan musyrik laksana angin yang kencang yang memporak-porandakan ribuan kaum musyrik. Pada tahapan pertama pasukan Islam tampak menguasai medan dan berhasil menyapu kaum musyrik sehingga pasukan Mekah tampak berputus asa meskipun mereka unggul secara bilangan dan meskipun mereka memiliki kuatan persenjataan yang lengkap, pasukan Mekah justru dikagetkan dengan ketangguhan pasukan Muslim yang dapat memukul mundur mereka hingga mereka membayangkan balwa mereka tidak dapat memenangkan peperangan atau dapat bertahan di hadapan pasukan Muslim.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Debu-debu peperangan mulai berterbangan yang menyertai tanda-tanda kekalahan pasukan Mekah. Sementara itu, para pemanah yang diletakkan Rasulullah saw di suatu tempat yang strategis berpikir untuk memperoleh ganimah. Pasukan Mekah telah kalah dan mereka telah melarikan diri dari pasukan Muslim, maka bagaimana seandainya para pemanah turun dari tempat mereka untuk mengumpulkan harta rampasan dan ganimah. Rasulullah saw telah mengingatkan mereka agar jangan meninggalkan tempat mereka, apa pun yang terjadi tetapi pasukan pemanah itu justru berkhianat dan menentang perintah Nabi saw setelah mereka membayangkan bahwa peperangan telah selesai dan keuntungan akan diperoleh pasukan Madinah yang beriman.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pasukan pemanah mengira bahwa Allah SWT akan menutupi kesalahan mereka dan akan melindungi mereka sehingga mereka berhasil mengambil harta rampasan dan ganimah. Sungguh keikhlasan telah tercabut dari hati sebagian pasukan. Belum lama hal tersebut berlangsung sehingga terjadilah perubahan yang drastis pada peperangan. Pemimpin pasukan berkuda musyirik dalam peperangan Uhud yaitu Khalid bin Walid yang kemudian ia menjadi tokoh Muslim adalah orang yang sangat jenius dalam peperangan. Begitu ia melihat pasukan pemanah lari dari tempat mereka, maka ia melihat celah yang terbuka di tengah-tengah kaum Muslim, sehingga ia segera memutarkan kudanya dan disertai pasukan yang mengikutinya. Kemudian ia menyerang kaum Muslim dari belakang. Serangan yang dilakukan Khalid itu sangat cepat dan sangat mengejutkan. Orang-orang musyrik mengambil kesempatan emas. Mereka yang tadinya lari, kini mereka menarik diri dan justru menyerang kembali.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pasukan Muslim dikepung dari dua arah oleh pasukan berkuda: satu dari belakang dan yang lain dari depan. Kemudian berjatuhanlah korban-korban dari pasukan Muhammad bin Abdillah. Banyak di antara mereka yang mati sebagai syahid saat mempertahankan dan melindungi Rasulullah saw, bahkan sang Nabi pun hidungnya terluka dan giginya pun runtuh dan kepala beliau yang mulia terluka sehingga beliau mengucurkan darah.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian tersebarlah isu bahwa Muhammad saw telah meninggal. Ketika mendengar itu, kaum Muslim sangat terpukul dan sangat sedih sehingga kaum Muslim pun terpecah-pecah. Sebagian mereka kembali ke Mekah dan sekelompok yang lain ke atas gunung dan mereka tetap menjaga Nabi saw yang mulia. Ketika mendengar kematian Nabi, Anas bin Nadhir berkata kepada kaumnya: "Bangkitlah kalian dan matilah seperti kematiannya. Apa yang kalian lakukan setelah kalian hidup sesudahnya."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pasukan Muslim tetap bertahan dan melakukan peperangan, lalu tekanan kaum musyrik semakin berat kepada Nabi saw dan para sahabatnya. Kemudian terjadilah kejadian yang paling sulit dalam sejarah umat Islam. Nabi saw berteriak saat melihat kaum musyrik menekannya dan berusaha membunuhnya: "Barangsiapa yang dapat mengusir mereka dariku, maka baginya surga."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Mendengar perkataan itu, kaum Muslim segera mengitari Nabi saw dan melindungi beliau sehingga banyak dari mereka berguguran sebagai syahid. Bahkan sahabat-sahabat Abu Juanah melindungi Nabi saw sampai-sampai punggungnya dipenuhi dengan anak-anak panah. Ia bagaikan baju besi yang dipakai kepada Nabi saw dan ia tetap kokoh melindungi sang Nabi saw. Kemudian berubahlah keadaan karena keteguhan dan keberanian yang diperlihatkan oleh kaum Muslim. Pasukan Mekah merasa puas dan mereka memilih untuk menarik diri. Saat itu orang-orang Quraisy tidak lebih sedikit penderitaannya daripada orang-orang Muslim.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Setelah peperangan yang dahsyat itu, kaum musyrik menarik diri setelah mereka berhasil membunuh beberapa orang Muslim, bahkan mereka berhasil melukai pemimpin pasukan yaitu sang Nabi saw. Semua itu terjadi karena satu kesalahan yaitu kesalahan terletak pada penentangan dan pembangkangan para pemanah terhadap perintah sang Rasul saw dan usaha mereka untuk meninggalkan tempat mereka.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Ketika sebagian kelompok dari sahabat kehilangan pengorbanan dan kehilangan sikap ikhlas dalam hati mereka, maka kesalahan tersebut harus dibayar oleh tentara yang paling berani dan mulia di antara mereka yaitu sang Nabi saw. Langit tidak ikut campur untuk menyelamatkan pasukan Islam itu. Kesalahan kaum Muslim itu harus dibayar oleh Rasul saw di mana wajah beliau pun terluka bahkan keluar darah yang cukup deras dari luka beliau sehingga setiap kali dituangkan air di atas luka itu, maka darah pun semakin deras mengucur. Darah itu tidak berhenti kecuali setelah dibakarkan potongan tembikar lalu dilekatkan di atasnya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Luka beliau bukan hanya bersifat materi tetapi luka spiritual beliau dan ruhani beliau pun semakin bertambah. Ini beliau rasakan ketika mendengar bahwa pamannya Hamzah gugur sebagai syahid dan tidak cukup dengan itu, bahkan istri Abu Sofyan yaitu Hindun membelah perutnya dan mengeluarkan jantungnya serta mengunyahnya dengan mulutnya. Semua itu semakin menambah kesedihan sang Nabi.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kaum Quraisy menguasi pasukan Muslim dan mereka memberlakukan dan menekan kaum Muslim secara aniaya. Seandainya bukan karena rahmat Allah SWT niscaya kaum Muslim akan mengalami kekalahan yang telak. Kemudian turunlah dalam Al-Qur'an al-Karim ayat-ayat yang mendidik kaum Muslim agar mereka benar-benar ikhlas dan memahamkan mereka bahwa kekalahan mereka sebagai akibat dari adanya pasukan di antara mereka yang menginginkan dunia meskipun di antara mereka ada sebagian yang menginginkan akhirat. Jika terjadi demikian, maka tidak adajalan untuk memperoleh kemenangan. Ini bukanlah hal yang diinginkan oleh pasukan Muslim, yang diharapkan adalah hendaklah semua pasukan tertuju untuk mencapai ridha Allah SWT dan hanya mengharapkan akhirat. Jika demikian halnya, maka Allah SWT akan memberi mereka dunia dan akhirat.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Allah SWT berfirman dan menceritakan peperangan Uhud dalam surah Ali 'Imran:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Di antaramu ada orang yang menghendahi dunia dan di antara kamu ada orangyang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu; dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman." (QS. Ali 'Imran:: 152)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Allah SWT memaafkan hal itu. Orang-orang Muslim kini menghitung jumlah korban mereka dan mengobati orang-orang yang terluka. Rasulullah saw bertanya tentang pamannya Hamzah, dan ketika beliau mendapatinya di tengah-tengah sahabat yang gugur, dan orang-orang kafir telah merusak jasadnya, maka beliau berkata dalam keadaan menangis: "Tidak akan ada orang yang akan tertimpa sepertimu selama-lamanya."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian Nabi saw berdiri dan memuji Allah SWT lalu beliau memerintahkan untuk mengembalikan orang-orang yang terbunuh dari kaum Muslim ke tempat asal mereka di mana mereka terbunuh. Saat itu keluarga mereka telah membawanya ke kuburan kemudian Nabi saw mengumpulkan kedua orang laki-laki dari pahlawan-pahlawan Uhud dalam satu pakaian dan beliau bertanya siapa di antara keduanya yang paling banyak mengambil manfaat dari Al-Qur'an. Jika diisyaratkan kepada salah satunya, maka beliau akan mendahulukannya untuk dimasukan dalam liang lahad.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Rasulullah saw juga memerintahkan agar mereka dikebumikan dengan darah mereka dan beliau pun tidak mensalati mereka, serta tidak memandikan mereka. Allah SWT ingin memperlihatkan bagaimana mereka dibangkitkan pada hari kiamat lalu beliau bersabda: "Tiada seorang pun yang terluka di jalan Allah SWT kecuali Allah SWT membangkitkannya di hari kiamat dalam keadaan di mana Iukanya akan mengucur darah. Warna itu adalah warna darah dan baunya seperti minyak misik."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Bukanlah penderitaan yang dalam yang merupakan pelajaran yang harus dimengerti kaum Muslim dari peperangan Uhud sebagai akibat dari pembangkangan mereka dari perintah Rasul saw dan ketidaktaatan mereka kepadanya, tetapi wahyu juga menurunkan berbagai pelajaran yang lain yang dapat dimanfaatkan. Pelajaran yang terpenting setelah pelajaran kesetiaan adalah penjelasan tentang central utama yang di situ kaum Muslim berkumpul. Pribadi Rasulullah saw bukanlah markas yang di situ kaum Muslim berkumpul yang ketika pribadi Rasulullah saw yang mulia pergi karena satu dan lain hal, maka orang-orang Muslim akan pergi dan meninggalkan beliau. Tidak seharusnya pribadi Rasul saw menjadi markas atau central tetapi yang menjadi central dari semuanya adalah pemikiran beliau. Itulah yang paling penting.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Demikianlah bahwa Al-Qur'an al-Karim mencela orang-orang yang meletakkan senjatanya ketika tersebar isu terbunuhnya Nabi saw. Islam tidak akan mencapai puncaknya ketika kaum Muslim berkumpul di sisi Rasulullah saw saat beliau masih hidup namun ketika beliau terbunuh atau mati, maka mereka murtad di mana mereka membuang senjatanya dan pergi mengurusi diri mereka sendiri. Orang-orang Islam adalah orang-orang yang mengikuti prinsip bukan mengikuti pribadi. Muhammad bin Abdillah memang seorang pemimpin manusia dan Imam para rasul dan penutup para nabi, dan sebagai makhluk Allah SWT yang paling mulia, namun ini semua tidak membenarkan bahwa seorang Muslim diperbolehkan untuk meletakkan senjatanya ketika Rasul saw wahfat atau terbunuh. Hendaklah seorang Muslim memanggul senjatanya dan tidak membuang dari tangannya kecuali dalam dua keadaan: pertama ketika ia telah memperoleh kemenangan dan kedua ketika ia telah mati.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Nas Al-Qur'an menjelaskan secara gamblang hubungan kaum Muslim dengan akidah Islam, bukan dengan pribadi sang Rasul saw. Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakahjika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (tnurtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maha ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orangyang bersyukur." (QS. Ali 'Imran: 144)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Demikianlah bahwa peperangan Uhud telah membawa dampak yang luar biasa terhadap kaum Muslim, utamanya terhadap Nabi saw. Orang-orang yang terbunuh di perang Uhud adalah sahabat-sahabat yang paling mulia dan paling banyak imannya. Mereka adalah pilihan dari orang-orang Muslim yang pertama; mereka memikul beban dakwah di saat-saat yang sulit bahkan mereka harus berhadapan dan memusuhi kerabat mereka dan teman-teman mereka; mereka menjadi terasing saat menyatakan keislaman mereka sebelum hijrah dan sesudahnya; mereka telah menginfakkan harta; mereka berjuang di jalan Allah SWT; mereka telah bersabar dalam menanggung berbagai macam penderitaan, dan ketika datang saat yang paling berbahaya dan pasukan Islam telah terkepung di mana jiwa Rasul saw telah terancam, mereka justru mencurahkan darah mereka bagaikan lautan yang menenggelamkan orang-orang kafir dan mereka mampu melindungi sang Rasul saw dan mengubah jalan peperangan serta menyelamatkan akidah tauhid.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Peperangan Uhud bukanlah pengorbanan pertama yang dilakukan oleh kaum Muslim dan bukanlah merupakan peperangan yang terakhir. Ia adalah satu peperangan di antara cukup banyak peperangan yang dilalui oleh Islam untuk menyebarkan kalimat Allah SWT di muka bumi dan membimbing hamba-hamba-Nya. Begitu juga pengorbanan Rasul saw, dan peperangan Uhud bukanlah pengorbanan yang pertama terhadap Islam dan bukan juga yang terakhir. Rasulullah saw telah hidup setelah diutusnya kepada manusia di mana beliau telah memberikan semuanya untuk kehidupan dan untuk dakwah; beliau tidak memiliki dirinya sendiri; beliau tidak memboroskan waktunya dengan sia-sia bahkan beliau beristirahat sedikit saja. Semua kehidupan beliau diberikan kepada dakwah dan untuk Islam. Beliau menjalani berbagai macam peperangan dan beliau memikul berbagai macam penderitaan dan belum lama beliau lari dari suatu problem kecuali beliau berhadapan dengan problem yang baru dan lain; belum lama beliau menyelesaikan suatu krisis kecuali beliau menghadapi krisis yang lain. Demikianlah kehidupan sang Nabi saw di mana beliau selalu memberikan kontribusi dan sumbangannya demi kepentingan agama Allah SWT.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Silakan Anda mengamati kehidupan sang Rasul saw dari sudut manapun yang Anda inginkan niscaya Anda tidak akan menemukan sudut dari sudut-suduut kehidupan beliau kecuali dimulai dan dipenuhi dengan pergulatan yang hebat.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Rasulullah saw telah melalui pergulatan militer dalam berbagai macam pertempuran yang silih berganti yang beliau lakukan. Beliau memulai pergulatan politiknya yang terwujud dalam perundingan-perundingan dan surat-surat yang beliau kirimkan kepada penguasa dan para raja di berbagai negara agar mereka memeluk Islam, bahkan beliau melakukan pergulatannya dalam masalah pribadi di rumah tangga. Rumah tangga beliau pun tidak kosong dari pergulatan. Beliau adalah pejuang sejati dalam setiap waktu. Kalau kita mengenal Nabi Ibrahim sebagai seorang musafir di jalan Allah SWT, maka Muhammad bin Abdillah adalah seorang pejuang di jalan Allah SWT. Belum lama peperangan Uhud berakhir sehingga pengaruh-pengaruh buruknya berbekas pada kaum Muslim. Orang-orang Arab Badui mulai berani bersikap kurang ajar kepada mereka, demikianjuga orang-orang Yahudi, apalagi orang-orang munafik dan tidak ketinggalan orang-orang Quraisy pun mulai menyudutkan kaum Muslim.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian datanglah utusan dari kabilah Arab kepada Rasul saw dan mereka mengatakan kepada beliau bahwa mereka mendengar tentang Islam dan mereka ingin memeluknya, maka hendaklah beliau mengutus kepada mereka beberapa dai dan mubalig untuk mengajari mereka tentang dasar-dasar agama. Nabi saw mengutus bersama mereka sekelompok para dai yang dipimpin oleh 'Ashim bin Tsabit. Temyata orang-orang itu berkhianat atas para sahabat-sahabat yang berdakwah itu dan mereka pun dibunuh. Bahkan tiga di antara mereka ditawan dan dijual di Mekah. Dijualnya mereka di Mekah berarti mereka diserahkan pada kelompok orang-orang Quraisy yang telah lama menunggu untuk menangkap kaum Muslim. Kaum Quraisy Mekah membunuh tiga tawanan kaum Muslim itu. Orang-orang Muslim sangat sedih mendengar dai-dai Allah SWT itu terbunuh dengan cara yang begitu tragis.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Ketika datang kepada Nabi saw orang-orang yang minta pada beliau agar dikirim utusan dari kalangan mubaligh untuk menyebarkan Islam untuk para kabilah kaum Najd, maka Nabi kali ini betul-betul mempertimbangkan antara kepentingan menyebarkan Islam dan perlindungan terhadap kehormatan manusia. Lalu beliau memilih untuk kepentingan dakwah Islam. Beliau menyadari bahwa beliau mengutus para sahabatnya dalam bahaya; beliau memberitahu mereka bahwa mereka akan menghadapi suatu keadaan yang misterius yang tiada mengetahuinya kecuali Allah SWT. Namun bahaya tersebut sudah menjadi bagian dari cita rasa kehidupan yang selalu meliputi dakwah Islam.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Ketika Nabi saw mengutarakan kekhawatirannya terhadap para sahabatnya yang bakal diutusnya di tengah kabilah itu, orang-orang yang meminta beliau untuk mengutus para sahabatnya menyakinkan beliau bahwa mereka akan melindungi sahabat beliau. Kemudian Nabi saw memerintahkan tujuh puluh orang pilihan dari sahabatnya untuk pergi dan berjihad di jalan Allah SWT serta mengajak manusia untuk mengikuti Islam. Lalu pergilah para sahabat yang kemudian dikenal dengan sebutan al-Qurra' (yaitu orang-orang yang pandai membaca Al-Qur'an dan menghapalnya). Mereka adalah para dai yang terbaik yang diutus Nabi di mana pada siang hari mereka memikul kayu bakar dan pada malam hari mereka sibuk dalam keadaan salat. Ketika datang perintah Rasulullah saw kepada mereka untuk pergi dan berdakwah mereka pun pergi dalam keadaan gembira karena mereka diajak untuk berjihad di jalan Allah SWT. Mereka melangkahkan kaki dengan mantap di tanah orang-orang munafik dan para penghianat sehingga mereka sampai di suatu sumur yang bemama sumur Ma'unah. Kemudian mereka mengutus salah seorang di antara mereka untuk menemui pemimpin orang-orang kafir di negeri itu. Mubalig dari sahabat Rasulullah saw itu menyampaikan surat Nabi yang dibawanya di mana beliau mengharapkan agar masyarakat di situ masuk Islam, tetapi ia dikagetkan dengan adanya pisau yang menembus punggungnya. Mubaligh itu berteriak saat ia tersungkur: "sungguh aku beruntung demi Tuhan pemelihara Ka'bah."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian pemimpin orang-orang kafir itu mengangkat senjata dan mengumpulkan para kabilah untuk memerangi para mubaligh di jalan Allah SWT itu sehingga sahabat-sahabat terbaik yang berdakwah di jalan Allah SWT itu pun gugur di sumur Ma'unah. Jasad-jasad mereka menjadi makanan dari burung nasar dan burung-burung yang lain. Dari tujuh puluh orang yang dikirim itu hanya seorang yang selamat yang kembali kepada Nabi saw. Ia menceritakan apa yang dialami oleh fuqaha-fuqaha Muslimin di mana mereka dikhianati. Ketika mendengar berita tentang tragedi itu, Nabi sangat terpukul dan sedih. Kemudian beliau mengangkat kepalanya dan berkata kepada sahabat-sahabatnya: "Sungguh sahabat-sahabat kalian telah terbunuh dan mereka telah meminta kepada Tuhan mereka. Mereka mengatakan, Tuhan kami, berikanlah kami ujian sesuai dengan kehendak-Mu dan ridha-Mu. Apa saja yang menjadi kepuasan-Mu kami pun akan merasakan kepuasan."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sungguh penderitaan yang dialami oleh Islam sangat berat, terutama yang menimpa para sahabat yang gugur sebagai syahid di sumur Ma'unah. Nabi saw sangat sedih mendengar sikap orang-orang Arab dan orang-orang kafir terhadap Islam. Mereka telah mengejek dan merendahkan kaum mukmin sampai pada batas ini. Kemudian beliau menetapkan akan kembali mengangkat kewibawaan Islam dengan tindak kekerasan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Dalam keadaan seperti ini, bergeraklah orang-orang Yahudi untuk membunuh Rasulullah saw. Pada suatu hari beliau pergi ke Bani Nadhir untuk menyelesaikan suatu urusan. Kemudian mula-mula mereka menampakkan persetujuan atas apa yang diucapkan beliau. Mereka mendudukkan Nabi di bawah naungan benteng-benteng mereka, lalu mereka bersekongkol untuk melenyapkan beliau; mereka menetapkan untuk melemparkan batu yang berat dari atas benteng itu saat beliau duduk dan tidak membayangkan akan terjadinya kejahatan yang direncanakan padanya. Namun Allah SWT mengilhami Rasul-Nya akan datangnya bahaya kepada beliau, lalu beliau bangun sebelum pelaksanaan tipu daya itu. Lalu beliau segera pergi menuju rumahnya. Beliau berpikir saat beliau kembali ke rumahnya dengan membawa penderitaan yang baru. Pembangkangan dan pengkhianatan tersebut tidak akan dapat berhenti kecuali setelah Islam menunjukkan taringnya. Islam ingin mengembalikan kewibawaannya dengan cara mengangkat senjata.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Rasul saw mengutus utusan ke Bani Nadhir dan memerintahkan mereka untuk keluar dari Madinah, bahkan Rasul saw memberi waktu kepada mereka hanya sepuluh hari. Kemudian orang-orang munafik yang ada di Madinah bersatu bersama orang-orang Yahudi dan mereka sepakat untuk memerangi Islam. Namun ketika berhadapan dengan Islam, orang-orang Yahudi menelan kekalahan. Kemudian turunlah surah al-Hasyr yang menyebutkan pengusiran orang-orang Yahudi dan menyingkap kedok orang-orang munafik. Setelah kemenangan yang meyakinkan ini, Rasul saw keluar bersama sahabatnya untuk membalas kejadian yang menimpa sahabat-sahabatnya yang dikenal dengan al-Qurra' itu. Rasul saw ingin mengembalikan kewibawaan Islam. Kemudian pasukan Rasul saw itu mampu membuat para pengkhianat dari orang-orang Arab ketakutan. Hanya sekadar mendengar nama pasukan Muslim, maka serigala-serigala gurun yang dulu bengis itu pun ketakutan laksana tikus-tikus yang panik yang bersembunyi di bawah lobang-lobang gunung. Orang-orang Quraisy mendengar kegiatan pasukan Islam. Pasukan Quraisy menarik diri saat mereka mendekati Dahran, sementara pasukan Muslim berada di Badar. Mereka menunggu pertemuan yang disepakati di Uhud. Orang-orang Muslim menyala-kan api selama delapan hari sebagai bentuk tantangan dan menunggu kedatangan kaum kafir sehingga ketika mereka (kaum kafir) telah pergi, maka citra kaum Muslim pun terangkat setelah mereka menerima kepahitan dalam peperangan Uhud.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kaum Muslim menoleh ke arah utara jazirah Arab setelah menetapkan kewibawaan mereka di selatan. Kabilah di sekitar Daumatul Jandal dekat dengan Syam merampok di tengah jalan dan merampas kafilah yang berlalu di situ, bahkan kenekatan mereka sampai pada batas di mana mereka berpikir untuk menyerbu Madinah. Oleh karena itu, Rasulullah saw keluar bersama seribu orang Muslim yang mereka bersembunyi di waktu siang dan berjalan di waktu malam, sehingga setelah lima belas malam beliau sampai ke tempat yang dekat dengan tempat tinggal musuh-musuh mereka lalu mereka menggerebek tempat itu. Pasukan kafir itu dikagetkan dengan kedatangan kaum Muslim yang begitu cepat.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kita akan mengetahui bahwa alat komunikasi yang dimiliki oleh Rasulullah saw sangat unggul sebagaimana alat pertahanan beliau pun sangat unggul. Serangan mendadak yang dilakukan oleh pasukan Rasulullah saw menunjukkan bahwa mereka memiliki pertahanan yang luar biasa. Sistem pertahanan yang luar biasa sebagaimana kedatangan pasukan yang secara tiba-tiba itu menunjukkan kemampuan pasukan Islam untuk menyusup.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Demikianlah, terjadilah hari-hari pertempuran militer. Belum lama Nabi saw meletakkan baju besinya, dan beliau kembali membangun pribadi kaum Muslim sehingga beliau terpaksa kembali memakai baju besinya dan kembali berperang. Ketika musuh-musuh Islam yang berada di sekelilingnya melihat bahwa kemampuan militer mereka tidak dapat menandingi kemampuan kaum Muslim, maka mereka sengaja melakukan cara-cara baru untuk memerangi Islam. Yaitu peperangan psikologis atau peperangan urat syaraf dengan cara menyebarkan berbagai macam isu atau apa yang dinamakan Al-Qur'an al-Karim dengan peristiwa al-Ifik (kebohongan). Setelah peperangan Bani Musthaliq yaitu peperangan yang membawa kemenangan yang cepat bagi kaum Muslim, terjadilah kesalahpahaman dan pertengkaran di antara sahabat-sahabat yang biasa mengambil air di mana salah seorang mereka berteriak: "wahai kaum Muhajirin," dan yang lain berteriak: "Wahai kaum Anshar."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Peristiwa yang sangat sepele itu dimanfaatkan oleh pemimpin kaum munafik yaitu Abdullah bin Ubai. Abdullah bin Ubai memprovokasi orang-orang Anshar untuk menyerang kaum Muhajirin. Ia ingin membangkitkan luka-luka jahiliah yang lama yang telah dibuang dan telah dikubur oleh Islam, Salah satu yang dikatakan oleh Ibnu Ubai adalah, "sungguh mereka telah menyaingi kita dan mengambil kebaikan dari dan seandainya kita telah kembali ke Madinah niscaya orang-orang yang mulai akan dapat mengusir orang-orang yang hina di dalamnya."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Zaid bin Arqam menyampaikan kalimat si munafik itu kepada Nabi saw, di mana kalimat itu berisi provokasi terhadap orang-orang Anshar untuk menyerang kaum Muhajirin. Ubai menginginkan agar mereka berpecah belah dan agar kesatuan mereka runtuh. Si Munafik itu segera datang kepada Rasul saw dan menafikan apa yang dikatakannya. Orang-orang Muslim secara lahiriah membenarkan perkataan si munafik itu dan mereka justru menuduh Zaid bin Arqam salah mendengar. Tetapi hakikat peristiwa itu tidak tersembunyi dari Nabi saw sehingga peristiwa itu sangat menyedihkan beliau. Lalu beliau mengeluarkan perintah agar para sahabat pergi ke suatu tempat yang tidak biasanya mereka lalui. Kemudian beliau pergi bersama sahabat di hari itu sampai waktu malam menyelimuti mereka. Dan kini, mereka memasuki waktu pagi. Kepergian yang singkat dan tiba-tiba itu mampu menepis kebohongan yang dirancang oleh si Munafik, Abdullah bin Ubai. Yaitu kebohongan yang bertujuan untuk membakar persatuan kaum Muslim ketika ia berusaha untuk menyalakan api di tengah-tengah rumah sang Nabi saw.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Ketika Nabi masih memiliki kekuatan yang menakutkan bagi yang mencoba melawannya, maka mereka pun melakukan berbagai penipuan dan, makar. Dan salah satu yang menjadi obyek tipu daya itu adalah istri beliau, yaitu Aisyah. Alkisah, Aisyah pada suatu hari pergi untuk memenuhi hajatnya lalu dilehernya terdapat anting-anting. Setelah ia memenuhi hajatnya, anting-anting itu terjatuh dari lehernya dan ia tidak mengetahui. Ketika Aisyah kembali dari kafilah yang telah siap-siap untuk pergi, ia kembali mencari kalungnya sampai ia menemukannya. Sementara itu orang-orang yang membawanya dalam tandu (haudaj) mengira Aisyah sudah berada di dalamnya. Mereka tidak ragu dalam hal itu karena memang berat badan Aisyah sangat ringan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pasukan Nabi berjalan dan membawa tandu, sedangkan Aisyah tidak ada di dalamnya. Aisyah kembali dan tidak mendapati pasukan di mana mereka telah pergi. Aisyah merasa heran atas kepergian pasukan yang begitu cepat. Aisyah merasa takut saat ia berdiri sendirian di padang gurun. Aisyah berusaha bersikap baik, ia duduk di tempatnya di mana di situlah untanya duduk juga. Aisyah melipat-lipat pakaiannya sambil berkata dalam dirinya: Mereka akan mengetahui bahwa aku tidak ada dan karena itu mereka akan kembali mencariku dan akan menemukan aku.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sementara itu, Sofwan bin Mu'athal juga tertinggal karena ia melakukan keperluannya. Ia berjalan dari arah yang jauh lalu ia melihat bayangan orang yang tidak begitu jelas. Sofwan mendekat dan tiba-tiba ia mengetahui bahwa ia sedang berdiri di hadapan Aisyah. Ia melihat Aisyah sebelum diwajibkannya perintah memakai hijab (jilbab) atas istri-istri Nabi. Ketika melihatnya, Sofwan berkata: "Sesungguhnya kita milik Allah SWT dan kepadanya kita akan kembali,... istri Rasulullah Aisyah tidak menjawab.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sofwan mundur dan mendekatkan untanya kepadanya sambil berkata: "Silakan Anda menaikinya." Aisyah pun menaikinya. Kemudian Sofwan membawanya pergi dan mencari pasukan yang telah meninggalkannya. Sementara itu, pasukan Nabi sedang beristirahat. Para sahabat mengira bahwa Aisyah masih berada dalam tandu. Tiba-tiba mereka terkejut ketika Aisyah datang kepada mereka bersama Sofwan yang menuntun untanya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Tokoh munafik Abdullah bin Ubai segera memanfaatkan kesempatan emas ini. Ia membuat kisah bohong yang terkesan menuduh istri Nabi melakukan pengkhianatan. Abdullah bin Ubai pandai memilih beberapa sahabat yang dikenalinya sebagai orang-orang yang mudah percaya dan cenderung membenarkan hal-hal yang bersifat lahiriah, atau ia mengetahui bahwa di antara mereka dan Aisyah terdapat kedengkian sehingga mereka suka jika tersebar kebohongan yang berkenaan dengan Aisyah.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Demikianlah pemimpin munafik itu berhasil menjerat beberapa sahabat dalam tali kebohongannya, di antaranya Hasan bin Sabit. Musthah, dan seorang wanita yang dipanggil Hamnah binti Jahasv. yaitu saudara perempuan Zainab binti Jahasy istri Rasulullah saw. Ketiga orang itu tertipu dengan kebohongan tersebut lalu mereka menyebarkannya sehingga orang-orang yang terjerat dalam kebo hongan itu mengatakan apa saja yang mereka inginkan. Akhirnya. pasukan pun berguncang dengan isu itu. Sementara itu, Aisvah tidak mengetahui sedikit pun tentang hal tersebut. Isu tersebut bertujuan untuk menjatuhkan Islam dan melukai perasaan RasuhiHah saw dan itu termasuk peperangan menentang Rasulullah saw dan ajaran yang dibawanya. Begitu juga ia bertujuan menunjukkan bahwa kaum Muslim tidak konsekuen dengan akidah yang mereka yakini dan secara tidak langsung ia juga menyerang kesucian rumah tangga Aisyah.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pasukan kembali ke Mekah dan Aisyah jatuh sakit, namun ia tidak mengetahui isu-isu yang dikatakan tentang dirinya. Kemudian Rasulullah saw mendengar hal itu sebagaimana ayahnya Abu Bakar dan ibunya pun mendengarnya, namun tak seorang pun di antara. mereka yang memberitahu Aisyah. Begitu juga Rasul saw tidak menceritakan peristiwa itu di hadapan Aisyah. Namun sikap beliau berubah di mana beliau tidak lagi menunjukkan perhatiannya seperti biasanya saat Aisyah sakit. Ketika beliau menemui Aisyah dan saat itu ibunya ada di situ, beliau berkata: "Bagaimana keadaanmu?" Beliau tidak lebih dari mengucapkan kata-kata itu. Ketika Aisyah melihat perubahan sikap Rasul saw, ia mulai marah. Pada suatu hari ia berkata pada Nabi: "Seandainya engkau mengizinkan aku, niscaya aku akan pindah ke tempat ibuku." Beliau menjawab: "Itu tidak ada masalah."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Aisyah pun pindah ke tempat ibunya dan ia tidak mengetahui sama sekali apa yang sebenarnya terjadi padanya. Setelah melalui lebih dari dua puluh malam, Aisyah sembuh dari sakitnya dan ia pun belum mengetahui hal-hal yang dikatakan tentang dirinya. Umul mu'minin Aisyah menceritakan bagaimana ia mengetahui isu bohong tersebut dan bagaimana Allah SWT membebaskannya dari isu itu, ia berkata:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Kami adalah kaum Arab di mana kami tidak mengambil di rumah kami tanggung jawab ini yang biasa di ambil oleh orang-orang Ajam. Kami membencinya. Kami keluar untuk menikmati keluasan kota. Sementara itu para wanita keluar pada setiap malam untuk memenuhi hajat mereka. Pada suatu malam, aku keluar bersama Ummu Musthah untuk memenuhi sebagian keperluanku. Lalu ia berkata: "Tidakkah kau sudah mendengar suatu berita wahai putri Abu Bakar?" Aku bertanya, "berita apa itu?" Lalu ia memberitahukan padaku apa-apa yang dikatakan oleh para penyebar kebohongan. Aku berkata: "Apa ini memang benar?" Ia menjawab: "Demi Allah, ini benar-benar terjadi." Aisyah berkata: "Demi Allah, aku tidak mampu memenuhi hajatku." lalu aku pulang. Demi Allah, aku tetap menangis sampai-sampai aku mengira bahwa tangisanku akan merusak jantungku dan aku berkata kepada ibuku, mudah-mudahan Allah SWT mengampunimu, banyak orang berbicara tentangku namun engkau tidak menceritakan sedikit pun kepadaku. Ia berkata: "Wahai anakku, sabarlah demi Allah jarang sekali wanita yang baik yang dicintai oleh seorang lelaki yang jika ia memiliki istri-istri yang lain (madunya) kecuali wanita itu akan diterpa oleh berbagai isu."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Aisyah berkata: "Rasulullah saw berdiri dan menyampaikan pembicaraannya pada mereka dan aku tidak mengetahui hal itu." Beliau memuji Allah SWT kemudian berkata: "Wahai manusia, bagaimana keadaan kaum lelaki yang menyakiti aku melalui keluar gaku dan mereka mengatakan sesuatu yang tidak benar. Demi Allah, aku tidak mengenal mereka kecuali dalam kebaikan. Lalu mereka mengatakan hal itu pada seorang lelaki yang aku tidak mengenalnya kecuali dalam kebaikan di mana ia tidak memasuki suatu rumah dari rumah-rumahku kecuali ia bersamaku."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian Rasulullah saw memanggil Ali bin Abi Thalib dan Usamah bin Zaid dan bermusyawarah dengan keduanya. Usamah hanya melontarkan pujian dan berkata: "Ya Rasulullah aku tidak mengenal istrimu kecuali dalam kebaikan dan berita ini hanya kebohongan dan kebatilan," sedangkan Ali berkata: 'Ya Rasulullah masih banyak wanita yang lain yang dapat kau percaya." Kemudian Rasulullah saw memanggil Burairah dan bertanya kepadanya, lalu Ali berdiri kepadanya dan memukulnya dengan keras sambil berkata: "Jujurlah kepada Rasulullah saw," lalu wanita itu berkata: "Demi Allah, aku tidak mengetahui kecuali kebaikan. Aku tidak pemah mencela Aisyah kecuali pada suatu waktu aku sedang membikin adonan roti lalu aku memerintahkannya untuk menjaganya namun Aisyah tertidur dan datanglah kambing lalu adonan itu dimakan olehnya."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Aisyah berkata: "Kemudian datanglah kepadaku Rasulullah saw dan saat tu aku bersama kedua orang tuaku dan seorang wanita dari kaum Anshar. Aku menangis dan wanita itu pun turut menangis. Rasulullah saw duduk lalu memuji Allah SWT dan berkata: "Wahai Aisyah, sungguh kamu telah mendengar sendiri apa yang dikatakan orang-orang tentang dirimu, maka bertakwalah kepada Allah SWT dan jika engkau telah melakukan keburukan seperti yang diucapkan orang-orang itu, maka bertaubatlah kepada Allah SWT karena sesungguhnya Allah SWT menerima taubat dari hamba-hamba-Nya." Aisyah berkata, "demi Allah, itu tidak lain hanya kebohongan yang dialamatkan kepadaku sehingga membuat air mataku kering. Aku sama sekali tidak seperti yang mereka katakan," lalu aku menunggu kedua orang tuaku untuk mengatakan tentang diriku namun mereka justru terdiam. Aisyah berkata, "demi Allah aku merasa sebagai seorang yang hina yang tidak layak diturunkan Al-Qur'an dari Allah SWT berkenaan denganku, tetapi aku hanya berharap agar Nabi saw melihat kebohongan yang dialamatkan kepadaku itu sehingga ia memastikan terbebasnya aku darinya."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Aisyah berkata: "Ketika aku tidak melihat kedua orang tuaku berbicara aku berkata kepada mereka tidakkah kalian menjawab apa yang dikatakan Rasuullah saw?" Mereka berkata: "Demi Allah kami tidak mengetahui apa yang harus kami jawab." Aku mengetahui bahwa aku bebas dari tuduhan itu. Tiba-tiba Rasulullah saw mengusap keringat dari wajahnya sambil berkata: "Bergembiralah wahai Aisyah karena sesungguhnya Allah SWT telah menurunkan ayat yang membebaskan kamu dari tuduhan itu," lalu aku berkata: "Segala puji bagi Allah SWT." Kemudian beliau keluar menemui para sahabat dan membacakan kepada mereka ayat berikut ini:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, maka baginya azab yang besar. " (QS. an-Nur: 11)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Jibril turun kepada Nabi saw untuk menyampaikan terbebasnya Aisyah dari segala tuduhan yang ditujukan kepadanya. Dan gagallah peperangan psikologis menentang kaum Muslim dan rumah tangga Rasulullah saw, dan kelompok-kelompok kafir meyakini bahwa mereka harus menggunakan cara baru lagi untuk menentang Islam. Kemudian Rasulullah saw kembali memasuki pergulatan menentang peperangan fisik. Peperang Khandaq termasuk contoh peperangan fisik yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Orang-orang Yahudi menyerahkan urasan mereka kepada kaum musyrik, dan Dimulailah rangkaian persekongkolan dan sumpah di antara tokoh-tokoh Yahudi dan pemimpin-pemimpin kaum musyrik, bahkan pendeta-pendeta Yahudi berfatwa bahwa agama Quraisy yang disimbolkan dengan penyembahan berhala lebih baik daripada agama Muhammad yang penyembahan hanya layak ditujukan kepada Tuhan Yang Esa sebagaimana tradisi jahiliah lebih baik daripada ajaran Al-Qur'an.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Politik kaum Yahudi berhasil menyatukan kelompok-kelompok orang kafir dan mengerahkannya untuk menentang kaum Muslim. Kemudian mereka akan menyerang Madinah dengan jumlah kekuatan sepuluh ribu tentara. Akhirnya, berita itu sampai ke Nabi saw. Beliau tidak heran ketika mendengar orang-orang Yahudi bersatu—padahal mereka mempunyai azas agama yang menyeru kepada tauhid—bersama kaum musyrik menentang agama tauhid. Nabi saw mengetahui bahwa perjanjian telah lama membelenggu orang-orang Yahudi sehingga hati mereka menjadi keras dan hari telah menjauhkan antara mereka dan sumber yang jernih yang dipancarkan oleh Musa. Akhirnya, mereka menjadi buah yang rusak yang kulitnya bergambar tauhid namun isinya bergambar kepahitan syirik. Dan yang lebih penting dari itu adalah kesamaan kepentingan kaum Yahudi dan kaum musyrik.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Nabi saw menyadari bahwa beliau sekarang menghadapi ancaman dan pasukan yang besar. Pertempuran secara terbuka tidak memberi keuntungan bagi Muslimin. Beliau mulai berpikir bagaimana cara mempertahankan Madinah tanpa harus keluar darinya. Kali ini taktik militernya berubah di mana sebelum itu beliau keluar dari Madinah dan menjauhinya serta menyerang kelompok-kelompok yang berencana menyerbu Madinah. Kali ini bentuk ancaman berbeda dan tentu pikiran Nabi pun berubah karena mengikuti perbedaan ancaman itu.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian beliau mengadakan pertemuan militer bersama para tentaranya. Beliau ingin mendengar berbagai usulan tentang bagaimana cara mempertahankan Madinah. Lalu Salman al-Farisi mengusulkan agar Nabi menggali suatu parit yang dalam di sekeliling Madinah yaitu parit yang seperti bendungan alami yang dapat menahan laju banjir yang ingin maju, suatu parit yang pasukan berkuda tidak akan mampu melewatinya dan kaum Muslim dapat mempertahankan diri dari belakangnya. Mula-mula usulan itu terkesan agak mustahil diwujudkan namun pada akhirnya Nabi menyetujui usulan Salman itu. Melalui sensifitas militernya yang mengagumkan, beliau mengetahui bahwa situasi cukup genting dan karenanya ia menuntut usaha keras untuk dapat melaluinya. Nabi saw memerintahkan para sahabat untuk menggali parit di sekitar Madinah. Pekerjaan itu sangat berat dan saat itu musim dingin di mana udara sangat dingin. Di samping itu, kaum Muslim sedang mengalami krisis ekonomi yang mengancam Madinah, meskipun demikian, penggalian parti tetap dilaksanakan, bahkan Rasulullah saw terjun langsung untuk membuat galian dan memikul tanah.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kaum Muslim dengan semangat yang luar biasa dapat menyelesaikan penggalian parit itu meskipun kehidupan sangat keras dan mereka merasakan kelaparan karena kekurangan harta. Namun semangat pasukan Islam tetap meninggi. Mereka percaya akan datangnya kemenangan dan pertolongan dari Allah SWT.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: 'lnilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita.' Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan." (QS. al-Ahzab: 22)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pasukan Quraisy mulai mendekati Madinah dan tiba-tiba Madinah berubah menjadi jazirah cinta di tengah-tengah lautan kebencian, lautan itu mulai menghantam jazirah dan berusaha menenggelamkannya dari dalam. Kemudian bertebaranlah panah-panah kaum Muslim untuk menghalau pasukan kafir yang cukup banyak. Pasukankafir mulai berputar-putar di sekeliling parit dalam keadaan bingung: apa gerangan yang telah dilakukan pasukan Islam, bagaimana mereka dapat menggali parit ini?</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kuda-kuda musuh berusaha melalui parit itu namun pasukan Muslim segera menyerangnya. Demikianlah peperangan Ahzab terus berlangsung. Pada hakikatnya ia adalah peperangan urat syaraf. Pasukan musuh mengepung Madinah selama tiga minggu di mana serangan demi serangan terus dilakukan sepanjang siang dan mata mereka tetap terjaga sepanjang malam. Bahkan saking dahsyatnya pertempuran itu sehingga kaum Muslim tidak mengetahui apakah pasukan musuh berhasil menduduki Madinah atau tidak, dan apakah para musuh berhasil menembus lubang yang mereka bangun? Allah SWT menggambarkan keadaan peperangan Ahzab dalam firman-Nya:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"(Yaitu) ketiha mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketiha tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam persangkaan. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan hatinya dengan goncangan yang dahysat." (QS. al-Ahzab: 10-11)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Keadaan semakin buruk di mana orang-orang Yahudi membatalkan perjanjian mereka dengan kaum Muslim dan mereka bergabung dengan al-Ahzab. Demikianlah Bani Quraizhah membatalkan perjanjiannya dan mereka lupa terhadap pengkhianatan bani Nadhir dan pembalasan Nabi saw terhadap mereka. Setiap hari keadaan semakin buruk.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kaum Muslim benar-benar mengalami ujian yang berat di mana pikiran mereka benar-benar kacau. Ketika keadaan mencapai puncaknya kaum Muslim bertanya kepada Rasul saw, "apa yang harus mereka katakan?" Rasulullah saw memberitahu agar mereka mengatakan: "Ya Allah, kalahkanlah mereka dan tolonglah kami untuk mengatasi mereka."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Doa tersebut keluar dari mulut-mulut kaum yang telah melaksanakan kewajiban mereka dan telah membuat mukjizat mereka dalam menghalau serangan. Jadi, mereka tidak memiliki apa-apa selain doa dan Allah SWT-lah Yang Maha Mendengar permintaan hamba-Nya dan Dia yang mengabulkannya. Dia mengetahui orang yang melaksanakan kewajibannya dan akan mengabulkan orang yang berdoa.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Akhirnya, kaum Muslim benar-benar mendapatkan rahmat Allah SWT. Kemudian perjalanan pertempuran bergerak dengan cara yang tidak bisa dipahami. Para penyerang menyadari bahwa mereka sebenamya telah kalah di mana mereka telah menyerang selama tiga pekan namun serangan tersebut tidak memberikan hasil apa pun. Mereka telah mencurahkan berbagai upaya namun tanpa memberikan hasil yang diharapkan dan boleh jadi mereka akan tetap begini selama tiga tahun.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian datanglah suatu malam di mana kaum Muslim belum pernah melihat malam segelap itu dan angin sekencang itu, bahkan saking kerasnya angin sampai-sampai suaranya laksana halilintar. Bahkan saking gelapnya malam itu sehingga tak seorang pun di antara umat Islam yang mampu melihat jari-jari tangannya atau berdiri dari tempatnya karena saking dinginnya cuaca. Kemudian Nabi saw datang menemui Hudaifah bin Yaman. Beliau tidak mampu melihatnya meskipun beliau berdiri di sebelahnya. Nabi saw bertanya: "Siapa ini?" Hudaifah menjawab: "Aku adalah Hudaifah." Nabi saw berkata: "Oh, kamu Hudaifah." Hudaifah tetap tinggal di tempatnya karena ia khawatir jika ia berdiri ia akan tidak mampu karena saking dinginnya dan akan menabrak Rasul saw. Rasul saw berkata kepada Hudaifah, "Aku kehilangan berita penting tentang keadaan kaum yang menyerang kita."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Hudaifah sebagai mata-mata dari pasukan Islam merasakan ketakutan di mana ia tidak mampu menahan cuaca yang begitu dingin, lalu bagaimana ia dapat berdiri dan keluar dari Madinah menuju ke tempat pasukan musuh dan menyusup di tengah barisan mereka lalu kembali kepada Nabi saw dengan membawa berita tentang mereka. Hudaifah bangkit dari tempatnya ketika Nabi saw selesai dari pembicaraannya. Nabi saw memberikan doa kebaikan kepadanya. Hudaifah pun pergi dan kehangatan keimanannya mengalahkan kegelapan malam dan kedinginan cuaca. Ia keluar dari Madinah dan menyusup di tengah-tengah pasukan musuh. Nabi saw memerintahkannya untuk tidak melakukan tindakan apa pun selain mendapatkan berita dan kembali. Inilah tugas utamanya. Hudaifah sampai di tengah-tengah musuh. Mereka berusaha menyalakan api namun angin segera mematikannya sebelum menyala dan di dekat api itu terdapat seorang lelaki yang berdiri sambil mengulurkan tangannya ke arah api dengan maksud untuk menghangatkannya. Lelaki itu adalah pemimpin kaum musyrik yaitu Abu Sofyan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Melihat itu, Hudaifah segera memasang anak panah pada busur yang dibawanya dan ia ingin memanahnya. Seandainya ia berhasil membunuhnya, maka kaum Muslim dapat merasa tenang dengannya, namun ia ingat pesan Rasulullah saw kepadanya agar ia tidak melakukan tindakan apa pun. Kemudian ia kembali meletakkan anak panahnya dan menyembunyikannya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Abu Sofyan berkata: "Wahai orang-orang Quraisy situasi saat ini tidak menguntungkan bagi kalian, maka pergilah kalian karena aku pun akan pergi." Abu Sofyan melompat ke atas untanya lalu mendudukinya dan memukulnya sehingga unta itu bangkit.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Hudaifah kembali menemui Rasulullah saw dengan membawa berita mundumya pasukan Ahzab dan gagalnya serangan mereka. Ketika mendengar peristiwa penarikan mundur pasukan musuh, Rasulullah saw berkata: "Sekarang kita akan menyerang mereka dan mereka tidak akan menyerang kita." Belum lama pasukan Ahzab kembali ke negerinya dengan tangan hampa sehingga beliau keluar dari Madinah bersama pasukannya menuju ke kaum Yahudi Bani Quraizhah. Orang-orang Yahudi itu telah mengkhianati peijanjian mereka bersama Nabi saw. Mereka menipu Islam di saat-saat genting. Oleh karena itu, mereka harus membayar biaya pengkhianatan mereka sekarang.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Nabi saw memerintahkan agar para sahabat tidak melaksanakan salat Ashar kecuali di Bani Quraizhah. Kaum Muslim memahami bahwa perintah tersebut berarti mereka akan menerobos benteng kaum Yahudi sebelum matahari tenggelam.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Orang-orang Yahudi menelan kekalahan pahit lalu mereka datang kepada Sa'ad bin Mu'ad agar ia memutuskan perkara mereka. Sa'ad adalah pemimpin kaum Aus dan kaum Aus adalah sekutu orang-orang Yahudi Quraizhah di masa jahiliah. Kaum Yahudi mengharap bahwa mereka dapat memanfaatkan hubungan yang terjalin selama ini sebagaimana kaum Aus membayangkan bahwa tokoh mereka akan memberikan keringanan terhadap sekutu-sekutu mereka. Sa'ad ketika itu terluka dan ia sedang dirawat di kemahnya karena terkcna panah kauni Ahzab. Sebagian kaunmya membujuknya agar ia bersikap baik terhadap orang-orang Yahudi, sekutu-sekutu mereka, dan orang-orang Yahudi membujuknya agar ia bersikap lembut terhadap mereka. Kemudian Sa'ad mengatakan pernyataannya yang terkenal: "Telah tiba waktunya bagi Sa'ad untuk memutuskan hukum sesuai dengan kehendak Allah tanpa peduli dengan celaan para pencela." Sa'ad memutuskan agar kaum lelaki dibunuh dan keturunannya ditawan serta harta-harta mereka dibagi-bagikan. Nabi pun menyetujui keputusan tegas Sa'ad itu. Beliau berkata kepadanya: "Sungguh engkau telah memutuskan kepada mereka dengan keputusan Allah SWT dari tujuh langit."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sa'ad mengetahui bahwa perantaraan, permohonan, harapan, dan menjaga berbagai pertimbangan lazim selayaknya berada di suatu genggaman, dan masa depan Islam berada di genggaman yang lain. Yahudi Bani Quraizhah adalah penyebab berkecamuknya peperangan Ahzab dan sumpah mereka dan berbagai tipu daya mereka berusaha untuk memblokade Islam dan menghancurkannya. Oleh karena itu, kini telah tiba saatnya untuk mencabut pohon-pohon beracun dari akarnya tanpa memperdulikan kasih sayang.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Demikianlah kaum Yahudi dibersihkan dari Madinah. Nabi saw kembali melanjutkan pergulatannya. Puncak dari perjuangan politiknya adalah perjanjian yang beliau lakukan bersama orang-orang Quraisy. Nabi saw berjalan untuk melaksanakan umrah dan mengunjungi Baitul Haram. Beliau keluar bersama seribu empat ratus kaum lelaki yang bertujuan untuk berziarah ke Baitul Haram guna melaksanakan umrah. Ketika mereka sampai di Hudaibiyah pinggiran kota Mekah, tiba-tiba unta yang ditunggangi Nabi duduk dan ia tidak mau melangkah menuju Mekah. Melihat itu para sahabat berkata: "Oh unta itu malas." Nabi saw berkata: "Tidak Demikian namun ia ditahan oleh Zat yang menahan laju gajah menuju Mekah. Sungguh jika hari ini orang Quraisy membuat suatu rencana dan mereka meminta agar aku menyambung tali silaturahmi niscaya aku akan menyetujuinya."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Nabi saw memerintahkan para sahabat agar tetap tinggal di Hudaibiyah. Kaum Muslim beristirahat di sana dengan harapan mereka dapat memasuki Mekah di waktu pagi. Peristiwa itu bertepatan dengan bulan Haram. Mekah telah menetapkan agar tak seorang pun dari kaum Muslim dapat memasukinya. Semua kaum Quraisy telah keluar untuk memerangi kaum Muslim. Mereka mengutus utusan-utusan kepada Nabi saw lalu beliau memberitahu mereka bahwa beliau tidak datang untuk berperang namun beliau ingin melakukan urnrah sebagai bentuk pujian dan syukur kepada Allah SWT dan mengagumkan kemuliaan rumah-Nya yang suci. Mekah menetapkan untuk melakukan perjanjian bersama kaum Muslim di mana mereka menginginkan agar jangan sampai kaum Muslim memasuki Baitul Haram pada tahun ini kecuali setelah mereka kembali pada tahun depan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Datanglah juru runding kaum Quraisy lalu Rasul saw menyambutnya dan mendengarkan ia menyampaikan syarat-syarat perjanjian yang intinya pelaksanaan perdamaian dan penarikan mundur pasukan Muslim. Nabi saw menyetujui semua syarat-syarat perjanjian meskipun tampak bahwa perjanjian tersebut tidak menguntungkan kaum Muslim di mana itu dianggap sebagai titik kemunduran politik dan militer kaum Muslim, dan yang menambah kebingungan kaum Muslim adalah bahwa Rasul saw tidak melibatkan seseorang pun dari kalangan sahabatnya untuk bermusyawarah dalam hal ini. Tidak biasanya beliau bersikap demikian. Para sahabat menyaksikan beliau pergi menemui kaum musyrik dan bersikap sangat lembut kepada mereka, dan beliau tidak kembali kecuali membawa berita persetujuan dengan perjanjian yang di prakarsai orang-orang musyrik, dan beliau pun membubuhkan tanda tangan di atasnya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Para sahabat bergerak untuk menentang Rasulullah saw. Mereka bertanya kepada beliau, "bukankah engkau utusan Allah SWT? Bukankah kita kaum Muslim? Bukankah musuh-musuh kita kaum musyrik?" Nabi saw hanya mengiyakan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Umar bin Khatab kembali bertanya: "Mengapa kita harus menerima penghinaan dalam agama kita?" Umar ingin mengungkapkan sesuai dengan bahasa kita saat ini, "mengapa kita harus mundur kalau kita berada di atas kebenaran? Mengapa kita menerima syarat-syarat perjanjian yang justru menguntungkan kaum musyrik? Apakah kita takut terhadap mereka?"</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Mendengar berbagai protes yang disampaikan para sahabatnya, Rasul saw justru menyampaikan jawaban yang unik bagi mereka di mana beliau berkata: "Aku adalah hamba Allah SWT dan Rasul-Nya dan aku tidak mungkin menentang perintah-Nya dan Dia tidak mungkin akan menyia-nyiakan aku." Makna dari kalimat beliau adalah, "taatilah apa yang telah aku lakukan tanpa perlu memperdebatkannya dan hendaklah kalian sedikit bersabar."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Perjalanan hari menetapkan bahwa perjanjian yang menimbulkan pro dan kontra di tengah-tengah sahabat itu justru membawa kemenangan politik paling gemilang yang pernah dicapai oleh umat Islam. Kemenangan tersebut diperoleh sebagai hasil dari kebijaksanaan sang Nabi saw yang mengalahkan kelihaian politik kaum Quraisy. Kaum Quraisy telah memfokuskan semua kelihaian-nya agar kaum Muslim kembali ke tempat mereka tanpa memasuki Masjidil Haram pada tahun ini, namun hikmah Nabi saw justru mampu mencapai pengelihatan yang tidak dapat dijangkau oleh kaum itu yang berkenaan dengan masa depan. Jika saat ini perjanjian tersebut tampak membawa kekalahan bagi kaum Muslim, maka setelah berlangsung beberapa bulan ia justru mendatangkan kemenangan yang spektakuler.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Suhail bin Amr adalah wakil dari delegasi kaum Quraisy dan Ali bin Abi Thalib adalah juru tulis dalam perjanjian itu dari pihak Nabi saw. Rasulullah saw berkata kepada Ali: "Tulislah dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang." Utusan Quraisy berkata, aku tidak mengenal ini. Tapi tulislah dengan nama-Mu, ya Allah. Rasulullah saw berkata kepada Ali: "Dengan nama-Mu, ya Allah." Sikap keras kepala utusan Quraisy itu tidak berarti sama sekali karena tidak ada perbedaan yang mencolok antara dengan namamu Allah dan dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang selain niat si pembicara.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Nabi saw berkata kepada Ali: "Ini adalah perundingan antara Muhammad saw utusan Allah dan Suhail bin Amr." Mendengar itu dengan nada menentang Suhail bin Amr berkata: "Seandainya aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah niscaya aku tidak akan memerangimu, tetapi tulislah namamu dan nama ayahmu." Nabi berkata kepada Ali tulislah: "Inilah kesepakatan antara Muhammad bin Abdillah dan Suhail bin Amr."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Tampaknya itu adalah kemunduran yang kedua dan dengan pandangan yang sekilas tampak menjatuhkan kaum Muslim tetapi Nabi saw ingin mewujudkan suatu tujuan yang penting yaitu tujuan yang belum terungkap saat itu. Alhasil, semuanya terjadi dengan ilham dari Allah SWT. Ali kembali menulis bahwa Muhammad bin Abdillah dan Suhail bin Amr sama-sama sepakat untuk menghentikan peperangan selama sepuluh tahun di mana hendaklah masing-masing mereka memberikan keamanan terhadap sesama mereka. Namun jika terdapat di antara orangorang Quraisy seseorang yang masuk Islam lalu ia datang kepada Muhammad saw tanpa izin walinya hendaklah kaum Muslim mengembalikannya kepada kaum Quraisy. Sebaliknya, jika ada orang yang murtad dari sahabat Muhammad saw, maka tidak ada keharusan bagi orang Quraisy untuk mengembalikannya kepada Nabi.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Syarat tersebut sangat menyakitkan kaum Muslim. Tampak bahwa orang-orang Quraisy memaksakan kehendaknya dalam syarat-syarat perjanjian yang tidak adil itu. Ali melanjutkan tulisannya, hendaklah Nabi saw pulang dari Mekah pada tahun ini dan tidak memasukinya dan jika pada tahun depan orang-orang Quraisy keluar darinya, maka beliau dapat memasukinya untuk melaksanakan umrah selama tiga hari dan setelah itu beliau harus meninggalkannya. Persyaratan tersebut sangat merugikan kaum Muslim dan terkesan membingungkan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Di tengah-tengah perjanjian tersebut terjadi suatu peristiwa yang menambah penderitaan dan kebingungan Muslimin di mana anak dari juru runding Quraisy meminta perlindungan kepada kaum Muslim. Ia masuk Islam dan ingin bergabung dengan kelompok Islam namun ayahnya, Suhail segera bangkit menyusulnya bahkan memukulnya dan mengembalikannya kepada kaumnya. Orang Mukalaf itu segera berteriak dan meminta pertolongan kepada kaum Muslim agar mereka menyelamatkannya dari kejahatan kaum Quraisy sehingga mereka tidak mengubah agamanya. Rasulullah saw berbicara kepadanya dan meminta kepadanya untuk bersabar dan tegar dalam menanggung penderitaan karena Allah SWT akan menjadikannya dan orang-orang yang sepertinya suatu jalan keluar dan kelapangan. Nabi memahamkannya bahwa beliau telah mengadakan suatu peijanjian dengan kaum Quraisy dan bahwa kaum Muslim tidak mungkin melanggar perjanjian mereka.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Akhirnya, anak Muslim itu dikembalikan ke Mekah dalam keadaan tersiksa. Kemudian Selesailah penandatanganan perjanjian antara pihak kaum Muslim dan pihak kaum musyrik. Setelah penandatanganan perjanjian itu, Rasulullah saw memerintahkan para sahabatnya agar mereka memotong hewan kurban dan mencukur rambut mereka (tahalul) dari umrah mereka dan kembali ke Madinah. Namun tak seorang pun bangkit menyambut perintah tersebut, lalu beliau mengulangi perintahnya ketiga kali. Di tengah-tengah kaum Muslim yang tampak membisu karena ketegangan dan kesedihan, beliau menyembelih unta dan memanggil tukang cukurnya untuk mencukur rambutnya dan beliau tidak berbicara dengan seorang pun. Ketika para sahabat mengetahui bahwa Nabi saw tampak marah dan telah mendahului mereka dengan tahalul dari umrahnya, maka mereka bangkit untuk menyembelih kurban dan memotong rambut mereka.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Perjalanan hari menunjukkan bahwa perundingan tersebut tidak seperti yang dibayangkan oleh kaum Muslim. Ia justru membawa kemenangan dan bukan kekalahan. Persatuan kaum kafir di jazirah Arab mulai runtuh sejak mereka menandatangani perjanjian itu. Kaum Quraisy di anggap sebagai pimpinan kaum kafir dan pembawa bendera penentangan terhadap Islam, maka ketika tersebar berita perjanjian mereka bersama kaum Muslim, maka padamlah fitnah-fitnah kaum munafik yang bekerja untuk mereka dan bercerai-berAllah kabilah-kabilah penyembah patung di penjuru jazirah.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Saat aktivitas kaum Quraisy terhenti, maka kaum Muslim mengalami peningkatan aktivitas di mana mereka berhasil menarik orang-orang yang masih memiliki kemampuan untuk melihat kebenaran. Sejak dua tahun dari masa penandatanganan perjanjian itu jumlah penganut Islam semakin bertambah lebih dari jumlah sebelumnya. Bukti dari itu adalah, bahwa saat Rasul saw keluar ke Hudaibiyah beliau ditemani dengan seribu empat ratus Muslim namun ketika beliau keluar pada tahun penaklukan kota Mekah beliau disertai dengan sepuluh ribu Muslim. Penaklukan kota Mekah terjadi setelah dua tahun dari perundingan tersebut. Penambahan jumlah kaum Muslim yang luar biasa ini adalah dikarenakan hikmah sang Nabi saw dan kejauhan pandangannya. Nabi saw keluar sebagai pemenang dalam pergulatan politiknya, dan syarat-syarat yang tadinya merugikan kaum Muslim kini telah berubah menjadi syarat-syarat yang merugikan kaum Quraisy. Barangsiapa murtad dari kaum Muslim dan pergi ke kaum Quraisy, maka hendaklah mereka melindunginya karena Allah SWT telah memampukan Islam darinya, dan barangsiapa yang masuk Islam dari kaum kafir dan pergi ke kaum Muslim, maka hendaklah mereka mengembalikannya ke kaum Quraisy di mana ia tinggal di dalamnya sebagai mata-mata dari pihak Islam atau ia dapat lari dari kaum Quraisy untuk menyatukan kelompok yang bertikai dan ia dapat hidup laksana duri di tengah-tengah kaum Quraisy.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Belum lama waktu berjalan sehingga kaum Quraisy mengutus utusannya kepada Nabi saw dan mengharap kepada beliau agar melindungi orang Quraisy yang masuk Islam daripada membiarkan mereka sebagai panah yang terbang menuju kaum Quraisy. Demikianlah kaum Quraisy justru membatalkan syarat yang telah mereka diktekan dan Nabi saw pun menerimanya dengan puas. Perundingan itu justru menguatkan barisan Nabi savv.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Demikianlah Nabi saw terus menjalani mata rantai pergulatan yang tiada henti-hentinya di mana kehidupan beliau yang pribadi sekali pun tidak sunyi dari penderitaan. Nabi saw menikahi sembilan orang istri. Perkawinan beliau dengan sembilan istri tersebut merupakan keistimewaan pribadi yang hanya beliau miliki karena berhubungan dengan sebab-sebab dakwah Islam. Yaitu suatu dakwah yang membolehkan para pengikutnya untuk menikahi empat orang istri dengan syarat jika yang bersangkutan mampu menciptakan keadilan di antara mereka, dan ia menganjurkan untuk hanya puas dengan satu istri jika seorang Muslim khawatir tidak dapat berbuat adil.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kaum orentalis dan musuh-musuh Islam mencoba untuk menghina Nabi dan memojokkannya, dan salah satu cela yang mereka manfaatkan adalah perkawinan beliau dengan sembilan wanita. Kita mengetahui bahwa pernikahan-pernikahan beliau terlaksana dengan sebab-sebab politik atau kemanusiaan yang berhubungan dengan dakwah Islam. Dan yang terkenal dari sejarah Nabi saw adalah bahwa beliau menikah dengan Sayidah Khadijah saat beliau berusia dua puluh lima tahun dan Khadijah berusia empat puluh tahun. Semasa hidup Khadijah beliau tidak menikahi istri yang lain sampai Khadijah mencapai usia enam puluh lima tahun. Saat Khadijah meninggal, Nabi berusia di atas lima puluh tahun. Beliau menikahi Khadijah sebelum beliau diutus untuk menyebarkan Islam. Beliau tetap setia bersama Khadijah sampai ia meninggal dan beliau diangkat menjadi Nabi. Namun beban kenabian dan beratnya jihad, kasih sayangnya kepada manusia, pengorbanannya terhadap Islam dan perintah Allah SWT semua itu memaksanya untuk menikah lebih dari satu orang istri sampai mencapai sembilan orang istri. Perkawinan beliau dengan Aisyah yang saat itu masih belia merupakan usaha untuk menjalin ikatan dengan Abu Bakar, ayah dari Aisyah dan perkawinan beliau dengan Hafshah meskipun ia sedikit kurang cantik merupakan usaha beliau untuk menjalin ikatan dengan Umar, ayahnya. Beliau juga menikah dengan Ummu Salamah, janda dari pemimpin pasukannya yang mati syahid di jalan Allah SWT dan wanita itu merasakan penderitaan bersama beliau saat hijrah di Habasyah dan hijrah ke Madinah. Ketika suaminya meninggal dan ia sendirian menghadapi berbagai persoalan kehidupan, maka Nabi saw segera merangkulnya di rumah kenabian. Perkavvinan beliau dengan Sawadah sebagai bentuk penghormatan terhadap keislaman wanita itu dan kemuliannya dari kaum lelaki serta kesendiriannya dalam menjalani kehidupan. Sementara itu, pernikahan beliau dengan Zainab bin Jahasy merupakan ujian berat bagi beliau di mana perintah pernikahan itu datang dari Allah SWT untuk mengharamkan suatu tradisi yang terkenal di kalangan jahiliah yaitu tradisi adopsi. Zainab termasuk kerabat Rasul. Jadi ia termasuk dari kalangan bani Hasyim. Ia merasa bangga dengan nasab yang dimilikinya yang karenanya ia menolak ketika ditawari untuk menikah dengan Zaid bin Harisah, seorang budak Nabi yang telah beliau bebaskan, bahkan nasabnya telah beliau nisbatkan kepada dirinya dan beliau telah mengadopsinya sehingga ia dipanggil dengan sebutan Zaid bin Muhammad. Namun Zainab akhirnya menyetujui pendapat Nabi dan perintah Allah SWT sehingga ia menikah dengan Zaid:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukimin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetaphan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhahai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata. " (QS. al-Ahzab: 36)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sejak semula tampak jelas bahwa pernikahan tersebut akan segera berakhir. Zainab tidak menyukai Zaid dan Zaid pun bukan tipe lelaki yang mampu menahan kehidupan bersama seorang wanita yang hatinya jauh darinya. Zaid datang kepada Nabi saw guna mengadu kepada beliau dan meminta izin untuk menceraikan istrinya. Allah SWT mewahyukan kepada Rasul-Nya agar membiarkan Zaid menceraikan istrinya, lalu hendaklah beliau menikahinya. Nabi saw merasakan kesulitan yang luar biasa dan beliau berbicara kepada Zaid agar ia terus melangsungkan kehidupannya dan bersabar. Nabi saw membayangkan apa yang dikatakan manusia kepadanya bahwa ia menikahi istri dari anaknya tetapi apa yang dikhawatirkan oleh Nabi saw justru merupakan sesuatu yang ingin dihapus oleh Allah SWT. Zaid bukanlah anaknya dan dalam Islam tidak ada sistem adopsi. Oleh karena itu, Zaid dapat mencerai istrinya lalu Nabi dapat menikahi Zainab untuk menetapkan apa yang diinginkan oleh Islam. Rasulullah saw mampu bersabar dan menahan diri saat mendengar berbagai ocehan yang akan dikatakan oleh manusia kepadanya. Ini bukanlah pengorbanan pertama dan terakhir yang beliau persembahkan untuk Islam. Berkenaan dengan itu, Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: 'Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah,' sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berrhak kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan kamu dengan dia supaya tidak ada heberatan bagi orang-orang mukmin untuk (menikahi) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya dari istrinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi. " (QS. al-Ahzab: 37)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pemikahan beliau dipenuhi dengan unsur politik dan usaha untuk menyebarkan kebaikan dan rahmat serta penghormatan nilai-nilai yang tinggi dan menggabungkannya di rumah kenabian. Sementara itu, Ummu Habibah binti Abu Sofyan bin Harb, pemimpin Quraisy dalam memerangi Islam, berhijrah bersama suaminya ke Habasyah.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Ia berhadapan dengan keterasingan dan kekhawatiran dalam membela agama Allah SWT. Kemudian suaminya mati meninggalkannya sendirian dalam menjalani kehidupan. Sikapnya yang mulia demi menegakkan ajaran Islam dan hanya menentang ayahnya merupakan nilai lebih yang menyebabkan Rasulullah saw tertarik untuk menggabungkannya di rumah kenabian.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Pada suatu hari, Abu Sofyan menemuinya saat ia telah menjadi istri Rasulullah saw. Abu Sofyan ingin duduk di atas tempat tidur Nabi lalu Ummu Habibah berusaha menjauhkan tempt tidur itu dari ayahnya. Melihat sikap anaknya itu, ayahnya bertanya kepadanya: "Apakah engkau mulai membenciku?" Dengan penuh keberaniaan ia menjawab: "Ini adalah tempat tidur Rasulullah saw dan engkau adalah seorang musyrik, maka engkau tidak boleh menyentuhnya."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Adapun Shofiyah binti Huyay adalah anak seorang raja Yahudi. Sedangkan Juwairiyah binti Haris, ayahnya seorang pemimpin kabilah Bani Musthaliq. Bani Musthaliq menelan kekalahan saat berhadapan dengan kaum muslim lalu kedua anak perempuan raja dan pemimpin kabilah itu jatuh menjadi tawanan. Pemikahan Nabi dengan kedua wanita itu terkesan dipaksa oleh orang-orang yang kalah itu dan sebagai ajakan agar kaum Muslim memperlakukan mereka dengan baik. Mula-mula kaum Muslim menolak untuk bersikap lembut terhadap ipar-ipar Nabi, namun Nabi dengan kelembutan sikapnya ingin menyingkap aspek kemanusiaan dalam peperangannya dan beliau mengisyaratkan kepada kaum Muslim agar mereka menunjukkan persaudaraan sesama manusia. Peperangan itu sendiri bukan sebagai tujuan namun ia sebagai usaha mempertahankan Islam dan aspek tertinggi dari Islam adalah rahmat dan cinta.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Jadi Nabi saw menikahi wanita-wanita dari orang-orang yang kalah itu dengan maksud agar kebebasan dan kemuliaan kembali kepada keluarga mereka dan mereka dapat masuk Islam secara puas dan sukarela. Kemudian beliau menikah dengan Maryam al-Qibtiyah. Muqauqis telah memberikannya kepada Nabi sebagai budak di mana itu merupakan simbol tali kasih yang diisyaratkan oleh Al-Qur'an antara Islam dan Masehi dan sebagai bentuk hukum bagi kaum Muslim dengan dihalalkannya pernikahan dengan wanita-wanita ahlul kitab.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Maryam memberikan anak kepada Nabi saw yang bernama Ibrahim, nama dari kakeknya, bapak para nabi. Namun Ibrahim tidak hidup lama. Ia meninggal saat masih menyusu. Kematiannya merupakan ujian bagi Nabi dan sebagai isyarat dari Ilahi bahwa pewaris-pewaris Rasul dari kaum pria adalah para pengikut Al-Qur'an dan para pembawa Islam, bukan anak-anak dari sulbinya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Salah jika ada orang yang membayangkan bahwa Rasul saw mempunyai banyak waktu untuk mencari kesenangan meskipun halal. Kesenangan diperbolehkan bagi orang lain namun beliau lebih memilih untuk merasakan penderitaan berjihad, menegakkan hukum, dan kesabaran. Salah jika ada orang yang membayangkan bahwa Rasul saw hidup di rumahnya dengan keadaan ekonomi yang lebih baik daripada orang yang termiskin dari kalangan Muslim di zamannya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kehidupan beliau di rumahnya penuh dengan kezuhudan yang luar biasa sehingga sebagian istrinya mengeluhkan keadaan tersebut. Di antara mereka ada yang berasal dari keluarga yang kaya seperti keluarga Abu Bakar atau keluarga Umar bahkan sebagian istrinya bersatu untuk meminta kepada beliau agar beliau menambah nafkah mereka sehingga Nabi meninggalkan istri-istrinya, lalu tersebarlah isu yang menyatakan bahwa beliau telah menceraikan semua istrinya. Kemudian turunlah ayat Takhyir (yaitu ayat yang memberikan pilihan kepada istri-istri Nabi untuk tetap menjadi istri beliau atau diceraikannya). Turunlah Al-Qur'an al-Karim memberikan pilihan pada istri-istri Nabi antara menjalani kehidupan di rumah kenabian dengan penuh kesederhanaan atau menerima perceraian. Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu: 'Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut'ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka Sesungguhnya Allah menyediakan siapa yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar. " (QS. al-Ahzab: 28-29)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Selesailah fitnah. Demikianlah pergulatan di rumah Rasul saw. Akhirnya, istri-istri beliau memilih kehidupan zuhud dan bersabar serta akhirat daripada kehidupan dunia. Permintaan istri-istri nabi tidak melebihi hal-hal yang bersifat mubah, namun Rasul saw merupakan teladan bagi seluruh umat, karena itu beliau harus menjadi teladan bagi umat sehingga beliau dapat menjadi cermin tertinggi yang layak diemban oleh seorang yang memegang tampuk kepemimpinan Muslimin. Allah SWT telah membalas pengorbanan istri-istri Nabi saw dalam bentuk mengangkat kedudukan mereka dan menjadikan mereka sebagai ibu dari kaum mukmin. Allah SWT berfirman:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka." (QS. al-Ahzab: 6)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Dan, sebagai penegasan terhadap keibuan spiritual ini, Islam mewajibkan hijab yang teliti kepada mereka, yaitu suatu hijab yang tidak diberlakukan seperti itu kepada Muslimah-Muslimah lain. Nabi saw melanjutkan dakwahnya. Beliau mengirim surat ke raja-raja dan para penguasa di mana beliau ingin menunjukkan universalitas ajaran Islam. Nabi saw mengajak Kaisar Romawi untuk mengikuti Islam, lalu beliau mengirim utusan ke Amir Damaskus mengajaknya untuk memeluk Islam, dan beliau mengutus utusan ke Amir Basrah bagian dari wilayah Romawi dan mengajaknya untuk mengikuti Islam, dan beliau juga mengirim surat ke penguasa Qibti dan mengajaknya untuk masuk Islam, dan beliau juga menulis surat ke Kisra, Raja Persia dan mengajaknya untuk mengikuti Islam. Beliau juga mengirim utusan ke Amir Bahrain dan mengajaknya untuk mengikuti Islam.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Lalu berbagai reaksi disampaikan berkenaan dengan surat-surat Nabi itu. Di antara mereka ada yang berusaha menyampaikan kepada pembawa surat bahwa ia masuk Islam dan mengembalikannya dengan hadiah, dan di antara mereka ada yang merobek-robek surat itu dan di antara mereka ada yang membalas surat itu dengan jawaban yang baik, dan di antara mereka ada yang menerima kebenaran. Demikianlah hari berlalu dalam pergulatan yang tidak pernah padam, suatu pergulatan yang dipimpin oleh Nabi sehingga beliau menaklukkan Mekah dan menyucikan jazirah Arab. Akhirnya, manusia masuk dalam agama Allah SWT dalam keadaan berbondong-bodong, dan Allah SWT menyempurnakan agama bagi kaum Muslim dan Nabi saw melaksanakan haji wada' (haji yang terakhir) dan turunlah kepada beliau wahyu di Arafah sebagaimana firman-Nya:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itujadi agama bagimu. " (QS. al-Maidah: 3)</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Ayat tersebut dibacakan kepada Abu Bakar sehingga ia menangis. Allah SWT merasa bahwa telah tiba waktunya untuk mengakhiri misi Rasul-Nya. Aisyah berkata kepada anak-anak yang berteriak dan bermain-main di luar rumah: "Diamlah kalian karena Rasulullah saw sedang sakit." Anak-anak itu pun terdiam dan mereka merasakan ketakutan yang luar biasa. Pada hari-hari terakhir, Rasulullah saw tidak lagi bercanda dengan mereka sebagaimana yang biasa beliau lakukan.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Mereka memperhatikan bahwa kepucatan yang aneh menyelimuti Nabi saw yang biasanya wajah beliau dipenuhi dengan senyuman hingga wajahnya laksana lempengan emas. Nabi saw yang terakhir masuk dalam rumahnya dan hampir saja beliau tidak kuat menahan langkah kedua kakinya. Beliau memasuki rumahnya dan bersandar kepada tangan Fadl bin Abbas dan Ali bin Abu Thalib. Beliau merasakan keletihan dan kesakitan. Kemudian Aisyah menidurkan beliau di atas ranjangnya yang kasar dan Aisyah meletakkan tangannya di atas kening beliau. Kepala beliau tampak panas karena saking hebatnya demam. Aisyah berkata dalam keadaan kedua matanya mengucurkan air mata, "demi ayah dan ibuku, ya Rasulullah apakah engkau merasakan sakit?" Nabi saw tersenyum untuk menenangkan Aisyah lalu beliau tertidur. Kemudian mengalirlah dalam memori Nabi saw berbagai gambar hidup: Jibril turun kepada beliau dengan membawa wahyu di gua Hira. Beliau telah melewati waktu yang diberkati selama dua puluh tiga tahun, yang sekarang tampak seperti mimpi. Bahkan empat puluh tahun yang mendahuluinya tampak seperti gambar yang hanya dilukis sesaat.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Segala sesuatu menjadi mudah bagi Allah SWT dan Rasulullah saw telah berhasil melalui berbagai penderitaan dengan penuh kesabaran, bahkan beliau tidak pernah mengeluh sekali pun. Beliau mengajarkan akidah kepada para pengikutnya dengan penuh kemantapan. Akhirnya, Islam menjadi mulia dan benderanya semakin berkibar. Kemudian beliau bangun karena melihat tangisan yang tersembunyi dari Aisyah. Beliau membuka kedua matanya dan melihat wajah Aisyah sambil beliau sendiri berusaha melawan rasa pusing, demam, dan sakit yang dirasakannya. Beliau kembali tersenyum untuk menenangkan Aisyah dan beliau kembali memejamkan matanya dan tidak sadarkan diri. Apa gerangan yang menyebabkan Aisyah menangis? Tidakkah Allah SWT memahkotai jihad Nabi saw yang berat dengan penaklukan Mekah dan penyucian Baitul Haram?</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Berbagai gambar hidup dan aktual melayang-layang dalam memori Nabi saw. Beliau mengingat bagaimana tindakan orang Quraisy ketika membantalkan perjanjian Hudaibiyah dan mereka memerangi Khaza'ah yang saat itu bersekutu dengan kaum Muslim dan akhirnya mereka membunuh semua sekutu kaum Muslim di Baitul Haram. Kemudian beliau berjalan bersama pasukan yang berjumlah sepuluh ribu di mana semua pasukan telah siap, dan tentara Muslim turun dari gunung Mekah laksana air bah yang tidak berhenti sedikit pun. Telah lewatlah masa para pembawa tombak, panah, dan pedang; telah lewatiah masa di mana Rasulullah saw memimpim pasukan yang di dalamnya terdapat kaum Muhajirin dan Anshar. Di tengah-tengah pasukan besar tersebut yang berhasil menaklukkan Mekah, Nabi saw menunggangi untanya dan beliau menundukkan kepalanya dengan penuh rendah diri di hadapan Allah SWT sampai-sampai kepalanya hampir menyentuh punggung unta yang dinaiki. Pintu Mekah terbuka untuk pasukan ini.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Para pemimpin Mekah dan pengikut-pengikut mereka menyerahkan diri. Kalimat Allah SWT semakin meninggi di dalamnya. Nabi saw memasuki Baitul Haram lalu beliau berkeliling di sekitar Ka'bah. Beliau menghancurkan berbagai patung yang berbaris di sekitarnya, lalu beliau memukulnya dengan kampaknya. Kemudian patung-patung itu berjatuhan dan hancur. Setelah beliau membersihkan masjid dari berbagai patung dan mengembalikannya sebagaimana yang diciptakan oleh Allah SWT sebagai rumah tauhid yang mutlak, beliau menoleh kepada orang Quraisy dan memaafkan mereka dan mengajak mereka untuk kembali ke jalan Allah SWT. Kemudian tibalah waktu salat, lalu Bilal naik di atas punggung Ka'bah dan mengumandangkan Azan. Penduduk Mekah mende-ngarkan panggilan baru ini di mana gemanya berputar-putar di antara gunung:</div><div align="justify"> </div><div align="justify">"Allah Maha Besar. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah. Aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah. Marilah melaksanakan salat. Marilah menuju keberuntungan. Allah Maha Besar. Tiada Tuhan selain Allah."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Akhirnya, rumah itu dikembalikan kehormatannya dan kemuliannya. Kemudian lagi-lagi arus berbagai gambar terlintas dalam memorinya: itulah peperangan Hunain dengan kekalahannya, kemenangannya, dan ganimahnya; Itulah Nabi saw yang memberikan ganimah terhadap orang-orang yang bergabung dengan Islam hanya dua hari dari penduduk Mekah, dan mencegah untuk memberi ganimah Hunaian kepada kaum Anshar yang telah memberikan segalanya untuk Islam. Salah seorang di antara mereka berkata: "Demi Allah, Rasulullah saw telah menemui kaumnya." Sa'ad bin 'Ubadah berjalan ke arah Rasulullah saw dan memberitahunya bahwa kaum Anshar sedang marah. Rasul saw bertanya: "Mengapa marah?" Sa'ad menjawab: "Mereka protes saat engkau membagikan ganimah ini pada kaummu dan pada seluruh orang Arab namun mereka tidak mendapatkan apa-apa." Rasulullah saw bertanya kepada Sa'ad bin Ubadah: "Kamu sendiri bagaimana pendapatmu wahai Sa'ad?" Sa'ad berkata: "Aku tidak lain kecuali seseorang dari kaumku." Rasulullah saw berkata: "Kumpulkanlah kepadaku kaummu untuk masalah yang penting ini dan jika kalian telah berkumpul, maka beritahulah aku."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sa'ad mengumpulkan seluruh kaum Anshar lalu ia memberitahu Rasul saw bahwa ia telah mengumpulkan mereka. Rasulullah saw keluar menemui mereka dan berdiri di hadapan mereka sambil memuji Allah SWT dan kemudian berkata: "Wahai orang-orang Anshar, tidakkah aku datang kepada kalian saat kalian dalam keadaan sesat lalu Allah SWT memberikan petunjuk kepada kalian, dan kalian menjadi orang-orang yang fakir lalu Allah SWT memampukan kalian, dan kalian dalam keadaan bermusuhan lalu Allah SWT menyatukan hati kalian?" Mereka menjawab: "Benar." Rasulullah saw berkata: "Mengapa kalian tidak menjawab wahai kaum Anshar?" Mereka berkata: "Apa yang kita akan katakan wahai Rasulullah dan dengan apa kita akan menjawabnya. Sungguh segala karunia hanya milik Allah SWT dan Rasul-Nya."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Rasulullah saw berkata: "Demi Allah, seandainya kalian mau niscaya kalian akan mengatakan dan benar apa yang kalian katakan: Engkau datang kepada kami sebagai seorang yang terusir, maka kami melingdungimu dan engkau datang dalam keadaan miskin lalu kami menghiburmu dan engkau datang dalam keadaaan ketakutan lalu kami mengamankanmu dan engkau datang dalam keadaan teraniaya lalu kami menolongmu." Mereka berkata: "Segala puji dan karunia bagi Allah SWT dan Rasul-Nya." Rasulullah saw berkata: "Wahai kaum Anshar, apakah kalian akan marah terhadap harta yang telah aku berikan kepada suatu kaum dengan harapan agar keimanan meresap dalam hati mereka dan kalian justru melupakan karunia yang telah Allah SWT berikan kepada kalian dalam bentuk nikmat Islam. Tidakkah kalian wahai kaum Anshar merasa puas ketika manusia pergi untuk melakukan perjalanan di musim dingin sedangkan kalian pergi dengan Rasulullah saw. Maka demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, seandainya manusia melalui suatu jalan dan kaum Anshar melalui jalan yang lain niscaya aku akan melalui jalan kaum Anshar. Ya Allah, rahmatilah kaum Anshar dan anak-anak kaum Anshar dan cucu kaum Anshar."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Mendengar doa itu, kaum tersebut menanggis sehingga jenggot mereka terbasahi dengan air mata dan mereka berkata: "Kami rela dengan Allah SWT sebagai Tuhan dan sangat puas dengan pembagian Rasulullah saw." Kemudian Nabi saw pun meninggalkan mereka dan mereka pergi dalam keadaan puas. Orang-orang Anshar memahami bahwa Muslim yang hakiki di dunia adalah seorang yang datang di dunia untuk memberi, bukan untuk mengambil. Nabi saw terbangun dan beliau mendapati dirinya sendirian di kamar. Suhu tubuh beliau meningkat karena demam, lalu beliau memanggil Aisyah dan meminta kepadanya untuk membawa air yang dapat digunakannya untuk mendinginkan tubuhnya. Aisyah mulai menuangkan air kepada Rasulullah saw sampai demam beliau berangsur-angsur sedikit menurun. Tampak bahwa waktu berlalu cukup lambat dan berat. Sakit Rasulullah saw semakin meningkat.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Beliau mulai merasa bahwa tidak mampu lagi untuk salat bersama para sahabat, lalu beliau memerintahkan Abu Bakar untuk salat bersama mereka. Pada saat Nabi mengalami antara keadaan terjaga dan tidur, beliau selalu berpikir apa gerangan yang belum disampaikannya kepada manusia. Beliau telah menyampaikan segala sesuatu dan telah mengajari mereka segala sesuatu serta telah meninggalkan sebuah Kitab yang siapa pun berpegangan dengannya ia tidak akan sesat.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Rasul saw mulai mengantuk dan berbagai nostalgia terlintas di kepalanya. Beliau melihat dirinya di haji Wada'. Selesailah perjanjian yang diberikan kepada kaum musyrik dan mereka telah dilarang untuk memasuki Masjidil Haram dan sekarang Nabi saw keluar sebagai pemimpin haji dan mengajari kaum Muslim cara manasiknya. Rasulullah saw memperhatikan ribuan orang-orang yang bertauhid saat mereka menuju Baitul Haram dalam keadaan memenuhi panggilan Tuhan dan tunduk kepadanya. Mereka menghidupkan memori kakek mereka, Ibrahim Khalilullah. Nabi saw berdiri dan berpidato di tengah-tengah keramaian itu. Nabi saw mulai merasakan bahwa kehidupannya di dunia sebentar lagi akan berakhir. Beliau mengetahui bahwa kafilah ini akan pergi sendirian dalam menjalani kehidupan. Beliau kembali menanamkan nilai-nilai Islam dan wasiat dakwah di jalan Allah SWT. Setelah berjuang selama dua puluh tiga tahun menegakkan agama Allah SWT, beliau bertanya kepada mereka: "Apakah aku telah menyampaikan amanat Tuhan?" Lalu manusia yang hadir saat itu menyatakan bahwa beliau benar-benar telah menyampaikan dakwah. Beliau memanggil Mu'ad bin Jabal dan mengajarinya bagaimana berdakwah kepada manusia di jalan Allah SWT dan bagaimana mengenalkan agama kepada mereka.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kemudian beliau berwasiat kepadaa Mu'ad saat ia menunggangi kendaraannya sedangkan Rasulullah saw beijalan di sebelah untanya: "Sesungguhnya orang yang paling utama di sisiku adalah orang-orang yang bertakwa, siapa pun mereka dan di mana pun mereka." Nabi saw adalah rahmat bagi semua manusia dan sebagal cermin yang tertinggi dari cermin persaudaraan dan kepatuhan. Beliau menegakkan Al-Qur'an di tengah-tengah umat Islam namun beliau menolak segala bentuk penampilan yang biasa melekat pada seorang penguasa atau raja atau pemimpin apa pun. Beliau berkata kepada para sahabatnya: "Aku hanya seorang hamba Allah SWT dan Rasul-Nya."</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Beliau keluar menemui sekelompok sahabatnya lalu sebagai bentuk penghormatan kepada beliau mereka berdiri. Kemudian beliau memerintahkan kepada mereka agar tidak berdiri. Ketika beliau keluar untuk menemui sahabat-sahabatnya dan murid-muridnya, maka beliau duduk bersama mereka di tempat terakhir yang ditemukannya. Beliau sangat bersahabat dan ramah dengan para sahabatnya, bahkan beliau bercanda dengan anak-anak mereka dan mendudukkan mereka di ruangannya. Beliau memenuhi panggilan orang dewasa maupun anak-anak. Beliau membesuk orang-orang yang sakit meskipun berada di tempat yang jauh. Beliau menerima alasan orang yang mempunyai uzur. Beliau mendahului orang yang ditemuinya dengan salam bahkan beliau mendahului berjabat tangan dengan para sahabatnya.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Ketika seseorang datang untuk menemuinya saat beliau salat, maka beliau mempersingkat salatnya dan menanyakan keperluan orang itu. Setelah menyelesaikan keperluan manusia, beliau kembali menyelesaikan shalatnya. Beliau selalu menebar senyum kepada kawan dan lawan dan memiliki kepribadian yang paling baik. Ketika beliau berada di rumahnya, beliau melayani keluarganya. Beliau mencuci bajunya. Beliau memperbaiki sandalnya dan memberi minum unta. Beliau makan bersama pembantu. Beliau memenuhi kebutuhan orang yang lemah, orang yang sedih, dan orang yang miskin. Bahkan kebaikan beliau dan kasih sayangnya sampai pada tingkat di mana beliau membiarkan cucunya menaiki punggungnya saat beliau sedang shalat.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Kasih sayang beliau tidak hanya terbatas kepada manusia bahkan juga tertuju pada binatang dan pohon. Beliau memberi makan binatang dengan tangannya sendiri bahkan beliau pernah merawat anjing yang sakit. Beliau memerintahkan pasukan Islam saat berperang demi menegakkan keadilan Islam agar mereka tidak membunuh anak kecil, orang tua, kaum wanita dan hendaklah mereka tidak mencabut pohon dan tidak pula merobohkan rumah.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Apa yang dibawa oleh Nabi saw bukan hanya suatu undang-undang yang mengatur hubungan antara manusia dan manusia yang lain, dan apa yang dibawa oleh Nabi saw bukan hanya berisi suatu sistem untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan kemajuannya, ini semua adalah hal relatif namun beliau datang dengan membawa peradaban yang abadi yang mengatur hubungan antara manusia dan alam, dan mengembalikan keserasian di alam wujud sehingga semua berjalan secara seimbang dan mencapai kesempurnaan menuju Allah SWT. Meskipun pada titik terakhir dari kehidupannya, beliau masih sibuk mengurusi masa depan dakwah dan beliau sangat cemas terhadap masa depan agama dan sangat peduli dengan problema kaum Muslim. Beliau khawatir suatu saat Islam hanya tinggal namanya namun hakikatnya telah lenyap. Namun sebelum beliau meninggal, Allah SWT telah memperlihatkan kepada beliau sesuatu yang membuat hati beliau menjadi tenang. Dan di hari Senin dari bulan Rabiul Awal yang mulia, beliau kembali kepada Tuhannya dalam keadaan ridha dan diridhai.</div><div align="justify"> Salam kepadamu ya Rasulullah dan kepada keluarga serta sahabat yang setia bersamamu.</div><table align="center" border="0" cellpadding="1" cellspacing="0"><tbody>
<tr><th align="left" scope="col"><span class="contentheading">Artikel lainnya :</span></th> </tr>
<tr> <td><br />
</td> </tr>
<tr> <td align="left" scope="row"> <ul><li><a href="http://www.dongengkakrico.com/kisah-nabi-a-rasul/54-kumpulan-kisah--riwayat-nabi/360-kisah-nabi-zakaria-as.html">Kisah/Riwayat Nabi Zakaria AS</a> (2008-08-12)</li>
<li><a href="http://www.dongengkakrico.com/kisah-nabi-a-rasul/54-kumpulan-kisah--riwayat-nabi/347-kisahriwayat-nabi-yusuf-as.html">Kisah/Riwayat Nabi Yusuf AS</a> (2008-08-12)</li>
<li><a href="http://www.dongengkakrico.com/kisah-nabi-a-rasul/54-kumpulan-kisah--riwayat-nabi/354-kisahriwayat-nabi-yunus-as.html">Kisah/Riwayat Nabi Yunus AS</a> (2008-08-12)</li>
<li><a href="http://www.dongengkakrico.com/kisah-nabi-a-rasul/54-kumpulan-kisah--riwayat-nabi/361-kisahriwayat-nabi-yahya-as.html">Kisah/Riwayat Nabi Yahya AS</a> (2008-08-12)</li>
<li><a href="http://www.dongengkakrico.com/kisah-nabi-a-rasul/54-kumpulan-kisah--riwayat-nabi/358-kisahriwayat-nabi-sulaiman-as.html">Kisah/Riwayat Nabi Sulaiman AS</a> (2008-08-12)</li>
</ul></td></tr>
</tbody></table><div align="justify"><br />
</div><div align="justify"><br />
</div>Muh Fadhil Haritsahhttp://www.blogger.com/profile/12420133668400469671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6976037221615238926.post-90056559039996071802012-02-18T18:22:00.000-08:002012-02-18T18:22:17.316-08:00TAFSIR SURAT AL-KAUTSAR (SUNGAI DI SURGA)Allah SWT berfirman (artinya), <br />
<i>Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.[1] Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berkorbanlah.[2] Sesungguhnya orang-orang yang membeci kamu dialah yang terputus.[3] </i> <br />
<br />
<i><b>Tafsir</b></i> <br />
<br />
Allah SWT berfirman kepada nabi-Nya, Muhammad SAW mengingatkan nikmat yang telah diberikan kepadanya: <br />
<br />
1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu sungai yang besar di surga yang dinamakan AL-KAUTSAR. Ia adalah telaga yang panjangnya perjalanan satu bulan dan lebarnya juga perjalanan satu bulan. Airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu. Bejanannya sbanyak dan semengkilap bintang-bintang di langit. Baunya lbih harum dari minyak kasturi. Siapa yang meminum seteguk darinya, maka dia tidak akan merasa haus selamanya. Dan sungai ini adalah bagian darinikmat yang banyak, yang diberikan Allah kepadanya. <br />
<br />
2. Setelah menyebutkan nikmat-Nyya yang diberikan kepada nabi-Nya, Muhammad SAW, Dia SWT memerintahkannya untuk mensyukuri nikmat itu dengan menjadikan shalat dan sembelihannya haya untuk Allah SWT, tidak seperti orang-orang musyrik yang bersujud dan menyembelih (binatang) untuk selain Allah, seperti patung, para wali dan lain sebagainya. <br />
<br />
Dua macam ibadah ini secara khusus disebut karena keduanya merupakan ibadah yang paling utama dan yang paling mulia. Shalat mengandung ketundukan kepada Allah SWT, di hati dan di anggota badan. Sedangkan menyembelih adalah bentuk pendekatan diri kepada Allah dengan harta berharga ang dimiliki manusia, yaitu onta, sapi dan kambing. Padahal jiwa manusia itu secara kodrati amat mencintai harta. <br />
<br />
3. Kemudian Allah SWT berfirman, ‘wahai Muhammad, sesungguhnya orang yang membenci dan mencelamu itulah yang terputus dari semua kebaikan, terputus amal dan nama baiknya. <br />
<br />
Sedangkan Muhammad SAW, maka dialah yang benar-benar sempurna, yang memiliki kesempurnaan yang mungkin dicapai oleh makhluk. Karena Allah telah mengangkat derajat dan namanya dan memperbanyak pengikutnya sampai hari Kiamat. <br />
<br />
Ya Allah, ya Rabb kami, kami memohon kepada-Mu untuk dapat menyertai nabi-Mu di surga, dan meminum dari telaganya seteguk air yang menjadikan kami tidak akan merasa haus unutk selamanya. <br />
<br />
(SUMBER: <i>at-Tafsiir al-Yasiir</i> karya Syaikh Yusuf bin Muhammad al-OwaidMuh Fadhil Haritsahhttp://www.blogger.com/profile/12420133668400469671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6976037221615238926.post-54769119929697577582012-02-18T18:16:00.000-08:002012-02-18T18:16:32.046-08:00Makna Surat Ar-RahmanArti :Yang Maha Pemurah<br />
Klasifikasi :Madaniyah,Makkiyah<br />
Surah ke :55<br />
Juz :Juz 27<br />
*******************************************************************************<br />
Surah Ar-Rahman (Arab: الرّحْمنن) adalah surah ke-55 dalam al-Qur'an. Surah ini tergolong surat makkiyah, terdiri atas 78 ayat. Dinamakan Ar-Rahmaan yang berarti Yang Maha Pemurah berasal dari kata Ar-Rahman yang terdapat pada ayat pertama surah ini. Ar-Rahman adalah salah satu dari nama-nama Allah. Sebagian besar dari surah ini menerangkan kepemurahan Allah SWT. kepada hamba-hamba-Nya, yaitu dengan memberikan nikmat-nikmat yang tidak terhingga baik di dunia maupun di akhirat nanti.<br />
<br />
Ciri khas surah ini adalah kalimat berulang 31 kali Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban (Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?) yang terletak di akhir setiap ayat yang menjelaskan nikmat Allah yang diberikan kepada manusia.<br />
<br />
Pokok-Pokok Isi<br />
<br />
* Keimanan<br />
o Allah mengajar manusia pandai berbicara<br />
o Pohon- pohonan dan tumbuh-tumbuhan tunduk kepada Allah<br />
o Seluruh alam merupakan nikmat Allah terhadap ummat manusia<br />
o Manusia diciptakan dari tanah sedangkan jin dari api<br />
<br />
* Hukum-hukum<br />
<br />
Kewajiban mengukur, menakar, menimbang dengan adil.<br />
<br />
* Lain-lain<br />
o Manusia dan jin tidak dapat melepaskan diri dari kekuasaan Allah s.w.t.<br />
o Banyak dari ummat manusia yang tidak mensyukuri nikmat Tuhan<br />
o Peristiwa tentang hal-hal yang akan terjadi dan hal-hal itu benar- benar terjadi seperti tentang Terusan Suez dan Terusan Panama.<br />
<br />
SUMBER:<br />
* Meaning of the Name 'Ar-Rahman' along with the other 98 commonly used Names at GuidedWays.com<br />
* Read Surah Ar-Rahman in many languages www.SearchTruth.com<br />
* Ar-Rahman at Sacred Texts<br />
* Al-Rahman on Al-Islam.org<br />
* Ar-Rahman at Altafsir.com<br />
* onlineQuran Read the Quran online.<br />
* WIKIPEDIA<br />
<br />
***************************************<br />
TERJEMAHAN:<br />
Surah Ar Rahman<br />
<br />
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.<br />
(Tuhan) Yang Maha Pemurah,(1)<br />
Yang telah mengajarkan Al Qur'an.(2)<br />
Dia menciptakan manusia,(3)<br />
Mengajarnya pandai berbicara.(4)<br />
Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.(5)<br />
Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya.(6)<br />
Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan).(7)<br />
Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu.(8)<br />
Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.(9)<br />
Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk (Nya).(10)<br />
Di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang.(11)<br />
Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya.(12)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(13)<br />
Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar,(14)<br />
Dan Dia menciptakan jin dari nyala api.(15)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(16)<br />
Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya.(17)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(18)<br />
Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,(19)<br />
Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.(20)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(21)<br />
Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.(22)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(23)<br />
Dan kepunyaan-Nya lah bahtera-bahtera yang tinggi layarnya di lautan laksana gunung-gunung.(24)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(25)<br />
Semua yang ada di bumi itu akan binasa.(26)<br />
Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.(27)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(28)<br />
Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.(29)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(30)<br />
Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu hai manusia dan jin.(31)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(32)<br />
Hai jemaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.(33)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(34)<br />
Kepada kamu, (jin dan manusia) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga maka kamu tidak dapat menyelamatkan diri (daripadanya).(35)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(36)<br />
Maka apabila langit terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak.(37)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(38)<br />
Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya.(39)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(40)<br />
Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandanya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka.(41)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(42)<br />
Inilah neraka Jahanam yang didustakan oleh orang-orang berdosa.(43)<br />
Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air yang mendidih yang memuncak panasnya.(44)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(45)<br />
Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.(46)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(47)<br />
kedua surga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan.(48)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(49)<br />
Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengalir.(50)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(51)<br />
Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasangan.(52)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(53)<br />
Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutra. Dan buah-buahan kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat.(54)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(55)<br />
Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin.(56)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(57)<br />
Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.(58)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(59)<br />
Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).(60)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(61)<br />
Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi.(62)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(63)<br />
kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya.(64)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(65)<br />
Di dalam kedua surga itu ada dua mata air yang memancar.(66)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(67)<br />
Di dalam keduanya ada (macam-macam) buah-buahan dan kurma serta delima.(68)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(69)<br />
Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik.(70)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(71)<br />
(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam rumah.(72)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(73)<br />
Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin.(74)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(75)<br />
Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah.(76)<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(77)<br />
Maha Agung nama Tuhanmu Yang Mempunyai kebesaran dan karunia.(78)<br />
<br />
(Tuhan) Yang Maha Pemurah,(QS. 55:1)<br />
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::<br />
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ar Rahmaan 1 - 2<br />
الرَّحْمَنُ (1) عَلَّمَ الْقُرْآنَ (2)<br />
Pada ayat ini Allah yang Maha Pemurah menyatakan bahwa Dia telah mengajar Muhammad saw Alquran dan Muhammad telah mengajarkan umatnya. Ayat ini turun sebagai bantahan bagi penduduk Mekah yang mengatakan:<br />
<br />
إنما يعلمه بشر<br />
Artinya:<br />
Sesungguhnya Alquran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)".<br />
(Q.S. An Nahl: 103)<br />
Oleh karena isi ayat ini mengungkapkan beberapa nikmat Allah atas hamba-Nya, maka surah ini dimulai dengan menyebut nikmat yang paling besar faedahnya dan paling banyak manfaatnya bagi hamba-Nya, yaitu nikmat mengajar Alquran. Maka manusia dengan mengikuti ajaran Alquran akan berbahagialah di dunia dan di akhirat dan dengan berpegang teguh pada petunjuk-petunjuk Nya niscaya akan tercapailah tujuan di kedua tempat tersebut. Alquran adalah induk kitab-kitab samawi yang diturunkan kepada sebaik-baik makhluk Allah yang berada di bumi ini.<br />
******************************************************************<br />
<br />
1. Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Ar-Rahman, Allah akan menyayangi kelemahannya dan meridhai nikmat yang dikaruniakan padanya.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/187).<br />
<br />
2. Imam Ja’far Ash-shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Ar-Rahman, dan ketika membaca kalimat ‘Fabiayyi âlâi Rabbikumâ tukadzdzibân’, ia mengucapkan: Lâ bisyay-in min âlâika Rabbî akdzibu (tidak ada satu pun nikmat-Mu, duhai Tuhanku, yang aku dustakan), jika saat membacanya itu pada malam hari kemudian ia mati, maka matinya seperti matinya orang yang syahid; jika membacanya di siang hari kemudian mati, maka matinya seperti matinya orang yang syahid.” (Tsawabul A’mal, hlm 117).<br />
<br />
3. Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Jangan tinggalkan membaca surat Ar-Rahman, bangunlah malam bersamanya, surat ini tidak menentramkan hati orang-orang munafik, kamu akan menjumpai Tuhannya bersamanya pada hari kiamat, wujudnya seperti wujud manusia yang paling indah, dan baunya paling harum. Pada hari kiamat tidak ada seorangpun yang berdiri di hadapan Allah yang lebih dekat dengan-Nya daripadanya. Pada saat itu Allah berfirman padanya: Siapakah orang yang sering bangun malam bersamamu saat di dunia dan tekun membacamu. Ia menjawab: Ya Rabbi, fulan bin fulan, lalu wajah mereka menjadi putih, dan ia berkata kepada mereka: Berilah syafaat orang-orang yang mencintai kalian, kemudian mereka memberi syafaat sampai yang terakhir dan tidak ada seorang pun yang tertinggal dari orang-orang yang berhak menerima syafaat mereka. Lalu ia berkata kepada mereka: Masuklah kalian ke surga, dan tinggallah di dalamnya sebagaimana yang kalian inginkan.” (Tsawabul A’mal, hlm 117).<br />
************************************************************************<br />
<br />
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(QS. 55:13)<br />
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::<br />
<br />
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ar Rahmaan 13<br />
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (13)<br />
Allah menantang manusia dan jin; nikmat manakah dari nikmat-nikmat yang telah mereka rasakan itu yang mereka dustakan. Yang dimaksud dengan pendustaan nikmat-nikmat tersebut adalah kekafiran mereka terhadap Tuhan mereka, karena mempersekutukan tuhan-tuhan mereka dengan Allah. Dalam peribadatan adalah bukti tentang kekafiran mereka terhadap tuhan mereka, karena nikmat-nikmat itu harus disyukuri, sedangkan syukur artinya menyembah Yang Memberi nikmat-nikmat kepada mereka.<br />
Ayat tersebut diulang-ulang dalam surah ini tigapuluh satu kali banyaknya untuk memperkuat tentang adanya nikmat dan untuk memperingatkannya. Dari itu, sambil Dia menyebut satu persatu dari nikmat-nikmat tersebut Dia memisahkannya dengan kata-kata memperingati dan memperkuat tentang adanya nikmat-nikmat tersebut.<br />
<br />
Susunan kata serupa ini banyak terdapat dalam bahasa Arab, dari itu, telah menjadi kebiasaan bahwa seorang mengatakan kepada temannya yang telah menerima kebaikannya, tetapi ia mengingkarinya,<br />
"Bukankah engkau dahulu miskin, lalu aku menolongmu sehingga berkecukupan? Apakah engkau mengingkarinya? Bukankah engkau dahulu tidak berpakaian, maka aku memberi pakaian; apakah engkau mengingkarinya? Bukankah engkau dahulu tidak dikenal, maka aku mengangkat derajatmu, lalu engkau menjadi dikenal apakah engkau mengingkarinya?".<br />
<br />
Seakan-akan Allah SWT berkata, "Bukankah Aku menciptakan manusia, mengajarnya pandai berbicara, Aku jadikan matahari dan bulan beredar menurut perhitungan, Aku jadikan bermacam-macam kayu-kayuan, Aku jadikan aneka ragam buah-buahan, baik di dusun-dusun maupun di bandar-bandar untuk mereka yang beriman dan kafir kepada Ku, terkadang Aku menyiraminya dengan air hujan, adakalanya dengan air sungai dan alur-alur; apakah kamu hai manusia dan jin mengingkari yang demikian itu?".<br />
**********************************************************************<br />
<br />
sumber:<br />
1.Departemen Agama<br />
2.<a href="http://masjamal.wordpress.com/2008/06/29/keutamaan-surat-ar-rahman/#comment-180">http://masjamal.wordpress.com/2008/06/29/keutamaan-surat-ar-rahman/#comment-180</a><br />
<br />
<br />
**********************************************************************<br />
<br />
'Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang ada tanda-tanda bagi orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri atau duduk atau berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata: Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka'.''Muh Fadhil Haritsahhttp://www.blogger.com/profile/12420133668400469671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6976037221615238926.post-74245968245825211902012-02-18T18:09:00.001-08:002012-02-18T18:09:38.280-08:00Hadits Tentang Shalat<div style="margin-bottom: 0cm;"> Amar bin Yasir r.a meriwayatkan, beliau mendengar Rasulullah saw bersabda, “Apabila seseorang selesai mengerjakan shalat dia mendapat sepersepuluh, sepersembilan, seperdelapan, sepertujuh, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga, seperdua pahala shalatnya. (Hr. Abu Daud, at Targhib) </div><div style="margin-bottom: 0cm;"> Hadits ini menjelaskan, pahala seseorang dalam shalat berbanding lurus dengan keikhlasan dan ke khusyuan shalat yang dikerjakannya, sehingga sebagian mendapat sepersepuluh dari pahala sepenuhnya, dan sebagian lagi mendapat lebih dari sepersepuluh sampai setengah dari pahala sepenuhnya. Memang benar ada sebagian yang menerima pahala sepenuhnya dan ada yang tidak mendapat pahala sama sekali. Allah swt mempunyai sebuah takaran untuk mengukur kualitas shalat fardhu. </div><div style="margin-bottom: 0cm;"> Dalam hadits ini disebutkan, kekhusyuan shalat adalah yang pertama kali diangkat dari dunia ini. Satu masa akan tiba dimana tidak seorangpun dalam suatu jamaah akan mengerjakan shalat dengan khusyu. </div><div style="margin-bottom: 0cm;"> Hadits ke-2. </div><div style="margin-bottom: 0cm;"> Anas r.a berkata, Rasulullah saw bersabda, “Apabila seorang mengerjakan shalat pada waktu-waktu yang telah ditetapkan dengan wudhu yang sempurna, dengan perasaan rendah hati dan tawadhu, dan dengan qiyam, ruku, dan sujud dilakukan dengan baik, maka shalat yang demikian itu akan berupa cahaya yang indah yang akan mendoakan orang itu dengan kata-kata. “Semoga Allah memelihara engkau seperti engkau telah memelihara saya” Sebaliknya, apabila seseorang tidak menjaga shalatnya dan tidak mengambil wudhu dengan sempurna dan qiyam, ruku serta sujudnya juga tidak dilakukan dengan tertib, maka shalatnya akan membuat wajahnya gelap dan buruk serta ia akan mengutuk orang itu dengan kata-kata: “ Semoga Allah swt membinasakanmu sebagaimana kamu telah membinasakanku.” Lalu shalatnya itu dilemparkan ke muka orang itu seperti kain yang buruk.(Hr.Thabrani) </div><div style="margin-bottom: 0cm;"> Beruntunglah shalatnya yang sudah sempurna sehingga shalatnya sebagai ibadah yang penting di sisi Allah swt dapat mendoakannya. Tetapi bagaimana dengan orang yang tidak mau menunaikan shalat atau menunaikannya dengan sempurna? Mereka bersujud dan ruku dengan cepat seperti burung gagak yang mematuk biji-bijian. Kerugian yang diterima oleh orang yang demikian disebutkan dalam hadits ini. Apabila shalat sudah mengutuk, apa lagi yang dapat kita lakukan untuk menghindari dari lembah kemakmuran? Itulah sebabnya keadaan islam kini sedang menurun dari hari ke hari diseluruh dunia. Dan kehancuran datang dari setiap penjuru. </div><div style="margin-bottom: 0cm;"> Gambaran serupa diberikan dalam sebuah hadits lain, shalat yang dikerjakan oleh seseorang dengan ikhlas dan khusyu maka orang itu akan berupa seseorang yang berwajah cemerlang, pintu surga terbuka untuk menyambut dan kemudian dia menjadi pembela orang yang mengerjakan shalat itu (dihadapan Allah swt) Rasulullah saw bersabda , “Orang yang rukunya tidak sempurna (yang punggungnya tidak lurus) bagaikan seorang wanita hamil yang kandungannya gugur sebelum lahir.” Dalam sebuah hadits dinyatakan, sebagian orang berpuasa tetapi tidak memperoleh apapun dari puasanya kecuali hanya lapar dan dahaga dan orang yang beribadah pada malam hari tetapi tidak memperoleh apapun dari ibadahnya kecuali hanya rasa kantuk belaka. </div><div style="margin-bottom: 0cm;"> Aisyah r.a meriwayatkan, beliau mendengar Rasulullah saw bersabda, 'Allah swt telah memutuskan akan menyelamatkan ( dari azab neraka) orang yang datang menghadap-Nya dengan mengerjakan shalat lima kali dalam sehari pada waktu-waktu yang telah ditetapkan, dengan ikhlas, khusyu, dan dengan wudhu yang sempurna. Dan orang yang tidak datang menghadap-Nya, tidak ada baginya jaminan tersebut. Mungkin akan diampuni oleh Allah swt dengan limpahan kasih sayang-Nya atau Allah akan mengazabnya.” </div><div style="margin-bottom: 0cm;"> Hadits ke-3 </div><div style="margin-bottom: 0cm;"> Abu Hurairah r.a menceritakan, “Kami mendengar Rasulullah saw bersabda, “Sesengguhnya amal yang pertama kali akan dihisab dari seorang hamba adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, maka sungguh orang itu akan bahagia dan berhasil, tetapi bila shalatnya rusak, maka ia akan menyesal dan merugi. Jika sekiranya ada kekurangan dalam shalat fardhunya, Allah swt akan berfirman kepada malaikat, 'Carilah dalam catatan, mungkin hamba-Ku suka mengerjakan shalat sunat, maka kekurangan dalam shalat fardhunya akan disempurnakan dengan shalat sunatnya. Kemudian seluruh amal yang lainnya akan dihisab seperti itu juga (Hr. Tirmidzi) </div><div style="margin-bottom: 0cm;"> Hadits ini menunjukan kepada kita supaya selalu mengerjakan shalat-shalat sunat untuk menutupi kekurangan dalam shalat fardhu. Tetapi sayang, tabiat manusia biasanya hanya menunaikan shalat fardhu saja. Shalat nafil adalah untuk alim ulama saja. Memang cukup memadai dengan shalat fardhu yang sempurna, tetapi untuk menyempurnakannya bukanlah hal yang mudah, setiap rukun-rukunnya harus benar-benar disempurnakan. Kemungkinan besar masih terdapat kekurangan di sana sini dan tidak ada jalan lain yang dapat mengganti kekurangan itu kecuali melalui shalat sunat. </div><div style="margin-bottom: 0cm;"> Ada satu hadits yang berhubungan dengan makna yang lebih luas yang berbunyi : Shalat fardhu adalah satu kewajiban yang paling utama yang diperintahkan oleh Allah swt dan pertama kali dihadapkan ke hadirat Allah swt dan yang pertama kali akan dihisab pada hari Hisab. Apabila shalat fardhu dikerjakan tidak sempurna maka kekurangan itu akan dipenuhi dengan shalat nafil. Demikian pula dengan puasa Ramadhan yang di hisab kemudian, jika terjadi kekurangan akan dipenuhi dengan puasa nafil. Demikian juga dengan zakat yang akan di hisab setelah itu, maka amalan-amalan nafil akan menyempurnakannya dan memperberat timbangan. </div><div style="margin-bottom: 0cm;"> Telah menjadi amalan Rasulullah saw apabila ada seseorang yang baru memeluk islam, maka yang pertama diajarkan kepadanya adalah shalat. </div><div style="margin-bottom: 0cm;"> Hadits ke- 4 </div><div style="margin-bottom: 0cm;"> Abdullah bin Qurath r.a berkata, Rasulullah saw bersabda, “Yang pertama kali akan dihisab pada seorang hamba pada hari Kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka baiklah seluruh amalannya. Dan jika shalatnya buruk, maka buruklah amalan-amalan yang lain.” (Hr. Thabrani) </div><div style="margin-bottom: 0cm;"> Ketika Umar r.a menjadi Khalifah, beliau telah mengeluarkan suatu pengumuman yang dikirim kepada setiap kepala daerah, “Saya memandang shalat sebagai kewajiban yang paling penting. Seseorang yang menjaga shalatnya dengan penuh perhatian, maka akan menjaga juga perintah-perintah yang lain dalam agama islam, tetapi jika kalian meninggalkan shalat maka dengan mudah kalian akan meninggalkan ajaran-ajaran yang lainnya.” </div><div style="margin-bottom: 0cm;"> Hadits Rasulullah dan pengumuman Khalifah Umar al faruq r.a di atas dikuatkan oleh hadits yang berbunyi, 'Syetan takut pada seorang muslim selama menjaga shalat dan menjaganya dengan sempurna, tetapi apabila dia melalaikan shalatnya, maka syetan akan datang untuk menyesatkan, setelah itu mereka akan mudah digoda untuk melakukan dosa-dosa besar dan berat.” Inilah maksud firman Allah swt yang berbunyi : “ Bacalah al Quran yang telah diwahyukan kepadamu! Dirikanlah shalat Sesungguhnya shalat itu menghalangi perbuatan keji dan mungkar (Qs.al Ankabut ayat 45) </div>Muh Fadhil Haritsahhttp://www.blogger.com/profile/12420133668400469671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6976037221615238926.post-29831175263642692002012-02-18T17:47:00.000-08:002012-02-18T17:47:41.244-08:00Hadis Rasulullah SabarDari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu'min: Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya." (HR. Muslim)<br />
<strong>Sekilas Tentang Hadits</strong> <br />
<br />
Hadits ini merupakan hadits shahih dengan sanad sebagaimana di atas, melalui jalur Tsabit dari Abdurrahman bin Abi Laila, dari Suhaib dari Rasulullah SAW, diriwayatkan oleh : <br />
- Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Al-Zuhud wa Al-Raqa’iq, Bab Al-Mu’min Amruhu Kulluhu Khair, hadits no 2999. <br />
- Imam Ahmad bin Hambal dalam empat tempat dalam Musnadnya, yaitu hadits no 18455, 18360, 23406 & 23412. <br />
- Diriwayatkan juga oleh Imam al-Darimi, dalam Sunannya, Kitab Al-Riqaq, Bab Al-Mu’min Yu’jaru Fi Kulli Syai’, hadits no 2777.<br />
<strong>Makna Hadits Secara Umum</strong><br />
Hadits singkat ini memiliki makna yang luas sekaligus memberikan definisi mengenai sifat dan karakter orang yang beriman. Setiap orang yang beriman digambarkan oleh Rasulullah SAW sebagai orang yang memiliki pesona, yang digambarkan dengan istilah ‘ajaban’ ( عجبا ). Karena sifat dan karakter ini akan mempesona siapa saja.<br />
Kemudian Rasulullah SAW menggambarkan bahwa pesona tersebut berpangkal dari adanya positif thinking setiap mu’min. Dimana ia memandang segala persoalannya dari sudut pandang positif, dan bukan dari sudut nagatifnya.<br />
Sebagai contoh, ketika ia mendapatkan kebaikan, kebahagian, rasa bahagia, kesenangan dan lain sebagainya, ia akan refleksikan dalam bentuk penysukuran terhadap Allah SWT. Karena ia tahu dan faham bahwa hal tersebut merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada dirinya. Dan tidaklah Allah memberikan sesuatu kepadanya melainkan pasti sesuatu tersebut adalah positif baginya.<br />
Sebaliknya, jika ia mendapatkan suatu musibah, bencana, rasa duka, sedih, kemalangan dan hal-hal negatif lainnya, ia akan bersabar. Karena ia meyakini bahwa hal tersebut merupakan pemberian sekaligus cobaan bagi dirinya yang pasti memiliki rahasia kebaikan di dalamnya. Sehingga refleksinya adalah dengan bersabar dan mengembalikan semuanya kepada Allah SWT.<br />
<strong>Urgensi Kesabaran</strong><br />
Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. Oleh karena itulah Rasulullah SAW menggambarkan tentang ciri dan keutamaan orang yang beriman sebagaimana hadits di atas.<br />
Namun kesabaran adalah bukan semata-mata memiliki pengertian "nrimo", ketidak mampuan dan identik dengan ketertindasan. Sabar sesungguhnya memiliki dimensi yang lebih pada pengalahan hawa nafsu yang terdapat dalam jiwa insan. Dalam berjihad, sabar diimplementasikan dengan melawan hawa nafsu yang menginginkan agar dirinya duduk dengan santai dan tenang di rumah. Justru ketika ia berdiam diri itulah, sesungguhnya ia belum dapat bersabar melawan tantangan dan memenuhi panggilan ilahi.<br />
Sabar juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, menuju perbaikan agar lebih baik dan baik lagi. Bahkan seseorang dikatakan dapat diakatakan tidak sabar, jika ia menerima kondisi buruk, pasrah dan menyerah begitu saja. Sabar dalam ibadah diimplementasikan dalam bentuk melawan dan memaksa diri untuk bangkit dari tempat tidur, kemudian berwudhu lalu berjalan menuju masjid dan malaksanakan shalat secara berjamaah. Sehingga sabar tidak tepat jika hanya diartikan dengan sebuah sifat pasif, namun ia memiliki nilai keseimbangan antara sifat aktif dengan sifat pasif.<br />
<strong>Makna Sabar</strong><br />
Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah "Shobaro", yang membentuk infinitif (masdar) menjadi "shabran". Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Menguatkan makna seperti ini adalah firman Allah dalam Al-Qur'an:<br />
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS. Al-Kahfi/ 18 : 28)<br />
Perintah untuk bersabar pada ayat di atas, adalah untuk menahan diri dari keingingan ‘keluar’ dari komunitas orang-orang yang menyeru Rab nya serta selalu mengharap keridhaan-Nya. Perintah sabar di atas sekaligus juga sebagai pencegahan dari keinginan manusia yang ingin bersama dengan orang-orang yang lalai dari mengingat Allah SWT.<br />
Sedangkan dari segi istilahnya, sabar adalah: <br />
Menahan diri dari sifat kegeundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.<br />
Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar adalah keteguhan bersama Allah, menerima ujian dari-Nya dengan lapang dan tenang. Hal senada juga dikemukakan oleh Imam al-Khowas, bahwa sabar adalah refleksi keteguhan untuk merealisasikan al-Qur'an dan sunnah. Sehingga sesungguhnya sabar tidak identik dengan kepasrahan dan ketidak mampuan. Justru orang yang seperti ini memiliki indikasi adanya ketidak sabaran untuk merubah kondisi yang ada, ketidak sabaran untuk berusaha, ketidak sabaran untuk berjuang dan lain sebagainya.<br />
Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk sabar ketika berjihad. Padahal jihad adalah memerangi musuh-musuh Allah, yang klimaksnya adalah menggunakan senjata (perang). Artinya untuk berbuat seperti itu perlu kesabaran untuk mengeyampingkan keiinginan jiwanya yang menginginkan rasa santai, bermalas-malasan dan lain sebagainya. Sabar dalam jihad juga berarti keteguhan untuk menghadapi musuh, serta tidak lari dari medan peperangan. Orang yang lari dari medan peperangan karena takut, adalah salah satu indikasi tidak sabar.<br />
<strong>Sabar Sebagaimana Digambarkan Dalam Al-Qur'an</strong><br />
Dalam al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang berbicara mengenai kesabaran. Jika ditelusuri secara keseluruhan, terdapat 103 kali disebut dalam al-Qur'an, kata-kata yang menggunakan kata dasar sabar; baik berbentuk isim maupun fi'ilnya. Hal ini menunjukkan betapa kesabaran menjadi perhatian Allah SWT, yang Allah tekankan kepada hamba-hamba-Nya. Dari ayat-ayat yang ada, para ulama mengklasifikasikan sabar dalam al-Qur'an menjadi beberapa macam;<br />
1. Sabar merupakan perintah Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam QS.2: 153: "Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."<br />
Ayat-ayat lainnya yang serupa mengenai perintah untuk bersabar sangat banyak terdapat dalam Al-Qur'an. Diantaranya adalah dalam QS.3: 200, 16: 127, 8: 46, 10:109, 11: 115 dsb.<br />
2. Larangan isti'ja l(tergesa-gesa/ tidak sabar), sebagaimana yang Allah firmankan (QS. Al-Ahqaf/ 46: 35): "Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka…"<br />
3. Pujian Allah bagi orang-orang yang sabar, sebagaimana yang terdapat dalam QS. 2: 177: "…dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa."<br />
<br />
4. Allah SWT akan mencintai orang-orang yang sabar. Dalam surat Ali Imran (3: 146) Allah SWT berfirman : "Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar."<br />
5. Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar. Artinya Allah SWT senantiasa akan menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar. Allah berfirman (QS. 8: 46) ; "Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar."<br />
6. Mendapatkan pahala surga dari Allah. Allah mengatakan dalam al-Qur'an (13: 23 - 24); "(yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun `alaikum bima shabartum" (keselamatan bagi kalian, atas kesabaran yang kalian lakukan). Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu."<br />
Inilah diantara gambaran Al-Qur'an mengenai kesabaran. Gembaran-gambaran lain mengenai hal yang sama, masih sangat banyak, dan dapat kita temukan pada buku-buku yang secara khusus membahas mengenai kesabaran.<br />
<strong>Kesabaran Sebagaimana Digambarkan Dalam Hadits.</strong><br />
<br />
Sebagaimana dalam al-Qur'an, dalam hadits juga banyak sekali sabda-sabda Rasulullah SAW yang menggambarkan mengenai kesabaran. Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan 29 hadits yang bertemakan sabar. Secara garis besar, hadits-hadits tersebut menggambarkan kesabaran sebagai berikut;<br />
1. Kesabaran merupakan "dhiya' " (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap kegelapan. Rasulullah SAW mengungkapkan, "…dan kesabaran merupakan cahaya yang terang…" (HR. Muslim)<br />
2. Kesabaran merupakan sesuatu yang perlu diusahakan dan dilatih secara optimal. Rasulullah SAW pernah menggambarkan: "…barang siapa yang mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah akan menjadikannya seorang yang sabar…" (HR. Bukhari)<br />
3. Kesabaran merupakan anugrah Allah yang paling baik. Rasulullah SAW mengatakan, "…dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran." (Muttafaqun Alaih)<br />
4. Kesabaran merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mu'min, sebagaimana hadits yang terdapat pada muqadimah; "Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur karena (ia mengatahui) bahwa hal tersebut adalah memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut adalah baik baginya." (HR. Muslim)<br />
5. Seseorang yang sabar akan mendapatkan pahala surga. Dalam sebuah hadits digambarkan; Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah berfirman, "Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua matanya, kemudian diabersabar, maka aku gantikan surga baginya." (HR. Bukhari)<br />
6. Sabar merupakan sifat para nabi. Ibnu Mas'ud dalam sebuah riwayat pernah mengatakan: Dari Abdullan bin Mas'ud berkata"Seakan-akan aku memandang Rasulullah SAW menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah, kemudia ia mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, 'Ya Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui." (HR. Bukhari)<br />
7. Kesabaran merupakan ciri orang yang kuat. Rasulullah SAW pernah menggambarkan dalam sebuah hadits; Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah." (HR. Bukhari)<br />
<br />
8. Kesabaran dapat menghapuskan dosa. Rasulullah SAW menggambarkan dalam sebuah haditsnya; Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullan SAW bersabda, "Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut." (HR. Bukhari & Muslim)<br />
<br />
9. Kesabaran merupakan suatu keharusan, dimana seseorang tidak boleh putus asa hingga ia menginginkan kematian. Sekiranya memang sudah sangat terpaksa hendaklah ia berdoa kepada Allah, agar Allah memberikan hal yang terbaik baginya; apakah kehidupan atau kematian. Rasulullah SAW mengatakan; Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah salah seorang diantara kalian mengangan-angankan datangnya kematian karena musibah yang menimpanya. Dan sekiranya ia memang harus mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, 'Ya Allah, teruskanlah hidupku ini sekiranya hidup itu lebih baik unttukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik bagiku." (HR. Bukhari Muslim)<br />
<strong>Bentuk-Bentuk Kesabaran</strong><br />
Para ulama membagi kesabaran menjadi tiga hal; sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar untuk meninggalkan kemaksiatan dan sabar menghadapi ujian dari Allah:<br />
1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah. Merealisasikan ketaatan kepada Allah, membutuhkan kesabaran, karena secara tabiatnya, jiwa manusia enggan untuk beribadah dan berbuat ketaatan. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat tiga hal yang menyebabkan insan sulit untuk sabar. Pertama karena malas, seperti dalam melakukan ibadah shalat. Kedua karena bakhil (kikir), seperti menunaikan zakat dan infaq. Ketiga karena keduanya, (malas dan kikir), seperti haji dan jihad.<br />
Kemudian untuk dapat merealisasikan kesabaran dalam ketaatan kepada Allah diperlukan beberapa hal, <br />
(1) Dalam kondisi sebelum melakukan ibadah berupa memperbaiki niat, yaitu kikhlasan. Ikhlas merupakan kesabaran menghadapi duri-duri riya'. <br />
(2) Kondisi ketika melaksanakan ibadah, agar jangan sampai melupakan Allah di tengah melaksanakan ibadah tersebut, tidak malas dalam merealisasikan adab dan sunah-sunahnya. <br />
(3) Kondisi ketika telah selesai melaksanakan ibadah, yaitu untuk tidak membicarakan ibadah yang telah dilakukannya supaya diketahui atau dipuji orang lain.<br />
2. Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan, seperti ghibah (baca; ngerumpi), dusta, memandang sesuatu yang haram dsb. Karena kecendrungan jiwa insan, suka pada hal-hal yang buruk dan "menyenangkan". Dan perbuatan maksiat identik dengan hal-hal yang "menyenangkan".<br />
3. Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan musibah, baik yang bersifat materi ataupun inmateri; misalnya kehilangan harta, kehilangan orang yang dicintai dsb.<br />
<strong>Aspek-Aspek Kesabaran sebagaimana yang Digambarkan dalam Hadits</strong><br />
<br />
Dalam hadits-hadits Rasulullah SAW, terdapat beberapa hadits yang secara spesifik menggambarkan aspek-aspek ataupun kondisi-kondisi seseroang diharuskan untuk bersabar. Meskipun aspek-aspek tersebut bukan merupakan ‘pembatasan’ pada bidang-bidang kesabaran, melainkan hanya sebagai contoh dan penekanan yang memiliki nilai motivasi untuk lebih bersabar dalam menghadapi berbagai permasalahan lainnya. Diantara kondisi-kondisi yang ditekankan agar kita bersabar adalah :<br />
1. Sabar terhadap musibah.<br />
<br />
Sabar terhadap musibah merupakan aspek kesabaran yang paling sering dinasehatkan banyak orang. Karena sabar dalam aspek ini merupakan bentuk sabar yang Dalam sebuah hadits diriwayatkan, :<br />
Dari Anas bin Malik ra, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW melewati seorang wanita yang sedang menangis di dekat sebuah kuburan. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ‘Bertakwalah kepada Allah, dan bersabarlah.’ Wanita tersebut menjawab, ‘Menjauhlah dariku, karena sesungguhnya engkau tidak mengetahui dan tidak bisa merasakan musibah yang menimpaku.’ Kemudian diberitahukan kepada wanita tersebut, bahwa orang yang menegurnya tadi adalah Rasulullah SAW. Lalu ia mendatangi pintu Rasulullah SAW dan ia tidak mendapatkan penjaganya. Kemudian ia berkata kepada Rasulullah SAW, ‘(maaf) aku tadi tidak mengetahui engkau wahai Rasulullah SAW.’ Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya sabar itu terdapat pada hentakan pertama.’ (HR. Bukhari Muslim)<br />
<br />
2. Sabar ketika menghadapi musuh (dalam berjihad). <br />
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian berangan-angan untuk menghadapi musuh. Namun jika kalian sudah menghadapinya maka bersabarlah (untuk menghadapinya).” HR. Muslim.<br />
<br />
3. Sabar berjamaah, terhadap amir yang tidak disukai.<br />
Dalam sebuah riwayat digambarkan; Dari Ibnu Abbas ra beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang melihat pada amir (pemimpinnya) sesuatu yang tidak disukainya, maka hendaklah ia bersabar. Karena siapa yang memisahkan diri dari jamaah satu jengkal, kemudian ia mati. Maka ia mati dalam kondisi kematian jahiliyah. (HR. Muslim)<br />
4. Sabar terhadap jabatan & kedudukan. <br />
Dalam sebuah riwayat digambarkan : Dari Usaid bin Hudhair bahwa seseorang dari kaum Anshar berkata kepada Rasulullah SAW; ‘Wahai Rasulullah, engkau mengangkat (memberi kedudukan) si Fulan, namun tidak mengangkat (memberi kedudukan kepadaku). Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya kalian akan melihat setelahku ‘atsaratan’ (yaitu setiap orang menganggap lebih baik dari yang lainnya), maka bersabarlah kalian hingga kalian menemuiku pada telagaku (kelak). (HR. Turmudzi).<br />
<br />
5. Sabar dalam kehidupan sosial dan interaksi dengan masyarakat. <br />
Dalam sebuah hadits diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, ‘Seorang muslim apabila ia berinteraksi dengan masyarakat serta bersabar terhadap dampak negatif mereka adalah lebih baik dari pada seorang muslim yang tidak berinteraksi dengan masyarakat serta tidak bersabar atas kenegatifan mereka. (HR. Turmudzi)<br />
6. Sabar dalam kerasnya kehidupan dan himpitan ekonomi<br />
Dalam sebuah riwayat digambarkan; ‘Dari Abdullah bin Umar ra berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, ‘Barang siapa yang bersabar atas kesulitan dan himpitan kehidupannya, maka aku akan menjadi saksi atau pemberi syafaat baginya pada hari kiamat. (HR. Turmudzi).<br />
<br />
<strong>Kiat-kiat Untuk Meningkatkan Kesabaran</strong><br />
Ketidaksabaran (baca; isti'jal) merupakan salah satu penyakit hati, yang seyogyanya diantisipasi dan diterapi sejak dini. Karena hal ini memilki dampak negatif dari amalan yang dilakukan seorang insan. Seperti hasil yang tidak maksimal, terjerumus kedalam kemaksiatan, enggan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah dsb. Oleh karena itulah, diperlukan beberapa kiat, guna meningkatkan kesabaran. Diantara kiat-kiat tersebut adalah;<br />
1. Mengkikhlaskan niat kepada Allah SWT, bahwa ia semata-mata berbuat hanya untuk-Nya. Dengan adanya niatan seperti ini, akan sangat menunjang munculnya kesabaran kepada Allah SWT.<br />
2. Memperbanyak tilawah (baca; membaca) al-Qur'an, baik pada pagi, siang, sore ataupun malam hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai perenungan dan pentadaburan makna-makna yang dikandungnya. Karena al-Qur'an merupakan obat bagi hati insan. Masuk dalam kategori ini juga dzikir kepada Allah.<br />
3. Memperbanyak puasa sunnah. Karena puasa merupakan hal yang dapat mengurangi hawa nafsu terutama yang bersifat syahwati dengan lawan jenisnya. Puasa juga merupakan ibadah yang memang secara khusus dapat melatih kesabaran.<br />
4. Mujahadatun Nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan insan untuk berusaha secara giat dan maksimal guna mengalahkan keinginan-keinginan jiwa yang cenderung suka pada hal-hal negatif, seperti malas, marah, kikir, dsb.<br />
5. Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia. Karena hal ini akan memacu insan untuk beramal secara sempurna. Sedangkan ketidaksabaran (isti'jal), memiliki prosentase yang cukup besar untuk menjadikan amalan seseorang tidak optimal. Apalagi jika merenungkan bahwa sesungguhnya Allah akan melihat "amalan" seseorang yang dilakukannya, dan bukan melihat pada hasilnya. (Lihat QS. 9 : 105)<br />
6. Perlu mengadakan latihan-latihan untuk sabar secara pribadi. Seperti ketika sedang sendiri dalam rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah dari pada menyaksikan televisi misalnya. Kemudian melatih diri untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah, dsb.<br />
7. Membaca-baca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi'in maupun tokoh-tokoh Islam lainnya. Karena hal ini juga akan menanamkan keteladanan yang patut dicontoh dalam kehidupan nyata di dunia.<br />
<strong>Penutup</strong><br />
Inilah sekelumit sketsa mengenai kesabaran. Pada intinya, bahwa sabar mereupakan salah satu sifat dan karakter orang mu'min, yang sesungguhnya sifat ini dapat dimiliki oleh setiap insan. Karena pada dasarnya manusia memiliki potensi untuk mengembangkan sikap sabar ini dalam hidupnya.<br />
Sabar tidak identik dengan kepasrahan dan menyerah pada kondisi yang ada, atau identik dengan keterdzoliman. Justru sabar adalah sebuah sikap aktif, untuk merubah kondisi yang ada, sehingga dapat menjadi lebih baik dan baik lagi. Oleh karena itulah, marilah secara bersama kita berusaha untuk menggapai sikap ini. Insya Allah, Allah akan memberikan jalan bagi hamba-hamba-Nya yang berusaha di jalan-Nya.Muh Fadhil Haritsahhttp://www.blogger.com/profile/12420133668400469671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6976037221615238926.post-73620334905800788582012-02-18T17:35:00.001-08:002012-02-18T17:35:41.299-08:00Hadis Rasulullah Tentang Ilmu<div class="content"><div id="post_message_8199"> <blockquote class="postcontent restore "> Hadis Rasulullah tentang Ilmu yang diakui oleh semua mazhab dalam Islam selain hadis: "Aku adalah kota Ilmu dan Ali adalah pintunya" Adalah hadis tentang keutamaan ilmu. Diantaranya adalah kewajiban bagi kaum muslimin untuk mencari ilmu dimanapun ilmu tersebut berada, seperti hadis tentang negeri China. <br />
<br />
beberapa orang menafsirkan makna hadis tersebut dengan bahwa di negeri china terdapat banyak ilmu, tapi apabila kita cermati lebih lanjut semantik dari kalimat hadis tersebut maka justru menunjukkan sebaliknya. sebenarnya detail maknawi dari hadis tersebut bukan: "belajarlah atau carilah ilmu sampai ke negeri China." seperti yang sering dimaknai orang.<br />
<br />
Hadis ini akan membingungkan jika tidak secara cermat ditelusuri makna semantik kalimatnya,karena pada kenyataannya tidak ada seorangpun ilmuwan Islam yang pada masa keemasannya merupakan pusat-pusat keilmuwan dunia, (bahkan khasanah para ilmuwan islam merupakan landasan kemajuan ilmu pengetahuan modern saat ini) yang pernah belajar ke china. <br />
<br />
Kalau kalimatnya ini ditafsirkan secara serampangan tanpa melihat detail semantiknya memang akan bermakna harfiah, yaitu bahwa orang-orang yang harus mengikuti perintah hadis ini (kaum muslimin) harus pergi ke negeri China, tentu dengan berbagai asumsi, seperti kemampuan melakukan perjalanan dan sebagainya.<br />
<br />
tapi pada detail kalimat pada hadis yang benar sesungguhnya terdapat kata penghubung: 'walaupun' diantara 2 frase itu, jadi yang benar: "Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri China." Kalau kalimatnya seperti ini maka frase "sampai ke negeri China" bermakna kiasan. Karena penekanan kata penghubung 'walaupun' terletak pada frase 'mencari ilmu' bukan pada frase 'sampai ke negeri China.' <br />
<br />
Ilmu secara mandiri adalah kebenaran, dari segala sudut pandang mutlak tidak melihat kuantitasnya maupun kualitasnya adalah tetap sebuah kebenaran. Oleh karena itu ilmu walaupun sedikit, ataupun banyak sama saja, ataupun susah, tetap harus dicari. Misal disuatu tempat ilmu nyaris tidak ada, tapi keberadaannya ilmu yang sekedar nyaris di suatu tempat itu tetap harus/wajib dicari oleh orang2 yang merasa mengikuti perintah tersebut. Ini adalah sabda untuk memuliakan ilmu.<br />
<br />
penggunaan kata<u> walaupun</u> sebagai kata penghubung menyebabkan pola kalimat tersebut adalah <b>negasi penguat </b> predikat pada frase pada suatu sisi akan menegasi frase opositnya, oleh karena itu apabila hadis tersebut berfungsi sebagai penguat, dimana ilmu adalah hal yang dikuatkan, ditekankan, maka frase opositnya atau frase diseberangnya seharusnya yaitu "sampai ke negeri china" seharusnya justru lemah dalam hal kualitas maupun kuantitas ilmu. oleh karena itu jika tempat yang diperintahkan oleh rasulullah untuk mencari ilmu tersebut minim ilmu atau tempat yang lebih sukar untuk mencari ilmu, maka justru ilmu itu sendiri akan lebih berarti mulia, hadis ini bertujuan menjelaskan betapa mulianya ilmu.<br />
<br />
sebagai ilustrasi untuk lebih menjelaskan maknawi dari semantik hadis tersebut, dapat kita telusuri kalimat-kalimat dibawah ini sebagai ilustrasi, semoga bisa dimengerti maksud isi nya:<br />
<br />
1. Belajarlah walaupun ke Negeri yg jauh (karena posisi sedang di daerah jauh dari negara yg dimaksud), maka jawabnya adalah misalnya salah satunya adalah negara norwegia, atau afrika selatan<br />
<br />
2. Belajarlah walaupun ke Negeri yg belum maju atau negara yg masih berkembang, misalnya negara ethiopia, nepal, Philiphine.. dll..<br />
<br />
3. Belajarlah walaupun ke Negri yg sudah MAJU, misalnya negara Jepang, Singapore, dll.. <br />
<br />
pada point ke 3 disini agak janggal jika menggunakan kata "walaupun", semoga dpt dimengerti maksud dibalik kata tsbt. <br />
<br />
oleh karena itu makna hadis tersebut akan lebih bermakna, dalam arti akan lebih memuliakan makna dari ilmu seperti yang dimaksud oleh Rasulullah apabila contoh yang diambil oleh rasulullah adalah daerah-daerah yang justru minim ilmunya, atau daerah-daerah yang sukar untuk mencari ilmu. maka apabila kita memaknai hadis tersebut sesuai dengan makna semantiknya, maka di china pada masa nabi justru merupakan tempat yang: <br />
1) sukar untuk mencari ilmu, atau <br />
2) nyaris tidak ada ilmunya, atau <br />
3) tempat yang apabila dibandingkan dengan tempat lain di muka bumi ini, maka tempat tersebut paling sedikit ilmunya. <br />
<br />
Secara wujud, ilmu adalah suatu bentuk abstrak dari keberadaan jiwa dan ruh manusia, atau makhluk yang telah mendekati tingkat manusia seperti malaikat, jin dan setan. Pada makhluk-makhluk tersebutlah ilmu dapat ditampung. Oleh karena itu makna tempat agak rancu jika diterapkan pada ilmu. Oleh karena itu maka maksud dari hadis Rasulullah tentang ilmu tersebut pastilah berkenaan dengan kondisi psikologis manusia secara umum yang menempati wilayah tersebut. maka hadis tersebut akan bermakna memuliakan ilmu jika satu, dua atau tiga dari kemungkinan tiga keadaan terpenuhi, yaitu: <br />
1) bahwa karakter orang-orang china secara umum adalah suka merahasiakan informasi atau ilmu atau pengetahuan tertentu sehingga sukar bagi orang luar untuk mendapatkan ilmu dari mereka. Atau dengan kata lain mereka pelit terhadap ilmu.<br />
2) bahwa orang-orang china secara umum nyaris tidak berilmu<br />
3) bahwa diantara bangsa-bangsa yang lainnya di seluruh muka bumi ini, maka secara umum orang china relatif adalah yang paling tidak berilmu diantara mereka. <br />
<br />
sebenarnya, sedikit banyak beberapa karakter kemungkinan diatas dapat dijumpai pada kenyataan sebenarnya. pada yang pertama, orang china secara umum sukar membagi pengetahuannya. hal sudah nampak dari kegemaran mereka secara umum bermain rahasia-rahasiaan. juga pada masa feodal china banyak guru yang tidak memberikan semua ilmunya kepada muridnya, juga begitu susahnya seorang murid untuk mendapatkan ilmu dari seorang suhu.<br />
<br />
pada yang kedua, orang china secara umum nyaris tidak berilmu. Seseorang tampak berilmu atau tidak sebenarnya tampak pada adabnya, atau akhlaknya. akhlak bukanlah sesuatu yang bisa diindera, tapi hikmah yang dapat ditangkap oleh hati manusia ketika ia mengikuti perilaku seseorang. Oleh karena itu dalam konteks sosial indikator keilmuan dalam konteks suatu bangsa adalah masalah keadilan dan hukum. Apabila kita melihat hal tersebut di negeri China pada masa Rasulullah, maka sukar kita dapat melihat keberberadabannya ketika melihat penegakan keadilan pada masa feodal china. Pada masa feodal china, seseorang yang dijatuhi vonis sebagai pengkhianat, maka penghuni satu rumahnya harus bersiap-siap menghadapi pedang pemenggal maut, karena mereka dikaitkan dengan pengkhianatan kepala keluarganya. Fenomena ini jelas menunjukkan ketiadaanya adab.<br />
<br />
sebenarnya sampai saat sekarangpun boleh dikatakan perilaku penguasa sebagaimana pada masa feodal china masih berlaku. hukum jatuh dengan keras bagi rakyat kebanyakan china, tapi sepak terjang orang-orang yang menduduki posisi tinggi di partai komunis china, dan kerabat dekat pejuang komunis china nyaris tidak terendus oleh hukum.<br />
<br />
pada yang ketiga, secara umum apabila dibandingkan dengan bangsa lain di dunia maka bangsa china adalah yang paling tidak berilmu diantara mereka. hal ini justru nampak sangat mencolok pada masa sekarang. Yaitu masalah kegemaran bangsa china untuk menjiplak segala penemuan orang lain. menjiplak disamping sebenarnya melanggar hukum, atau adab pergaulan kemanusiaan, juga sebenarnya merugikan dirinya sendiri. karena kegemaran menjiplak menandakan lemahnya semangat penemuan. karena kegemaran berlarut-larut dalam hal menjiplak, maka menyebabkan bangsa tersebut cukup puas dengan kualitas hasil jiplakannya sama dengan yang asli, akhirnya daya kreasinya akan macet. Semua bangsa dan orang dapat maju jika kemajuan tersebut diperoleh dengan cara menjiplak.<br />
<br />
Kemudian yang paling penting lagi adalah bahwa menjiplak merupakan indikasi ketiadaan ilmu pada diri si penjiplak. inovasi timbul karena adanya dorongan atau potensi untuk memenuhi kebutuhan material di kehidupan sementara ini. dorongan tersebut akan bisa teraktualisasi dengan penemuan jika diantara keduanya terdapat gerak substansial yaitu intelektual yang mampu menghubungkan antara kesadaran kognitif dan kesadaran manusia. Atau dengan kata lain dibutuhkan<u> ilmu</u> untuk mengaktualkan potensi pada diri manusia. Oleh karena itu seharusnya inovasi adalah suatu hal yang fitrah pada diri manusia seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia itu sendiri, jika manusia tersebut mempunyai bekal untuk mengaktualisasikan potensinya, dalam hal ini bekal tersebut adalah ilmu. Inilah yang disebut dengan ibadah, (manusia yang mampu mengaktualkan potensi dalam dirinya). Jika manusia tidak berinovasi sedangkan kebutuhan hidupnya jelas selalu akan meningkat maka hal ini menunjukkan ketiadaan kepercayaan diri untuk mengaktualkan potensi atau dorongannya. Kepercayaan diri untuk mengaktualkan potensi atau dorongan tersebut ditumbuhkan karena keberadaan adanya bekal untuk mengaktualkannya, dalam hal ini adalah ilmu. Orang yang sedikit ilmunya akan selalu ragu-ragu, dalam memulai sesuatu hal yang baru yang belum pernah dialaminya. Suatu hal ang baru akan tampak sebagai resiko bagi dirinya. Oleh karena itu ia lebih suka menjiplaknya dari suatu hal yang telah dikerjakan oleh orang lain karena menurutnya hal tersebut akan meminimalisir resikonya.<br />
<br />
<br />
Hadis ini secara tidak langsung dapat kita masukkan sebagai mujizat karena menunjukkan kepada kita bukti kenabian Rasulullah Muhammad. Dimana pada hadis ini beliau telah menunjukkan pada kita gambaran masa depan. gambaran masa depan mengenai keadaan psikologis secara umum suatu bangsa yang mana kesempurnaan pembuktiannya, khususnya yang berkenaan dengan kasus kegemaran menjiplak, yang mana 'trend' ini baru muncul di masa depan pada kisaran dua abad di belakang ini. </blockquote></div></div><div class="after_content"> <blockquote class="postcontent lastedited"> Last edited by slebore; 10-01-2011 at <span class="time">05:21 AM</span>. </blockquote></div>Muh Fadhil Haritsahhttp://www.blogger.com/profile/12420133668400469671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6976037221615238926.post-79038044773936750752012-02-18T16:45:00.000-08:002012-02-18T16:45:27.681-08:00Makna Surat Yunus<div style="text-align: justify;">Nomor Surat: 10<br />
Arti Nama Surat: Nabi <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> ‘alaihis salam<br />
Jumlah ayat: 109 (seratus sembilan) ayat<br />
Diturunkan di:<br />
Golongan surat:<br />
Informasi Tambahan:</div><div id="v1" style="text-align: justify;">Alif laam raa. Inilah ayat-ayat Al Qur’an yang mengandung hikmah.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 1</strong></div><div id="v2" style="text-align: justify;">Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka:” Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka “. Orang-orang kafir berkata:” Sesungguhnya orang ini (<a href="http://e-quran.dekrizky.info/muhammad.html" title="Muhammad">Muhammad</a>) benar-benar adalah tukang sihir yang nyata “.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 2</strong></div><div id="v3" style="text-align: justify;">Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy (singgasana) untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafaat kecuali sesudah ada keizinan-Nya. (Zat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 3</strong></div><div id="v4" style="text-align: justify;">Hanya kepada-Nya-lah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar daripada Allah, sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil. Dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 4</strong></div><div id="v5" style="text-align: justify;">Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 5</strong></div><div id="v6" style="text-align: justify;">Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertakwa.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 6</strong></div><div id="v7" style="text-align: justify;">Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami,<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 7</strong></div><div id="v8" style="text-align: justify;">mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 8</strong></div><div id="v9" style="text-align: justify;">Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 9</strong></div><div id="v10" style="text-align: justify;">Doa mereka di dalamnya ialah: “Subhanakallahumma “, dan salam penghormatan mereka ialah: “Salam “. Dan penutup doa mereka ialah: “Alhamdulillaahi Rabbilaalamin.”<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 10</strong></div><div id="v11" style="text-align: justify;">Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka. Maka Kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, bergelimang di dalam kesesatan mereka.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 11</strong></div><div id="v12" style="text-align: justify;">Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 12</strong></div><div id="v13" style="text-align: justify;">Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat yang sebelum kamu, ketika mereka berbuat kezaliman, padahal Rasul-rasul mereka telah datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka sekali-kali tidak hendak beriman. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat dosa.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 13</strong></div><div id="v14" style="text-align: justify;">Kemudian Kami jadikan kamu pengganti pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 14</strong></div><div id="v15" style="text-align: justify;">Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata:” Datangkanlah Al Qur’an yang lain dari ini atau gantilah dia “. Katakanlah:” Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat) “.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 15</strong></div><div id="v16" style="text-align: justify;">Katakanlah:” Jikalau Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepadamu. Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya. Maka apakah kamu tidak memikirkannya? ”<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 16</strong></div><div id="v17" style="text-align: justify;">Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya, tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 17</strong></div><div id="v18" style="text-align: justify;">Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata:” Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah “. Katakanlah:” Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di langit dan tidak (pula) di bumi? “Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu).<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 18</strong></div><div id="v19" style="text-align: justify;">Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka, tentang apa yang mereka perselisihkan itu.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 19</strong></div><div id="v20" style="text-align: justify;">Dan mereka berkata:” Mengapa tidak diturunkan kepadanya (<a href="http://e-quran.dekrizky.info/muhammad.html" title="Muhammad">Muhammad</a>) suatu keterangan (mukjizat) dari Tuhannya? “Maka Katakanlah:” Sesungguhnya yang ghaib itu kepunyaan Allah; sebab itu tunggu (sajalah) olehmu, sesungguhnya aku bersama kamu termasuk orang-orang yang menunggu.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 20</strong></div><div id="v21" style="text-align: justify;">Dan apabila Kami merasakan kepada manusia suatu rahmat, sesudah (datangnya) bahaya menimpa mereka, tiba-tiba mereka mempunyai tipu daya dalam (menentang) tanda-tanda kekuasaan Kami. Katakanlah: “Allah lebih cepat pembalasannya (atas tipu daya itu)”. Sesungguhnya malaikat-malaikat Kami menuliskan tipu dayamu.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 21</strong></div><div id="v22" style="text-align: justify;">Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata): “Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur”.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 22</strong></div><div id="v23" style="text-align: justify;">Maka setelah Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Wahai manusia, sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 23</strong></div><div id="v24" style="text-align: justify;">Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang., Lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berfikir.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 24</strong></div><div id="v25" style="text-align: justify;">Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 25</strong></div><div id="v26" style="text-align: justify;">Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 26</strong></div><div id="v27" style="text-align: justify;">Dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan (mendapat) balasan yang setimpal dan mereka ditutupi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang perlindunganpun dari (azab) Allah, seakan-akan muka mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gulita. Mereka itulah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 27</strong></div><div id="v28" style="text-align: justify;">(Ingatlah) suatu hari (ketika itu) Kami mengumpulkan mereka semuanya, kemudian Kami berkata kepada orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan): “Tetaplah kamu dan sekutu-sekutumu di tempatmu itu”. Lalu Kami pisahkan mereka dan berkatalah sekutu-sekutu mereka: “Kamu sekali-kali tidak pernah menyembah kami.”<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 28</strong></div><div id="v29" style="text-align: justify;">Dan cukuplah Allah menjadi saksi antara kami dengan kamu, bahwa kami tidak tahu-menahu tentang penyembahan kamu (kepada kami) “.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 29</strong></div><div id="v30" style="text-align: justify;">Di tempat itu (padang Mahsyar), tiap-tiap diri merasakan pembalasan dari apa yang telah dikerjakannya dahulu dan mereka dikembalikan kepada Allah Pelindung mereka yang sebenarnya dan lenyaplah dari mereka apa yang mereka ada-adakan.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 30</strong></div><div id="v31" style="text-align: justify;">Katakanlah:” Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan? “Maka mereka akan menjawab:” Allah “. Maka Katakanlah:” Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)? ”<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 31</strong></div><div id="v32" style="text-align: justify;">Maka (Zat yang demikian) itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 32</strong></div><div id="v33" style="text-align: justify;">Demikianlah telah tetap hukuman Tuhanmu terhadap orang-orang yang fasik, karena sesungguhnya mereka tidak beriman.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 33</strong></div><div id="v34" style="text-align: justify;">Katakanlah:” Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang dapat memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali? “Katakanlah:” Allah-lah yang memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali; maka bagaimanakah kamu dipalingkan (kepada menyembah yang selain Allah)? ”<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 34</strong></div><div id="v35" style="text-align: justify;">Katakanlah:” Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang menunjuki kepada kebenaran? “Katakanlah:” Allah-lah yang menunjuki kepada kebenaran “. Maka apakah orang-orang yang menunjuki kepada kebenaran itu lebih berhak diikuti ataukah orang yang tidak dapat memberi petunjuk kecuali (bila) diberi petunjuk? Mengapa kamu (berbuat demikian)? Bagaimanakah kamu mengambil keputusan?<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 35</strong></div><div id="v36" style="text-align: justify;">Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 36</strong></div><div id="v37" style="text-align: justify;">Tidaklah mungkin Al Qur’an ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Qur’an itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 37</strong></div><div id="v38" style="text-align: justify;">Atau (patutkah) mereka mengatakan: ” <a href="http://e-quran.dekrizky.info/muhammad.html" title="Muhammad">Muhammad</a> membuat-buatnya. “Katakanlah:” (Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. ”<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 38</strong></div><div id="v39" style="text-align: justify;">Yang sebenarnya, mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan sempurna padahal belum datang kepada mereka penjelasannya. Demikianlah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (Rasul). Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim itu.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 39</strong></div><div id="v40" style="text-align: justify;">Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Qur’an, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 40</strong></div><div id="v41" style="text-align: justify;">Jika mereka mendustakan kamu, maka Katakanlah:” Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan “.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 41</strong></div><div id="v42" style="text-align: justify;">Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkanmu. Apakah kamu dapat menjadikan orang-orang tuli itu mendengar walaupun mereka tidak mengerti.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 42</strong></div><div id="v43" style="text-align: justify;">Dan di antara mereka ada orang yang melihat kepadamu, apakah dapat kamu memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta, walaupun mereka tidak dapat memperhatikan.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 43</strong></div><div id="v44" style="text-align: justify;">Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 44</strong></div><div id="v45" style="text-align: justify;">Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat saja di siang hari, (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 45</strong></div><div id="v46" style="text-align: justify;">Dan jika Kami perlihatkan kepadamu sebahagian dari (siksa) yang Kami ancamkan kepada mereka, (tentulah kamu akan melihatnya) atau (jika) Kami wafatkan kamu (sebelum itu), maka kepada Kami jualah mereka kembali, dan Allah menjadi saksi atas apa yang mereka kerjakan.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 46</strong></div><div id="v47" style="text-align: justify;">Tiap-tiap umat mempunyai Rasul; maka apabila telah datang Rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 47</strong></div><div id="v48" style="text-align: justify;">Mereka mengatakan: ” Bilakah (datangnya) ancaman itu, jika memang kamu orang-orang yang benar? ”<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 48</strong></div><div id="v49" style="text-align: justify;">Katakanlah:” Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah. “Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan (nya).<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 49</strong></div><div id="v50" style="text-align: justify;">Katakanlah:” Terangkan kepadaku, jika datang kepada kamu sekalian siksaan-Nya di waktu malam atau di siang hari, apakah orang-orang yang berdosa itu minta disegerakan juga? ”<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 50</strong></div><div id="v51" style="text-align: justify;">Kemudian apakah setelah terjadinya (azab itu), kemudian itu kamu baru mempercayainya? Apakah sekarang (baru kamu mempercayai), padahal sebelumnya kamu selalu meminta supaya disegerakan?<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 51</strong></div><center></center><div id="v52" style="text-align: justify;">Kemudian dikatakan kepada orang-orang yang zalim (musyrik) itu: “Rasakanlah olehmu siksaan yang kekal; kamu tidak diberi balasan melainkan dengan apa yang telah kamu kerjakan. ”<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 52</strong></div><div id="v53" style="text-align: justify;">Dan mereka menanyakan kepadamu: “Benarkah (azab yang dijanjikan) itu? “Katakanlah:” Ya, demi Tuhan-ku, sesungguhnya azab itu adalah benar dan kamu sekali-kali tidak bisa luput (daripadanya) “.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 53</strong></div><div id="v54" style="text-align: justify;">Dan kalau setiap diri yang zalim (musyrik) itu mempunyai segala apa yang ada di bumi ini, tentu dia menebus dirinya dengan itu, dan mereka menyembunyikan penyesalannya ketika mereka telah menyaksikan azab itu. Dan telah diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak di aniaya.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 54</strong></div><div id="v55" style="text-align: justify;">Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan di bumi. Ingatlah, sesungguhnya janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (nya).<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 55</strong></div><div id="v56" style="text-align: justify;">Dialah yang menghidupkan dan mematikan dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 56</strong></div><div id="v57" style="text-align: justify;">Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhan-mu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 57</strong></div><div id="v58" style="text-align: justify;">Katakanlah:” Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan “.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 58</strong></div><div id="v59" style="text-align: justify;">Katakanlah:” Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal “. Katakanlah:” Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja terhadap Allah? ”<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 59</strong></div><div id="v60" style="text-align: justify;">Apakah dugaan orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah pada hari kiamat? Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri (nya).<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 60</strong></div><div id="v61" style="text-align: justify;">Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Qur’an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 61</strong></div><div id="v62" style="text-align: justify;">Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 62</strong></div><div id="v63" style="text-align: justify;">(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 63</strong></div><div id="v64" style="text-align: justify;">Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 64</strong></div><div id="v65" style="text-align: justify;">Janganlah kamu sedih oleh perkataan mereka. Sesungguhnya kekuasaan itu seluruhnya adalah kepunyaan Allah. Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 65</strong></div><div id="v66" style="text-align: justify;">Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi. Dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain Allah, tidaklah mengikuti (suatu keyakinan). Mereka tidak mengikuti kecuali prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 66</strong></div><div id="v67" style="text-align: justify;">Dialah yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat padanya dan (menjadikan) siang terang benderang (supaya kamu mencari karunia Allah). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 67</strong></div><div id="v68" style="text-align: justify;">Mereka (orang-orang Yahudi dan Nasrani) berkata:” Allah mempunyai anak “. Maha Suci Allah; Dia-lah Yang Maha Kaya; kepunyaan apa yang ada di langit dan di bumi. Kamu tidak mempunyai hujjah tentang ini. Pantaskah kamu mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 68</strong></div><div id="v69" style="text-align: justify;">Katakanlah:” Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak beruntung “.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 69</strong></div><div id="v70" style="text-align: justify;">(Bagi mereka) kesenangan (sementara) di dunia, kemudian Kami rasakan kepada mereka siksa yang berat, disebabkan kekafiran mereka.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 70</strong></div><div id="v71" style="text-align: justify;">Dan bacakanlah kepada mereka berita penting tentang Nuh di waktu dia berkata kepada kaumnya:” Wahai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah-lah aku bertawakal, karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku). Kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 71</strong></div><div id="v72" style="text-align: justify;">Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun daripadamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya) “.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 72</strong></div><div id="v73" style="text-align: justify;">Lalu mereka mendustakan Nuh, maka Kami selamatkan dia dan orang-orang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami jadikan mereka itu pemegang kekuasaan dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang diberi peringatan itu.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 73</strong></div><div id="v74" style="text-align: justify;">Kemudian sesudah Nuh, Kami utus beberapa Rasul kepada kaum mereka (masing-masing), maka Rasul-rasul itu datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka tidak hendak beriman karena mereka dahulu telah (biasa) mendustakannya. Demikianlah Kami mengunci mati hati orang-orang yang melampaui batas.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 74</strong></div><div id="v75" style="text-align: justify;">Kemudian sesudah Rasul-rasul itu, Kami utus Musa dan Harun kepada Firaun dan pemuka-pemuka kaumnya, dengan (membawa) tanda-tanda (mukjizat-mukjizat) Kami, maka mereka menyombongkan diri dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 75</strong></div><div id="v76" style="text-align: justify;">Dan tatkala telah datang kepada mereka kebenaran dari sisi Kami, mereka berkata:” Sesungguhnya ini adalah sihir yang nyata “.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 76</strong></div><div id="v77" style="text-align: justify;">Musa berkata:” Apakah kamu mengatakan terhadap kebenaran waktu ia datang kepadamu, sihirkah ini?, Padahal ahli-ahli sihir itu tidaklah mendapat kemenangan “.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 77</strong></div><div id="v78" style="text-align: justify;">Mereka berkata:” Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya, dan supaya kamu berdua mempunyai kekuasaan di muka bumi? Kami tidak akan mempercayai kamu berdua. ”<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 78</strong></div><div id="v79" style="text-align: justify;">Firaun berkata (kepada pemuka kaumnya): “Datangkanlah kepadaku semua ahli-ahli sihir yang pandai! ”<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 79</strong></div><div id="v80" style="text-align: justify;">Maka tatkala ahli-ahli sihir itu datang, Musa berkata kepada mereka:” Lemparkanlah apa yang hendak kamu lemparkan. ”<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 80</strong></div><div id="v81" style="text-align: justify;">Maka setelah mereka lemparkan, Musa berkata:” Apa yang kamu lakukan itu, itulah sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan ketidak benarannya “. Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang-orang yang membuat kerusakan.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 81</strong></div><div id="v82" style="text-align: justify;">Dan Allah akan mengokohkan yang benar dengan ketetapan-Nya, walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukai (nya).<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 82</strong></div><div id="v83" style="text-align: justify;">Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa Firaun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Firaun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang melampaui batas.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 83</strong></div><div id="v84" style="text-align: justify;">Berkata Musa: “Wahai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertakwalah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri. ”<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 84</strong></div><div id="v85" style="text-align: justify;">Lalu mereka berkata:” Kepada Allah-lah kami bertawakkal! Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim.”<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 85</strong></div><div id="v86" style="text-align: justify;">Dan selamatkanlah kami dengan rahmat Engkau dari (tipu daya) orang-orang yang kafir.”<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 86</strong></div><div id="v87" style="text-align: justify;">Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya: “Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu tempat shalat dan dirikanlah olehmu shalat serta gembirakanlah orang-orang yang beriman “.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 87</strong></div><div id="v88" style="text-align: justify;">Musa berkata:” Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Firaun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia,–Ya Tuhan kami–akibatnya mereka menyesatkan manusia dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih. ”<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 88</strong></div><div id="v89" style="text-align: justify;">Allah berfirman:” Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui “.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 89</strong></div><div id="v90" style="text-align: justify;">Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Firaun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Firaun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah) “.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 90</strong></div><div id="v91" style="text-align: justify;">Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 91</strong></div><div id="v92" style="text-align: justify;">Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 92</strong></div><div id="v93" style="text-align: justify;">Dan sesungguhnya Kami telah menempatkan Bani Israil di tempat kediaman yang bagus dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik. Maka mereka tidak berselisih, kecuali setelah datang kepada mereka pengetahuan (yang tersebut dalam Taurat). Sesungguhnya Tuhan kamu akan memutuskan antara mereka di hari kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan itu.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 93</strong></div><div id="v94" style="text-align: justify;">Maka jika kamu (<a href="http://e-quran.dekrizky.info/muhammad.html" title="Muhammad">Muhammad</a>) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 94</strong></div><div id="v95" style="text-align: justify;">Dan sekali-kali janganlah kamu termasuk orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang rugi.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 95</strong></div><div id="v96" style="text-align: justify;">Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 96</strong></div><div id="v97" style="text-align: justify;">Meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 97</strong></div><div id="v98" style="text-align: justify;">Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a>? Tatkala mereka (kaum <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> itu), beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 98</strong></div><div id="v99" style="text-align: justify;">Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 99</strong></div><div id="v100" style="text-align: justify;">Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 100</strong></div><div id="v101" style="text-align: justify;">Katakanlah:” Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman “.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 101</strong></div><div id="v102" style="text-align: justify;">Mereka tidak menunggu-nunggu kecuali (kejadian-kejadian) yang sama dengan kejadian-kejadian (yang menimpa) orang-orang yang telah terdahulu sebelum mereka. Katakanlah:” Maka tunggulah, sesungguhnya akupun termasuk orang-orang yang menunggu bersama kamu “.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 102</strong></div><div id="v103" style="text-align: justify;">Kemudian Kami selamatkan Rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman, demikianlah menjadi kewajiban atas Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 103</strong></div><div id="v104" style="text-align: justify;">Katakanlah: “Wahai manusia, jika kamu masih dalam keragu-raguan tentang agamaku, maka (ketahuilah) aku tidak menyembah yang kamu sembah selain Allah, tetapi aku menyembah Allah yang akan mematikan kamu dan aku telah diperintah supaya termasuk orang-orang yang beriman.”<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 104</strong></div><div id="v105" style="text-align: justify;">Dan (aku telah diperintah): “Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus ikhlas dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 105</strong></div><div id="v106" style="text-align: justify;">Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim “.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 106</strong></div><div id="v107" style="text-align: justify;">Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 107</strong></div><div id="v108" style="text-align: justify;">Katakanlah:” Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran (Al Qur’an) dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu untuk kecelakaan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu “.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 108</strong></div><div id="v109" style="text-align: justify;">Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi keputusan dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya.<br />
<strong>QS. <a href="http://e-quran.dekrizky.info/yunus.html" title="Yunus">Yunus</a> (10) : 109</strong></div>Muh Fadhil Haritsahhttp://www.blogger.com/profile/12420133668400469671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6976037221615238926.post-41135852602239802812012-02-18T07:34:00.001-08:002012-02-18T07:34:24.751-08:00Makna Surat Al-ZalzalahSurat Zalzalah memiliki keutamaan yang agung sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW, bahkan surat ini menyamai seperempat Al Qur�an. Surat inilah yang diajarkan Rasulullah SAW kepada salah seorang sahabatnya yang meminta dibacakan Al Qur�an tapi Rasulullah mengajurkan kepadanya membaca surat-surat yang panjang, tapi shahabat tadi mengatakan ia tidak sanggup mengingat usianya telah lanjut, ia tidak mampu lagi membaca surat yang panjang. Karenanya Rasulullah mengajarkan kepadanya untuk membaca surat Zalzalah karena Surat Zalzalah ini merupakan ta�dilu Rub�il al-Qur�an yakni menyamai seperempat Al Qur�an. Rasulullah Saw merekomendasikan surat ini dapat digunakan menjadi mahar عن أنس بن مالك: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال لرجل من أصحابه: "هل تزوجت يا فلان؟ " قال: لا والله يا رسول الله، ولا عندي ما أتزوج؟! قال: "أليس معك " قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ " ؟ ". قال: بلى. قال: "ثلث القرآن". قال: "أليس معك " إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ " ؟ ". قال: بلى. قال: "ربع القرآن". قال: "أليس معك " قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ " ؟ ". قال: بلى. قال: "ربع القرآن". قال: "أليس معك " إِذَا زُلْزِلَتِ الأرْضُ " ؟ ". قال: بلى. قال: "ربع القرآن" تزوج، وقال الترمذي: هذا حديث حسن. Suatu kali Rasulullah Saw bertanya pada salah seorang sahabatnya: �Apakah engkau telah menikah atau masih membujang? Lalu shahabat itu menjawab: �Belum ya Rasulullah, saya masih membujang�. Kemudian Rasulullah Saw bertanya lagi: �Apakah engkau hafal surat Zalzalah? Ia menjawab: �Ya, Saya telah hafal dan telah menguasainya. Maka Rasulullah SAW memerintahkan kepadanya untuk menikah, karena surat Zalzalah itu menyamai seperempat Al- Qur�an Kandungan surat Zalzalah ini membicarakan tentang hari kiamat yang merupakan peristiwa yang sangat dahsyat. عن أبي هريرة قال: قرأ رسول الله صلى الله عليه وسلم هذه الآية: { يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا } قال: "أتدرون ما أخبارها؟ ". قالوا: الله ورسوله أعلم. قال: "فإن أخبارها أن تشهد على كل عبد وأمة بما عَمِل على ظهرها، أن تقول: عمل كذا وكذا، يوم كذا وكذا، فهذه أخبارها".وقال الترمذي: هذا حديث حسن صحيح غريب. (انظر: المسند (2/374) وسنن الترمذي برقم (3353) وسنن النسائي الكبرى برقم (11693). Diceritakan oleh Rasulullah Saw bahwa pada hari kiamat nanti bumi itu akan bercerita segala apa yang telah terjadi, Dari Abu Hurairah ra berkata: Rasul Saw mengatakan: �Tahukah kamu apa yang disebut dengan akbaroha, atau apa yang dimaksud berita yang dikatakan bumi. Shahabat menjawab: �Allah dan Rasulnya lebih mengetahui�. Kemudian Rasul menjelaskan makna itu, bahwa yang dimaksud dengan berita yang akan diceritakan bumi itu, bahwa bumi akan memberikan kesaksian terhadap setiap perbuatan manusia. Manusia akan diberi kesaksian oleh bumi apakah ia laki-laki ataupun perempuan di dunia tentang perbuatannya, harinya, jamnya dan tidak ada satu pun peristiwa yang terlewatkan dimuka bumi ini kecuali diceritakan oleh bumi. Sesungguhnya bumi ini mencatat semua yang terjadi, hari ke hari, jam ke jam, detik demi detik, baik yang kecil maupun yang besar. Hal itu tidak luput dari pencatatan dan rekaman malaikat. Inilah penjelasan Rasulullah Saw menjelaskan ayat keempat surat ini. Ibnu Katsir mengutip hadits Rasulullah Saw, dikatakan bahwasannya Rasul Saw bersabda: �Hati-hatilah kamu dimuka bumi ini, bumi ini yang merekam seluruh yang kamu lakukan, sesungguhnya setiap orang yang melakukan perbuatan apapun, apakah itu perbuatan baik ataupun perbuatan buruk, sesungguhnya bumi itu akan menginformasikan seluruh perbuatan yang kita lakukan. sesungguhnya Allah swt telah mewahyukan untuk menyampaikan seluruh berita tadi�. Disebutkan pada hari itu (kiamat) keluarlah semua manusia dari kuburnya dengan berkelompok-kelompok atau bergolongan-golongan, akan diperlihatkan kepada manusia semua perbuatannya. Semua orang akan menyaksikannya tak terkecuali dirinya sendiri. Namun demikian bagi orang-orang yang mempunyai catatan amal baik, maka ia akan memperlihatkan kebanggaannya itu kepada orang lain. Bagi orang yang menerima catatan amal perbuatannya ini diberikan dengan tangan kanannya dan menandakan bahwa amalannya positif.. Sebaliknya orang yang menerima catatan amal perbuatannya dari belakang (sulit) akan menerima melalui tangan kirinya, bahkan ia menginginkan kematian saja. Dalam ayat lain dikatakan bahwa ia lebih baik tidak perlu diberikan catatannya itu. Ibnu Katsir berkata: �Nanti manusia akan dibangkitkan dari kuburnya dan menuju tempat perhitungannya (hisab), mereka itu bergolongan-golongan, golongan yang celaka yang masuk ke dalam neraka dan golongan yang baik masuk ke dalam surga�. Disebutkan dalam ayat yang lain, bahwa perjalanan manusia yang dimasukkan ke neraka, dia diseret oleh malaikat, bahkan hendak dimasukan ke dalam neraka itu dia sudah merasakan dari kejauhan panasnya api neraka, kemudian didorong oleh malaikat, sehingga mereka masuk ke dalamnya. Pada saat itu manusia bangkit dan keluar dari kuburnya untuk diperlihatkan amalnya masing-masing. Allah berfirman: 7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. 8. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula. Ada beberapa penjelasan hadits Rasulullah mengenai ayat tujuh dan delapan ini. عن صعصعة بن معاوية -عم الفرزدق-: أنه أتى النبي صلى الله عليه وسلم فقرأ عليه: { فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ } قال: حسبي! لا أبالي ألا أسمع غيرها. (انظر المسند (5/59). Diriwayatkan dari Sha�shaah bin Mu�awiyah dia mendatangi Rasulullah Saw dan Rasul Saw membacakan ayat ini (Az-zalzalah: 7-8), kedatangan dia ingin meminta nasihat kepada Rasulullah saw, lalu Rasul membacakannya. dia berkata: �sudah cukup buat saya, saya tidak peduli lagi dan tidak mendengar nasihat lain lagi, dengan ayat ini saya sudah merasa cukup�. Sebagaimana kita lihat disini bagaimana seorang sahabat menghayati betul ayat ini, sehingga kedua ayat ini sangat baik untuk memacu amal positif dan juga mengerem perbuatan negatif, karenanya surat Al-Zalzalah ini dikatakan sebagai � Al Qur�an, semua perbuatan baik baik yang besar maupun yang kecil akan dihitung oleh Allah Swt. Diriwayatkan dalam hadits Imam Bukhari secara marfu� dari Adiy عن عَدي مرفوعا: "اتقوا النار ولو بِشِقِّ تمرة، ولو بكلمة طيبة". (انظر صحيح البخاري برقم (7512). �Takutlah kamu dengan api neraka walaupun dengan sebelah kurma�. Dengan deimikian hindarilah api neraka, lindungi diri kita walau dengan kalimat yang baik, dengan mengatakan kalimat yang baik kita dapat menentramkan hati orang lain, membuat orang lain ceria, tersenyum. Apalagi tersenyum sesama saudara bernilai sedekah. Dalam hadits lain dikatakan: �Janganlah kamu menyepelekan perbuatan ma�ruf walaupun sedikit, sekalipun dengan menuangkan embermu ke bejana orang lain, jangan menyepelakan perbutan itu�. Begitu pula Rasulullah Saw ketika menasihati para wanita: �Wahai wanita mu�minah, janganlah seorang tetangga menyepelakan untuk berbuat baik kepada tetangganya walaupun hanya dengan semangkok tulang kambing�. Bahkan kepada Aisyah Rasul Saw mengatakan: �Wahai aisyah lindungilah dirimu walau dengan sebelah korma, karena sebelah korma itu juga bisa menutupi kelaparan seseorang, tentunya bila memberikan lebih banyak kepada orang, maka itu lebih utama�. Disebutkan ketika Rasulullah Saw menerima ayat ini, ia sedang makan bersama Abu Bakar ra, lalu Rasulullah membacakan ayat ini, kemudian Abu Bakar ra mengangkat tangannya. Ia berkata kepada Rasul Saw: �Ya Rasulullah aku akan dibalas, sekalipun yang aku lakukan itu keburukan yang kecil sekali ya Rasulullah�.Lalu Rasulullah mengatakan:�Wahai Abu Bakar apa yang kamu lihat di dunia ini yang tidak kamu suka berupa keburukan betapapun kecilnya sehingga kamu menghindarinya, maka Allah akan menyimpannya berupa kebaikan yang sangat banyak dan akan dipenuhi pada hari kiamat nanti, keburukan kecil yang bisa dihindari maka akan dibalas dengan kebaikan-kebaikan yang banyak nanti di hari kiamat. Disebutkan dalam Al Qur�an bahwa ciri-ciri orang mukmin itu dapat menghindari perbuatan yang menyimpang, perbuatan itu bukan saja tidak mendapat dosa, bahkan diberikan penghapusan terhadap dosa-dosanya. Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudriy ra, ketika turun surat ini, dia bertanya kepada rasulullah Saw: �Ya Rasulullah, apakah aku akan melihat seluruh amal perbuatanku�? Rasulullah Saw menjawab: Berbahagialah engkau wahai Abu Said, kebaikan itu akan dilipat gandakan 10 kali lipat sampai 700 kali lipat, bahkan Allah melipat gandakannya menjadi lebih tinggi lagi, sebaliknya perbuatan buruk dibalas sebesar keburukannya, bahkan Allah dapat mengampuninya, .......seseorang kamu tidak akan selamat dengan amal perbuatannya saja, melainkan karena Rahmat dan kasih sayang Allah Swt. Ibnu Katsir menyebutkan hadits yang dikutip dari hadits Rasulullah Saw tentang kendaraan, jika kita meniatkannya dengan niat yang baik, maka kendaraan itu akan bernilai besar bagi kita. Dari Abu Hurairah: �Kuda itu dimiliki untuk salah satu diantara tiga tujuan, sekarang kita bisa menganalogikannya dengan kendaraan, yang pertama kuda itu dimiliki seseorang dengan pahala yang terus-menerus, yang kedua, kendaraan itu dimiliki seseorang untuk menutpi kebutuhannya, ketiga, ada yang mengunakan kendaraan dengan menjadi beban dosa untuk dirinya�. Kuda yang akan menjadi pahala terus-menerus untuk dirinya yaitu orang yang menambat kudanya itu di jalan Allah, dengan tujuan mendapatkan ridha Allah. Kuda itu makan dengan bebas dimana saja, baik di lapangan, di kandang, di taman. Setiap kali kuda itu makan, maka semua kebaikan yang terus-menerus akan diberikan kepada pemiliknya. Jika kuda bergerak, maka bekas-bekas pijakannya sampai kotorannya menjadi kebaikan bagi pemiliknya. jika kuda ini berjalan dan minum, walau pemiliknya tidak meminumkannya, maka itu kebaikan yang besar akan diberikan kepada pemiliknya. Kuda memberikan pahala yang sangat besar bagi pemiliknya. Disini manusia diingatkan bagaimana segala yang kita miliki hendaknya selalu dalam ridha Allah swt, agar segala yang kita miliki dan kita lakukan itu tercatat sebagai kebaikan dan jangan sampai ada yang kita miliki dan kita lakukan tidak bernilai kebaikan. Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas�ud, Rasulullah Saw bersabda: �Hindarilah dosa-dosa yang kecil, karena dosa-dosa yang kecil itu jika bertumpuk dapat membinasakan pelakunya, perumpamannya sekelompok orang yang berhenti di suatu tempat lalu semua orang diminta membawa sepotong kayu ditumpuk, sehingga jumlahnya menjadi banyak. Kayu yang bertumpuk itu dapat membakar apa saja dan yang dibakar di dalam api tersebut akan menjadi matang. Begitu juga halnya dosa-dosa yang kecil jika dilakukan dengan terus-menerus, pastilah akan bertumpuk dosanya itu�. Karena itu para ulama mengatakan, tidak ada dosa kecil yang menjadi kecil jika dosa itu dilakukan dengan terus-menerus. Suatu kali ada seorang sahabat usianya panjang sampai sangat tua sampai hidup bersama dengan para tabi�in (generasi kedua setelah zaman Rasul Saw), Shahabat tadi bercerita dan berkomentar tentang dosa, katanya: apa yang kalian pandang sekarang sebagai dosa-dosa kecil, dahulu kami menganggap dosa besar di zaman kami�. Karena itu betapa pentingnya kita tinggal di lingkungan bersama orang-orang yang sholeh, selalu berbuat kebaikan dan menghindari segala keburukan sebagaimana para shahabat memahami dan memaknai kata dosa.Muh Fadhil Haritsahhttp://www.blogger.com/profile/12420133668400469671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6976037221615238926.post-53585249014484569372012-02-18T02:25:00.001-08:002012-02-18T02:25:38.559-08:00Makna Surat Yasin<div style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-size: 10pt;">Selain Al Fatihah, Surat Yaasin adalah surat yang<span> </span><strong>paling banyak dibaca </strong>oleh masyarakat muslim Indonesia. Dapat dipastikan bahwa buku kecil “<strong><em>Surat Yaasin dan Terjemahannya</em></strong>” adalah buku yang <strong>paling banyak dicetak</strong> <span> </span>di Indonesia dan tersebar luas di perkotaan maupun pedesaan. Sebagian masyarakat kita mengamalkan Surat Yaasin dengan dibaca secara <strong>berjemaah,</strong> khususnya dalam tahlilan (Uniknya kebiasaan membaca Surat Yaasiin secara berjamaah justru jarang ditemui di Timur Tengah).</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong><span style="color: black; font-size: 10pt;">Yang sebaiknya perlu kita ingat dalam mengamalkan Surat Yaasin :</span></strong></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-size: 10pt;">1. Membacanya berulang kali tapi tidak pernah <strong>berusaha memahami artinya</strong> (padahal pada setiap buku Surat Yaasin ada terjemahannya) sama saja dengan<span> </span>kita hanya meng-amalkan “kulitnya” tanpa faham “isinya”. Jadi fahamilah <strong>isi</strong> Surat Yaasin, sehingga kita tahu mengapa surat ini begitu<span> </span>“istimewa”.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-size: 10pt;">2. Surat Yaasin hanyalah <strong>sebagian kecil</strong> dari Al Qur’an yang penuh hikmah. Jadi pengamalan Al Qur’an <span> </span>jangan hanya terbatas dengan mengamalkan surat Yaasin saja sehingga <strong>mengabaikan</strong> membaca dan mendalami ke-113 surat lainnya dalam Al Qur’an. Padahal sebenarnya <strong>semua </strong>ayat yang terkandung <span> </span>dalam Al Qur’an<span> </span>mengandung nilai-nilai yang berharga bagi kehidupan manusia. Yang harus kita imani adalah membaca <em>surat dan ayat apapun</em> dari Al Qur’an akan selalu membawa pahala dan berkah.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-size: 10pt;">3. Jangan menjadikan Surat Yaasin – atau ayat apapun dalam Al Qur’an -- sebagai<span> </span>“mantra” atau isim, yang diyakini dengan “ritual” (tatacara tertentu) “bertuah”<span> </span>untuk mengabulkan berbagai keinginan, karena hal ini bisa menjerumuskan kita pada<span> </span>praktek <em>syiriq</em>. Yakinilah, bukan bacaan atau tulisan suratnya yang “mustajab”, <span> </span>tapi segala sesuatu<span> </span>hanya bisa terjadi <strong>bila Allah mengizinkan</strong> atau mengabulkan doa kita.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-size: 10pt;">Mungkin seumur hidup, kita telah ratusan kali membaca Surat Yasiin (bahkan ada yang sudah hafal di luar kepala), karena seringnya surat ini dibaca dalam berbagai kesempatan : Tahlilan, malam Jum’atan, menjenguk orang sakit, melawat orang yang meninggal (takziyah), ziarah kubur, membuka dan menutup majelis ta’lim, atau acara-acara lain yang dianggap penting. Tapi tahukah kita makna yang terkandung dari Surat yang “istimewa” ini ?</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-size: 10pt;">Dalam Kitab Suci Al Qur’an, Surat Yaasin merupakan <strong>surat ke-36</strong> (dari 114 surat di Al Qur’an) dan masuk dalam <strong>Juz 22</strong>. Susunan penempatan Surat Yaasin dalam Al Qur’an berada di antara Surat ke-35 Faathiir (Pencipta) dan surat ke-37 Ash-Shaffaat (Yang bershaf-shaf). </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt; text-align: justify;"><span style="color: black; font-size: 10pt;">Yaasin termasuk kelompok “<strong>surat-surat Makkiyah</strong>” karena diturunkan di Mekkah, dan diwahyukan sesudah surat Al Jiin. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt; text-align: justify;"><span style="color: black; font-size: 10pt;">Surat Yaasin terdiri dari 83 ayat. Dari jumlah ayatnya, Surat Yaa Siin termasuk kelompok Surat yang <strong>sedang</strong> jumlah ayatnya (antara 50 – 100 ayat). </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt; text-align: justify;"><span style="color: black; font-size: 10pt;">Dinamakan “Yaasin” karena dimulai dengan huruf <strong>Yaasin”</strong>, yang <strong>arti katanya tidak pernah diterangkan</strong> oleh Allah maupun Rasulullah. <em>Wallahu a'lam bishshawab</em>. Hanya Allah yang mengetahuinya artinya (3 surat lain dalam Al Qur’an yang diberi nama sesuai huruf <span> </span>di awal surat, seperti halnya Yaasin, adalah: Surat Thaahaa, S. Shaad, dan S. Qaaf) </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong><u><span style="color: black; font-size: 10pt;">Pokok-pokok isi Surat Yaasin</span></u></strong><strong><span style="color: black; font-size: 10pt;"> :</span></strong></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-size: 10pt;">1. <strong>Kisah perjuangan<span> </span>pendakwah dan syuhada : </strong></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-size: 10pt;">Sebagai pelajaran bagi penduduk Mekkah yang ketika itu menolak kenabian<span> </span>Rasulullah, secara panjang lebar dalam ayat 13-29, dikisahkan penduduk suatu kota dalam menghadapi utusan yang menyeru pada agama Allah. Pada saat pendakwah itu diancam untuk dibunuh oleh penduduk kota yang ingkar, muncullah seorang penduduk kota yang telah beriman dan secara berani membela para pendakwah.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-size: 10pt;">Orang pemberani ini akhirnya menjadi syuhada setelah dibunuh dengan kejam oleh kaumnya sendiri, dan oleh Allah dimasukkan ke dalam Surga. Ketulusan orang ini untuk menyelamatkan kaumnya terlihat dari ucapannya, yang bukan mengutuk kaumnya yang telah<span> </span>membunuhnya tetapi justru mendoakan <span> </span>mereka<span> </span>(ayat 26-27). Di sini Allah memberikan contoh nyata <em>jihad fi sabilillah</em>, yaitu keberanian moral<span> </span>pembela kebenaran (yang berani mengatakan “yang benar walau pahit”<span> </span>dan “berkata yang benar terhadap <span> </span>penguasa /<span> </span>masyarakat yang zhalim”)<span> </span>yang bila wafat berjuang di jalan Allah akan dan mendapat <span> </span>jaminan masuk Surga.<span> </span>Oleh karenanya sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa tokoh ini adalah <span> </span><strong><em>shahibu Yaasin</em></strong> (fokus<strong> Surat Yasin)</strong> </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-size: 10pt;">2. <strong>Pokok-pokok Keimanan (Aqidah),</strong> antara lain<span> </span>:</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: Symbol; font-size: 10pt;"><span>·</span></span><span style="color: black; font-size: 10pt;"> Allah bersumpah dengan Al Qur’an bahwa Muhammad</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-size: 10pt;">SAW benar-benar seorang rasul yang diutusNya kepada kaum yang <strong>belum pernah</strong> diutus kepada mereka rasul-rasul (yaitu bangsa Arab), seperti yang disebutkan dalam ayat 1-6. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: Symbol; font-size: 10pt;"><span>·</span></span><span style="color: black; font-size: 10pt;"> Manusia jangan “menyembah (mempertuhankan) syaithan karena mereka adalah musuh yang nyata <span> </span>(ayat 60-62) </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: Symbol; font-size: 10pt;"><span>·</span></span><span style="color: black; font-size: 10pt;"><span> </span>Kekuasaan Allah membangkitkan manusia di hari Kebangkitan (ayat 51-59) dimana penghuni Surga <span> </span>akan memperoleh kebahagiaan yang kekal. Ayat <strong>“<em>Salaamun, qaulam mir rabbir rahim</em></strong>” (Kepada penghuni Surga, dikatakan “Salam” sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang”), merupakan <strong>kata terindah</strong> dalam Surat Yaasin karena merupakan dambaan bagi semua muslim yang</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-size: 10pt;">sudah wafat untuk mendapat salam dari Allah SWT di Surga.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-size: 10pt;">3. <strong>Tanda-tanda Kekuasaan Allah</strong> yang mengungkapkan sebagian “rahasia alam semesta” agar manusia <span> </span>beriman pada kebesaran Allah dan bersyukur atas karuniaNya. Kandungan Surat Yaasin ini sarat dengan ilmu pengetahuan karena sepanjang ayat 33-50 terdapat sejumlah “hikmah pelajaran” bagi mereka<span> </span>yang mau menggunakan akal (mengkajinya secara mendalam) :</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-size: 10pt;"><span> </span></span><span style="color: black; font-family: Symbol; font-size: 10pt;"><span>·</span></span><span style="color: black; font-size: 10pt;"> “<em>Maha suci Tuhan yang<span> </span>yang telah menciptakan <strong>pasangan-pasangan</strong> semuanya,<span> </span>baik dari apa yang ditumbuhkan oleh <strong>bumi</strong> dan dari <strong>diri mereka</strong> maupun dari apa yang mereka tidak<span> </span>ketahui</em>” (ayat 36)</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: Symbol; font-size: 10pt;"><span>·</span></span><span style="color: black; font-size: 10pt;"> “<em>Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan (melampaui) bulan dan<span> </span>malampun tidak dapat mendahului siang. </em></span><em><span style="color: black; font-size: 10pt;">Dan masing-masing beredar pada garis edarnya” <span> </span></span></em><span style="color: black; font-size: 10pt;">(ayat 40)</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: Symbol; font-size: 10pt;"><span>·</span></span><span style="color: black; font-size: 10pt;"> “<em>Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya (tua pikun) niscaya Kami kembalikankan dia <span> </span>kepada<span> </span>kejadiannya (seperti bayi yang baru lahir yang lemah dan tidak tahu apa-apa). Maka apakah <span> </span>mereka<span> </span>tidak memikirkan? </em>(ayat 68)</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong><span style="color: black; font-size: 10pt;">4. Mengingat Mati</span></strong></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong><span style="color: black; font-size: 10pt;">“Ajal pasti tiba</span></strong><span style="color: black; font-size: 10pt;">” dan bisa datang pada siapa saja – tua atau muda -- tanpa diketahui waktunya. Banyak ayat <span> </span>dalam Surat Yaasin membicarakan tentang kematian dan Hari Berbangkit. Tujuannya agar manusia mau ingat mati sehingga lebih mendekatkan diri pada agama. Pemahaman pada makna Surat Yasiin ini seharusnya menyadarkan kita tentang<span> </span>kematian dan Hari Kiamat, sehingga menggugah kita <strong>untuk lebih banyak beribadat dan beramal saleh serta <span> </span>bertaubat sebelum terlambat. </strong></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-size: 10pt;">Jadi seharusnya, dengan banyak membaca Surat Yaasin, kita makin mempersiapkan “bekal” kita di kehidupan<span> </span>mendatang. Dengan demikian, Surat Yaasin, bukan hanya <strong>bermanfaat</strong> dibacakan pada orang yang <strong>sudah meninggal</strong>, tapi terlebih lagi bagi <strong>kita yang masih hidup </strong>untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari!</span></div>Muh Fadhil Haritsahhttp://www.blogger.com/profile/12420133668400469671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6976037221615238926.post-29186903175154061122012-02-13T18:18:00.000-08:002012-02-13T18:18:34.340-08:00Isi Kandungan Surat Al-baqarah<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt;">
<span class="gen"><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Surat <i>Al Baqarah</i>
yang 286 ayat itu turun di Madinah yang sebahagian besar diturunkan
pada permulaan tahun Hijrah, kecuali ayat 281 diturunkan di Mina pada
Hajji wadaa' (hajji Nabi Muhammad s.a.w. yang terakhir). Seluruh ayat
dari surat Al Baqarah termasuk golongan Madaniyyah, merupakan surat yang
terpanjang di antara surat-surat Al Quran yang di dalamnya terdapat
pula ayat yang terpancang (ayat 282). Surat ini dinamai <i>Al Baqarah</i>
karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang
diperintahkan Allah kepada BAni Israil (ayat 67 sampai dengan 74),
dimana dijelaskan watak orang Yahudi pada umumnya. Dinamai <i>Fusthaatul-Quran</i> (puncak Al Quran) karena memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surat yang lain. Dinamai juga surat <i>alif-laam-miim</i> karena surat ini dimulai dengan Alif-laam-miim. </span></span><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br />
</span><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif";"><br />
</span><span class="gen"><b><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Pokok-pokok isinya:</span></b></span><span class="gen"><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif";"> </span></span><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif";"><br />
<br />
</span><span class="gen"><b><i><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Keimanan:</span></i></b></span><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif";"><br />
</span><span class="gen"><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dakwah Islamiyah yang dihadapkan kepada umat Islam, ahli kitab dan para musyrikin</span></span><span class="gen"><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif";">. </span></span><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif";"><br />
<br />
</span><span class="gen"><b><i><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2</span></i></b></span><span class="gen"><i><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif";">. </span></i></span><span class="gen"><b><i><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Hukum-hukum:</span></i></b></span><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif";"><br />
</span><span class="gen"><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Perintah
mengerjakan shalat; menunaikan zakat; hukum puasa; hukum haji dan
umrah; hukum qishash; hal-hal yang halal dan yang haram; bernafkah di
jalan Allah; hukum arak dan judi; cara menyantuni anak yatim, larangan
riba; hutang piutang; nafkah dan yang berhak menerimanya; wasiyat kepada
dua orang ibu-bapa dan kaum kerabat; hukum sumpah; kewajiban
menyampaikan amanat; sihir; hukum merusak mesjid; hukum meubah
kitab-kitab Allah; hukum haidh, 'iddah, thalak, khulu', ilaa' dan hukum
susuan; hukum melamar, mahar, larangan mengawini wanita musyrik dan
sebaliknya; hukum perang. </span></span><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br />
</span><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif";"><br />
</span><span class="gen"><b><i><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Kisah-kisah:</span></i></b></span><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif";"><br />
</span><span class="gen"><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kisah penciptaan Nabi Adam a.s.; kisah Nabi Ibrahim a.s.; kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. </span></span><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br />
</span><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif";"><br />
</span><span class="gen"><b><i><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Dan lain-lain:</span></i></b></span><b><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br />
</span></b><span class="gen"><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sifat-sifat
orang yang bertakwa; sifat orang-orang munafik; sifat-sifat Allah;
perumpamaan-perumpamaan; kiblat, kebangkitan sesudah mati. </span></span><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br />
</span><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif";"><br />
</span><span class="gen"><b><i><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kesimpulan Surat Al Baqarah ialah:</span></i></b></span><span class="gen"><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif";"> </span></span><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif";"><br />
<br />
</span><span class="gen"><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Menjelaskan beberapa hukum dalam agama Islam.</span></span><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br />
<span class="gen">2. Mengemukakan beberapa perumpamaan.</span><br />
<span class="gen">3. Mengemukakan hujjah-hujjah.</span><br />
<br />
<span class="gen"><b><i>Persesuaian surat Al Baqarah dengan surat Ali 'Imran</i> </b></span></span><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif";"><br />
<br />
</span><span class="gen"><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1.
Dalam surat Al Baqarah disebutkan Nabi Adam a.s. yang langsung
diciptakan Tuhan, sedang dalam surat Ali 'Imran disebutkan tentang
kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya dijadikan Allah menyimpang
dari kebiasaan.</span></span><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br />
<br />
<span class="gen"></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt;">
<span class="gen"><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2.
Dalam surat Al Baqarah sifat dan perbuatan orang-orang Yahudi
dibentangkan secara luas, disertai dengan hujjah untuk mematahkan
hujjah-hujjah mereka yang membela kesesatan, sedang dalam surat Ali
'Imran dibentangkan hal-hal yang serupa yang berhubungan dengan orang
Nasrani.</span></span><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br />
<br />
<span class="gen"></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt;">
<span class="gen"><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3.
Surat Al Baqarah dimulai dengan menyebutkan tiga golongan manusia,
ialah orang-orang mukmin, orang-orang kafir dan orang-orang munafik,
sedang surat Ali 'Imran dimulai dengan menyebutkan orang-orang yang suka
menta'wilkan ayat yang mutasyabihaat dengan ta'wil yang salah untuk
memfitnah orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian
dalam menta'wilkannya.</span></span><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br />
<br />
<span class="gen"></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt;">
<span class="gen"><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4.
Surat Al Baqarah disudahi dengan permohonan kepada Allah agar diampuni
kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan taat, sedang surat
Ali 'Imrandisudahi dengan permohonan kepada Allah agar Dia memberi
pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.</span></span><span style="font-family: "Agency FB","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<span style="font-family: "Agency FB","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. <span class="gen">Surat Al Baqarah dimulai dengan menyebutkan sifat-sifat orang yang bertakwa, sedang surat <span> </span>Ali 'Imran dimulai dengan perintah bertaqwa. </span><br />
<br />
</span>Muh Fadhil Haritsahhttp://www.blogger.com/profile/12420133668400469671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6976037221615238926.post-34975075548661496312012-02-13T04:05:00.000-08:002012-02-13T04:06:01.429-08:00Hadits teantang kebresihan 2<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioYtOjSoHV1vhVnRFyIpJDVeOAXR7WOkiePcAmSUtSMHVgnl7arAD6kx6vMHxyQB7tCYo5zdVQZmvlxi9W-nfCNi03re4YVgAl8Nf_oWVjGmK_ArJKNmG_3_RrQk3mk66j4fqpC2LxVSY7/s1600/image8_thumb1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="92" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioYtOjSoHV1vhVnRFyIpJDVeOAXR7WOkiePcAmSUtSMHVgnl7arAD6kx6vMHxyQB7tCYo5zdVQZmvlxi9W-nfCNi03re4YVgAl8Nf_oWVjGmK_ArJKNmG_3_RrQk3mk66j4fqpC2LxVSY7/s320/image8_thumb1.png" width="320" /></a></div>
Artinya : <i>“Diriwayatkan dari Malik Al Asy’ari dia berkata,
Rasulullah saw. bersabda : Kebersihan adalah sebagian dari iman dan
bacaan hamdalah dapat memenuhi mizan (timbangan), dan bacaan
subhanallahi walhamdulillah memenuhi kolong langit dan bumi, dan shalat
adalah cahaya dan shadaqah adalah pelita, dan sabar adalah sinar, dan Al
Quran adalah pedoman bagimu.”</i> (HR. Muslim)”Muh Fadhil Haritsahhttp://www.blogger.com/profile/12420133668400469671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6976037221615238926.post-77347380378580034342012-02-13T03:56:00.000-08:002012-02-13T03:56:49.293-08:00Hadits Tentang Kebersihan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNnR4svQndXb89DIsmU7ho5M9dmI0XitJomZJT3Fk_GuE1edC6KnJj0eWf5swdtDsGiPuk3QBrHBdcUQqfytfbYCwNKvyc2yVfU6r4O0pXtnoYeD3Udw1cf5g-_CEAyOEzmiMiQ8UBJRyh/s1600/image1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="84" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNnR4svQndXb89DIsmU7ho5M9dmI0XitJomZJT3Fk_GuE1edC6KnJj0eWf5swdtDsGiPuk3QBrHBdcUQqfytfbYCwNKvyc2yVfU6r4O0pXtnoYeD3Udw1cf5g-_CEAyOEzmiMiQ8UBJRyh/s320/image1.png" width="320" /></a></div>Artinya : <em>“Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqas dari bapaknya, dari Rasulullah saw. : Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Mahamulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu” </em>(HR. Tirmizi)”Muh Fadhil Haritsahhttp://www.blogger.com/profile/12420133668400469671noreply@blogger.com0